Kumpulan Puisi Tajalli Ilahi oleh Sabahuddin Senin

 

Tajalli Ilahi

Kumpulan Puisi (150) oleh Sabahuddin Senin

Last editing: 16 Mei 2016  3:15 PM

16 April 2019, 1:21 pm

 

1.Malam Tajalli

 

Zikirullah, mengingati-Mu

selawat dan salam pada

Kekasih-Mu, Rasulullah

airmu manis menyegarkan

mengalir dari mata air

yang tak pernah kering

di sepanjang zaman.

 

Ketika hujan turun, airmu naik

malam cahaya purnama penuh

salammu berbalas jiwa pasrah

kasih sayang yang terucap tulus

dalam doa-doa malam tenang.

 

Cahaya berkembang bulan penuh

di lantai ini, kau tunduk bersujud

di malam-malam tahajjud panjang

rongga nafasmu melafazkan doa.

 

Dinding ini telah jadi saksi abadimu

kata kalimatmu bagai harum bunga

menjadi kuntum-kuntum doa kasih

kepuasan rohani nikmat sempurna.

 

Malam-malam kerinduan yang berputik

kuncimu yang hilang di malam gerhana

telah pun dipulangkan padamu sendiri

samawi telah memberi isyarat penantian

selama ini sempurna purnama telah muncul.

 

Ya Rabbi, syafaat hanya dari pintu Muhammad

damai turun dari samawi meresap dalam kalbu

kesaksian-kesaksian itu kebenaran wujud dalam

diri Kekasih-Mu, Rasulullah, rembulan penuh.

 

Canberra

7 Jun 2011

 

2. Qurub Langit

Kau datang jatuh bangun pada-Nya

kau diuji tiap keputusan tinda langit dan bumi

tanda-tanda bermunculan di depan mata 

angin kemenangan akhir musim.

 

Berkata mereka di malam-malam igau

lihat yang tersirat

Kekeliruanmu  telah menjauhkanmu sendiri

Kegelapan itu sampai hari ini menutupi langitmu.

 

Lalu ada merasa mereka mempunyai kunci setiap pintu

Sedang yang lain, ingin monopoli kerajaan langit dan

Tanah yang dipijak dan  laut senantiasa berombak

Kau masih di lubuk silam.

 

Setiap kali kau melihat langit biru sukmamu

masih terseret ke bawah kerana kecintaanmu masih

pada dunia di tanah peribumi. Akhirnya kau terluncur

lagi jauh ke bawah.

 

Kau mendambakan ilmu, tekad dan doa-doa 

baiatmu itu adalah pengakuan dan 

pada keyakinan pasti membawamu ke langit samawi.

 

3. Selawat Dan Salam 

 

Ketika aku bangun dan melepaskan mimpi

pulang ke pati malam aku siap melangkah

membaca al Fatiha dan selawat dan salam

ke atas junjungan Rasulullah, Kekasih Allah.

 

Aku mengenangmu ya, Muhammad Rasululllah

selawat dan Salam dilafazkan di hujung lidah

mengalir dari jiwa tafakur, sedar dan insaf

Kau wujud suci sempurna dan teladan hakiki

 

Dalam tafakur aku menginsafi diri menyebut

namamu membawa keperibadian besar dirimu

kecintaan tumbuh dalam kalbu tiap mukmin

sudut hidupmu inspirasi zaman hingga kiamat

 

Ketika namamu, Muhammad, Rasulullah disebut

air mata bergenang di tebing mata pengorbanan

tak ada bandingnya di langit dan bumi raya ini

musuh yang zalim pun akhirnya menghormatimu.

Kau wujud yang memberi maaf bertapa besar

kejahatan-kejahatan penzalim diberi ampun

kedatanganmu menghalau kegelapan pekat

cahayamu menerangi sampai hujung dunia.

 

Berhala-berhala dan kepercayaan syirik bertapak

dari zaman leluhur tumbuh berakar dalam jiwamu

ketika Rasulullah diutus menyampaikan kebenaran

keesaan Tuhan Yang Maha Suci, Rabbiul Alamen.

 

Kau telah membawa pesan kedamaian pada dunia

kasih sayang senjata yang menawan jiwa-jiwa merana

tiada dendam dan api amarah dalam sabda-sabdanya

hanya mengingatkan kembali kepada Allah Ta’ala.

 

Jiwa-jiwa yang merontah dan menyeru pada kekerasan

dan menyebarkan kebohongan dan kejahatan-kejahatan

membelakangkan hak manusia dan menyebarkan perang

bertentangan pada ajaran Rasulullah, Islam agama damai.

 

Dunia telah diperingatkan syafaat hanya pada Muhammad

kejayaan dan kemenangan sampai pada hari kiamat jalan ini

ketinggian budi pekerti akhlak yang mulia kebenaran hakiki

ini janji-janji samawi yang menawan dan membawamu pulang.

 

Kehadiranmu telah membawa ishla di bawah langit dan bumi

keburukan, Kejalangan, sarang korupsi telah terbungkar

Laillaha Illallaha Muhammad Rasulullah berkibar di menara

Tuhan palsu telah lama mati tak berdaya melawan Islam.

 

Maut yang dicanang-canangkan untuk memikatmu

tak akan bertahan lama kerana kekerasan dan kezaliman

samasekali tak akan dapat diterima pada jiwa yang sihat

ummah sendiri akan menolak dan memulaukannya.

 

Ya Rasulullah, Muhammad, Kekasih Allah, pembela

kaum wanita, golongan miskin,  anak-anak yatim

suaranya bergema pembela golongan lemah dan minoriti

kekuasaan dunia sementara, yang kekal kerajaan langit.

 

Jiwaku merontah dan tertekan seakan ingin pecah

nama Muhammad digandingkan dengan kekerasan

kami sanggup melihat anak kesayangan disakiti

tetapi kami tak sanggup nama wujud suci ini dihina.

 

Kau adalah cahaya yang memancar dari cahaya-Mu

tiap liku-liku hidupmu,  Rasulullah adalah rahmat.

kau, wujud yang sempurna, cahaya dalam cahaya.

tiap Muslim merindukan Kekasih-Mu, Muhammad.

 

Ya Rabbi, bagaimana aku tak bersyukur kepada-Mu

tanpa Muhammad, Rasulullah, Kekasih Allah, kami

dalam gelap pekat dan dalam kesesatan yang nyata

aku, jutaan batu di tumit Kekasih-Mu, Muhammad.

 

Kota Kinabalu

25 Januari 2013

 

4. Meraih Gurub-Mu

Malam-malam terakhir 

harum udara meresap

sampai ke serambi kalbu 

bagai air dijurus dingin

menyegarkan dirimu.

 

Aku dakap-Mu, dengan

langkah yang teguh

istiqamah ini adalah

ketahanan perjuangan

merebut Kasih Sayang-Mu.

 

Aku memanggil-Mu

Bahasa sederhana

pada kantuk malam

cair di dalam sukma.

 

Aku menganyam kata-kata

dengan lidah lembut tawakal

sekuat daya dan naluri ini

menekan nafsi-i-Amarah

sampai jauh ke pusar jiwa.

 

Setiap tindakan aku tak

membiarkan kebohongan 

bergayutan pada akar dan

sendi sekalipun itu hanya

kelakar atau bual kosong.

 

Siang-siangmu merekah

malam kembang gaharu

ibadat  dalam Ramadan

Al Mubarak.

 

Malam-malam Lailatul Qadar

pintu samawi terbuka luas 

aku bersujud dengan doa-doa

meraih qurub-Mu.

 

Kota Kinabalu

4 Ogos 2013

 

5. Kedamaian Sukmamu

Kau tersiksa dan mengigau dalam tidur gelisah

seribu tahun pun jiwamu masih belum tenteram

malammu panjang dan siangmu mendung tebal

seperti kau orang gila sepanjang jalan pulang.

 

Kedamaian sukmamu sirna di permukaan malam

kau telah digoda dengan pertanyaan tak terjawab

tiada ketenangan di bumi dan langitmu selama ini

perjuanganmu menyorokmu jauh ke dalam gelap.

 

Mata rohanimu telah buta dalam pengkiraan masa

dalam gelap kau masih memburu burujmu sendiri

dalam perjuangan kau melihat kekalahan demi

kekalahan tanpa ada perlawanan dan perubahan.

 

Kau meraung ke langit dalam doa-doa tahajud

penjajah bangsa telah lama pulang kini daratanmu

tanah merdeka gema suaramu melaung panjang

ingin hidup langit dan bumi baru yang gemilang.

 

Yang dulu laut rohani mengalir dan darinya kau makan

ikan yang lazat, kini menjadi padang pasir yang kering

dulu ada desa di kaki gunung, kehijauan yang menawan

tapi, kini memori pahit  dari ingatan zaman berzaman.

 

Gerhana di langit sukmamu telah berlalu dengan datang

hujan semi bulan purnama kau menemukan kebenaran ini

menyingkap rimba ketololan dan melangkahi sempadan

sampai ke kepulauan sepi, tanah rawan dan benua jauh.

 

Kau hirup udara dan memegang tali samawi dan melihat

ummatun Wahidah di tangan Kekasih-Mu, Muhammad

zaman Khalifatun Rasidun seperti bintang gemerlapan

inspirasi dan kurnia turun-temurun menambat kalbumu.

 

Kau wujud kemenangan yang abadi sampai akhir zaman

mengangkat martabat ummah dari tangan-tangan kasar

ingin merosak benih dan panen ini, kau tak akan berjaya

tangan-Nya sendiri telah menjaga dan memeliharanya.

 

Kedamaian sukma kau telah ditemui bukan dari orang zalim

tak pernah dari golongan yang suka pada kekerasan menang

Muhammad, Rasul junjungan, pendiri syariat sempurna dan

syafaat dan ishla mengalir terus-menerus sampai akhir zaman.

 

Zaman kekerasan telah berlalu, burung-burung merpati

terbang damai ke negeri jauh, keindahanmu bukan pula

menakluki tanah sempadan lalu meluaskan tak berhenti

kemenanganmu kerana cinta pada Rasul hidup menawan.

 

Manisku, tenang, tenanglah tidurmu pada malam ini

kau telah menerima panggilan ini dengan aman

sukmamu bersih dari kejahatan dan kebohongan

pesan kedamaian ini harus sampai kepadamu.

 

Kau telah mulai kembara ini dengan bersujud air mata

berdoa tenang pada tiap-tiap tindakan yang kau akan mulai

kejuitanmu di langit malam saksi pada siang ini menawan

langkahmu memasuki daerah-daerah jauh belum tersentuh

 

6. Pintu Meraih-Nya

 

Benarkah kau tak mengenal bahasa rindu apa lagi bahasa cinta

ketika aku berbual kepadamu kau diam, matamu mengiyakan

seperti komet-komet yang berguguran hanggus di dalam sukma

dan kau telah lama tak pernah bermimpi dalam tidur malam.

 

Kau berhanyut dalam gelombang membawamu ke tengah lautan

dalam badai tofan yang turun suatu malam kau belum pun bersiap

angin kencang yang menghempas tebing tekad dan harapanmu

tak akan bertahan kerana esok gelombang samudera belum redah.

 

Bacalah sendiri ke dalam mata dan sukmamu, pasti kau merasakan

perjuangan ini bukan untuk satu hari dan tak ada kemenangan cepat

kepada pembohong yang bersumpah-sumpah tentang kebenarannya

kau telah melihat mereka seperti ikan-ikan mati terdampar di pantai.

 

Kau melihat seperti tak ada kekurangan walaupun langit gerhana

kegelapan malam telah menghalau cahaya dari sampai padamu

jaminan apa yang cuba kau bisikan ke telinga dan perubahan diri

sedang malam-malammu telah kau himpun menjadi duka lara panjang.

 

Aduhai rohaniku, usah kau melihat langit malam dan kehilangan arah

suara-suara murni dan tulus datang menjelang Ramadan Al Mubarak

pintu meraih-Nya tak pernah tertutup usah berbalik ketika telah melangkah

kau telah memulai kembara ini dengan pengorbanan meraih purnama.

 

7. Tajalli-Mu

 

Seperti letusan gunung

yang memuntahkan lahar-lahar

ke dalam lautan mimpi

dan membakar hanggus

penumpangnya.

 

Sejak itu malam-malam

mendatang bagai hutan

yang terdera dan hanggus

dalam langit jerebu.

 

Langit telah bertukar mendung

gelombang laut telah

mengembangkan sayapnya

sekawan burung yang

berhijrah ke utara

memaksakan dirinya

sekalipun matanya pedih.

 

Bomoh angin

berjaket tali leher

menyebut lembaga asing

di negeri anta-beranta

tahyul dalam tiap bual

menabur ketololan

dari air liur.

 

Akhirnya, langit samawi

dan desir lautmu

pada siul burung

nafas gelombang

turun bagai hujan

gerimis menyempurnakan

doa-doa

adalah tajalli-Mu.

 

14 March 2014

*Tersiar di Utusan Borneo 23 March 2014

 

8. Kekasih-Mu, Muhammad, Rasulullah.

 

Engkau, matahari rohani menghalau kegelapan

Hadirmu telah mengakhirkan kemarau panjang

Jutaan bintang-bintang gemerlapan di langit-Mu.

 

Tiada syafaat selain engkau, jalan ke langit samawi

Engkau, kekasih-Mu, yang sempurna dan tanpa aib

Tiap sukma minum dari air pialamu tak akan puas.

 

Kau tanam kalimat tauhid di bumi dan langit

Tuhan yang satu, tiada Tuhan melain Allah dan

Muhammad Rasulullah, menjadikan aku, Muslim.

 

Tanpamu, kekasih Allah, aku komet yang hanggus

debu jalanan terbawa angin ke sana ke mari tanpa

tunjangan terpenjara dalam nafsi-amarah sampai kiamat.

 

Ya Rabbi, aku merindukan wujud yang suci, Muhammad

Rasulullah mengajarkan dunia, Islam, agama yang hidup

mengenal Allah yang tak berhenti berkata  pada hambanya.

 

Kau yang mengajarkan kecintaan dan kasih-sayang sesama

pesan kedamaian, menjauhkan yang mungkar dan ingkar

Musuh-musuhmu, pun memuji pada wujud suci Rasulullah.

 

Muhammad, kekasih Allah, mengangkat martabat kaum hawa

puncak mahligai langit tertinggi, melindungi anak yatim piatu

golongan miskin dan  memelihara  hubungan jiran tetangga.

 

Engkau mengajarkan tangan yang memberi baik dari menerima

senantiasa mengucap salam, bermuka manis, dan jujur berjanji

menjauhi kebohongan, menjaga amanat dan menekan kekerasan.

 

Ya, Rabbi, berikan aku kekuatan biar sedikit sekali hanya bayang

sentuhan wujud suci dalam sukmaku, supaya aku dapat berkorban

membawa suara-Mu ke belantara, sempadan tak tersentuh cahaya.

 

Kerana cintaku pada Kekasih-Mu ini, aku, kau panggil gila

aku tak peduli kerana di sini aku menemukan cahaya damai

ketenteraman di riba Kekasih-Mu, dan melihat-Mu purnama.

 

Kota Kinabalu

24 Januari 2013

 

9. Mimpi, Firasat Dan Kasyaf

 

Malam itu suatu anugerah dan cahaya rahmat turun

ketika kau telah dihinggap mimpi-mimpi kebenaran

pintu kebesaran meraih-Nya terbuka luas padamu

jiwa rohanimu bagai terpanah cahaya kegemilangan

nikmat-nikmat samawi mengalir masuk tak berhenti

seperti hujan turun dengan kecukupannya pada taman

kau menerimanya dengan kesyukuran dan tawajuh.

 

Ketika jiwamu tenteram dan ruh kudus datang

firasat turun dari langit sebagai hujan musim semi

lalu tiap gerak dan sentuhanmu itu adalah firasat

kau melihat dengan mata rohani, nikmat meresap

sukma diperkaya sentuhan mimpi, firasat dan kasyaf

 

Pada siang malam nikmat-nikmat dan rahmat turun

kau bukan sendiri dibantu oleh kekuatan menolong

tak ada satu kekuasaan akan dapat mematahkan

mimpi-mimpi benar tentang langit dan bumi baru

lidahmu telah menuturkan firasat, matamu saksi

kasyaf, yang  mengalir seperti air pancuran dingin

dan melepaskan dahagamu pada musim kemarau.

 

Kota Kinabalu

17 Januari 2013

 

10. Naratif Sebuah Nasihat

Kau dibesarkan dalam doa yang mengalir

dari setitik nuftah kau berenang sentosa

keselamatan samawi telah pun dijanjikan

kau Ismailku, menurut perintah dan itaat

mimpi-mimpi genap, ketika kau dewasa

kau telah siap menggenapkan mimpi itu

biar lembut, tiap sentuhan dengan kasih

lalu melangkah dengan doa dan tawakal

kau ke pinggir membiarkan orang lain lalu

kalimat-kalimat terucap dengan bersopan.

orang mengasari, kau balas dengan senyum

mendahulu yang hak dalam segala kegiatan

sekalipun dunia turun melimpah di ribamu

sekalipun kau telah terpukul teruk ke sudut

jangan bohong, bicaramu biar terus terang

tanpa bermuka-muka dan menggelirukan.

Datanglah kau pada orang tua dengan tertib

alam maya pun bergerak sama dalam tertib

ingatkah, nasihat Luqman kepada anaknya

inilah juga yang telah diingatkan kepadamu

biasakan lidahmu berkata benar dan jujur

kerjakan amal ibadatmu dengan hati bersih

gunakan hikmah dalam memutus perkara.

Dengarkan samawi, berpegang pada tauhid

tilawah Al Qur'an, pegang pesan Rasulullah

Dalam keadaan apa, kau tetap berdoa dawwam

kerjakan salat, selawat salam pada Junjungan

kolam maghfirat tak pernah kering sampai kiamat

samawi mengirimkan hujan bersama takarannya.

 

Honiara

4 Oktober 2012

 

11. Musafir

 

Tamu lewat di suatu malam tafakur

permulaan awal bulan musim panas

kedatanganmu tak pernah disangka

kembang kenanga dan tenang lautan.

 

Sinar matamu lembut bicaramu damai

merangkum bumi tanpa garis sempadan

musafir pulang gunungmu tetap bertahan

kehadiranmu telah menghalau kegelapan.

 

Malam itu musafirmu minum segelas susu

berbual kota yang telah ranap langit tertuba

mimpi bumi merekah dan bulan yang terhiris

ditunggu esok, musafir masih di ufuk buruj.

 

Kota Kinabalu

24 Mei 2011

 

12. Lambaian

 

Aku mendatangimu di malam rembulan penuh

pintu samawi telah terbuka luas pelangi di lembah

dalam kata-kata meluncur dalam bahasa ibunda

satu  kepuasan menitipnya dalam serangkai doa.

 

Dari genta rasa dan rahmat dari langit yang turun ke bumi

bersentuhan tanpa sempadan dan saling mengucap salam

kental madu menitis di hujung lidah, manisnya zikirullah

ketenteraman kalbu yang tawajuh menyambut-Mu labaik.

 

Malam wangi gaharu, pohon sena telah tumbuh berdaun lebar

kudakap-Mu dalam tahajud dan telah menggenggam tali-Mu

langit telah mengirim hujan dan sinarnya dalam segala musim

kegelapan itu hanya sementara yang akan meredup dan hilang.

 

Canberra

8 Jun 2011

 

13. Bualan Pagi

 

Kita bersaudara, kebaikan langit juga kesuburan bumi

rosak akar pepohonan, kesakitan dan maut kita bersama

kerana kasih selalu kuingatkan datangnya musim semi

bukan apa, sekedar menyingkap tabir, membuka jendela

lalu merelakan cahaya bersimbah masuk ke dalam rumah.

 

Mengapa tersiksa sendiri merasa sakit sampai ke tulang

kalau itu hanya sepak-sepak batu di jalan pulang ke rumah

ketika duduk berbual kata tak berdinding menghiris luka

lalu tak peduli melihat diri depan cermin memenyek hidung.

 

Canberra

5 Jun 2011

 

14. Tiru

 

Pernah aku dengar perbualan seorang anak

memang senang meniru gerak-gerak liuk angin

dan ngeow kucing di halaman rumahmu sendiri

apa lagi si burung nuri, meniru sapa orang melintas

di serambi rumah mereka ketawa terbahak-bahak

melihat anak pintar peka lidahnya meniru bual orang

orang pulang bernyanyi di jembatan memaki kelam

di jalan berkumpul jiran selorong asyik berghibat.

 

Canberra

4 Jun 2011

 

15. Jerami Waktu

Aku merebahkan diri di pinggir malam 

adalah cerita yang belum pun selesai.

bukankah setiap liuk dan olah tubuh ini

urat-urat halus  sampai ke nadi jantung

dari kepala sampai ke hujung ibu kaki

sebuah khazanah dalam sorotan sejarah.

 

Engkau pun masih belum puas bertanya

pada parut yang telah membekas pada kulit

yang dikatakan kemuliaan dan penghormatan.

tiap keratan itu tanjap menusuk ke jiwa raga

panah dari busur dendam yang angkuh.

 

Talha melebarkan tangannya melindungi Rasulullah

siap mengorbankan jiwa raga dari panah-panah musuh

kecintaan tulus para sahabat terhadap Rasulullah

tak gusar dan berganjak sekalipun panah-panah itu

menembusi kulit tubuh demi melindungi Kekasih-Mu.

 

Aku tak akan menjawabmu kerana penjelasan

mengundang tafsiran keliru mereka datang nanti

hakikat sebuah sejarah  benar bisa menjadi igau

sekalipun segala kebaikan kau tanam di tanah subur

mudah sangat dilupakan sebagai jasa, sadaqa jariah.

 

Di sinilah kau temui ketenteraman yang abadi hingga kiamat

ketenangan danau kalbumu di bawah langit Nur Muhammad

dosa-dosa yang merimbun terbakar hanggus tunas baru tumbuh

malam-malam kemuning  menyebak harum dalam muhasabah diri

kembali pada Allah Azzali dan menikmati air maghfirat-Nya.

 

Canberra

22 April 2012

 

16. Lembah Hijau

Tanah ini senantiasa subur

Hidup dalam semua musim.

 

Benih yang disemai semalam

tumbuh menjulang ke langit-Mu

 

Di sini bertuduhnya musafir

mendakap mimpi doa terkabul

 

Langkah kakimu seluas benua

Jiwa ragamu seluas langit.

 

Kasihmu pada Rasulullah

Tak akan berubah ikut musim.

 

Sentuhan Samawi bulan Ramadan

Rahmat-Mu mengalir tak akan berhenti.

 

Canberra

23 April 2012

 

17. Kata Nama

 

Sudah ia persiapkan sebuah nama

Kelahiran anak di bulan Ogos

 

Namamu gambaran jiwamu sendiri

Sebutan dipegang gambaran dirimu.

 

Dalam doa-doa salat tengah malam

Kau ingin titipan nama membawa rahmat.

 

Nama  yang diberi membawa maksud

Merangkum sifat-sifat anak masa depan

 

Selalu diajarkan memilih nama terbaik

Kerana di situ bermulanya kehidupan.

 

Canberra

23 April 2012

 

18. Musim Angin

 

Dalam ketenangan rupanya

ada perubahaan pada dirimu

mendung melingkari matamu

kau semakin keras di lapangan.

 

Sebentar hujan angin datang

Seperti datangnya tsunami

di lautan teduh dalam diam

kulihat  pepohonan kelapa

condong ke timur dalam gelora

ketenteraman desamu terusik.

 

Di hujung tanjung laut teduh

aku menafsir laut dan pulau

dalam tari musim hati bergerak

di tengah lenggang gelombang

pulau Mani dan Somata

daratan resah desa terkurung.

 

Kuketuk pintu langit memanggil-Mu.

menari di tengah-tengah gelombang

dan gemuruh angin badai.

 

Canberra

24 April 2012

 

19. Kamar ini

 

Permainan apakah ini ketika aku datang padamu

melangkahi sempadanmu dan beramah-tamah

lalu di ruang sederhana ini kami berzikirullah

tanpa pula melanggar amalan adat tradisimu.

 

Mengapa kau menjadi amarah dan berpaling

di bawah langit damai di tanah peribumimu

kita meletakkan harapan persaudaraan sejagat

kekerasan itu bukan pilihan kita bersama.

 

Kita akur menolak kekejaman dan kebiadapan

kelangsungan hidup yang aman dan harmoni

kau dan aku tentu bisa berunding tanpa kegilaan

ruang ini ada hak Tuhan dan ada hak manusia.

 

Ketika kau telah melangkah sempadan dan masuk

aku tak akan memaksamu apa lagi melarangmu

kerana pintu masuk dan keluar senantiasa terbuka

tiada sesiapa merasa dipinggirkan atau dikhianat.

 

20. Pemukim Musim Hujan

 

Kau pernah berjanji membawa hujan ke pesisir

pantai, rimba, banjaran gunung dan sungaimu

rahsia malam turun bersama hujan mengalir jauh

bualmu pula melekat pada batu-batu dan tebing.

 

Sebenarnya suara itu dari gema masa silam

dalam gua sukma membina kolam kenangan

kedamaian seperti genang air bergetar ramah

lalu tenang sampai suatu detik yang lain pula.

 

Tiap pohon berperanan sendiri dalam terompah waktu

kekuatan akar menentukan perjalanan pohon kehidupan

kerana ketika ia sihat maka kau akan melihat pohon ini

rendang berdaun lebar, berbunga berbuah manis ranun.

 

Kehadiran matahari tak pernah mungkir pada janji

kecuali awan mendung telah membawa isyarat itu

hujan akan turun dan menjadi banjir besar merempuh

bumimu ketika pemukim masih lena di hujung malam.

 

21. Dalam Takaran Waktu

 

Mengenangmu seperti lepa-lepa yang terlepas talinya bergerak

dalam diam arus lautmu membawamu jauh ke tengah samudera

tabir malam pun tersingkap kau melihat sendiri keramaian langit

kau terlentang di antara pulau-pulau sukmamu dan cakerawala.

 

Matamu redup dan terka

ndung rahsia hidup yang ditelan waktu

kau membaca kitab kesayangan ini di sepanjang jalan hayatmu

ia menghiburkanmu ketika kegelapan malam ini menggurungmu

menutup semua jalan-jalan dan membiarkanmu bingung sendiri.

 

Kau sebenarnya seorang itaat dan pemberani di lapangan terbuka

gema suaramu telah menembusi lantai langit dan tanah peribumi

tapi kata-kata tak berakar seperti angin tanpa arah dan kulit saja

bergulung-gulung seakan mencipta halilintar dan tofan badai.

 

Dalam takaran waktu siang ini hujan  turun menyirami rimba raya

satu kekuatan telah datang dan sungai menyempurnakan mimpimu

pada gunung kau memandang samawi dan bulan purnama penuh

matarimu naik di ufuk Barat mengirim gelombang sampai ke sini.

 

22. Membaca Lenggang Ombak

 

Kau telah lama berlepa-lepa di daerah rawan

membaca lenggang ombak laut gerak awan

pada bintang dan purnama di langit malam

tiap perjalanan meninggalkan titisan rindu.

 

Sepasang kasut kau pakai telah haus tapaknya

garis wajahmu bertambah dalam waktu bergeser

kau melipat-lipat sejarah awalmu dalam lugasi

lalu pergi sebagai kekasih ke negeri rumpaian laut.

 

Malam itu kunang-kunang menjadi cahaya bulan

kau tak menyoal sampai kapan kegelapan malam

langkahmu anggun seperti tawakal seorang khadim

datang membawa berita yang tak melukai sukmamu.

 

Deru angin lautan telah menggerakkan gelombang

langit telah memberikan isyarat bermula pertarungan

lepa-lepamu setiap gerak ke depan menguasai laut

rahsiamu pun terungkap dan pertanyaanmu terjawab.

 

Nilai

2016

 

23. Tamu Siang

 

Tamumu akan datang dari Benua Selatan

ia bukan Petualang Malam atau orang asing

pintu telah tak berkunci sejak malam tadi

kau menganyam memori yang terperosok.

 

Apa ingin kauberitakan tak ada yang baru

segalanya grafiti pada dinding-dinding silam

suara itu adalah artifak saksi kebenaran abadi

rahsia ini telah menjadi pohon kayu malam.

 

Kita merelakannya dengan hamparan kasih

dan berhenti bicara tentang malam majnun

lepa-lepamu belayar dalam samudera malam

di atol lautan kau telah melepaskan sauhumu.

 

Sekalipun  mata angin telah lama berubah haluan

layarmu tetap berkembang membaca gelombang

bila malam tiba kau melihat keramaian bintang

dan letus komet berjarak di langit sukmamu.

 

24. Bumimu Hidup

 

Pertanyaanmu telah menyingkap tabir malam

engkau tak mungkin bersembunyi pada huruf

bermain sembunyi-sembunyi di tanah belian

hari pun telah jauh di pinggir malam tahajud.

 

Kau melihat seperti ada keramaian tanglung

yang jelas ia bukan tamu di hujung minggu

orang tak bertanya lagi mengikut arus langkah

suara tak jelas seperti orang sedang bercakap.

 

Mengapa bertanya kalau kau telah tau jawabnya

tiap jawaban menambah kekeliruan dan panik

malammu penuh sangsi gemuruh angin dari utara

tidakkah kau lihat ke arah jendelamu yang terbuka.

 

Bacalah gerak langit tak akan meninggalkanmu

di tanah leluhur ini doa-doamu telah terhimpun

baunya tak hilang telah menyerap dalam sukma

bumi akan bertahan sampai kiamat mendatang.

 

Angin bertiup dari arah tak menentu semalam

lautan bergelora badai taufan meliar ke pulau

langit berubah bintang-bintang  mengabur jauh

malam turun rimba diam tak berkutik senyap.

 

Gempa di bumi peribumi di tengah malam tadi

Gegarannya telah mengoncang gunung bertahan

pemukim di lembah sungai gelisah tak tidur lagi

air lumpur telah mengalir mengasak tebing runtuh.

 

Hujan khatulistiwa telah merendam desa dan kota

gema suaramu tertahan di halkum sejak terakhir

kelelawar telah meninggalkan gua terbang berburu

gerhana turun mengembangkan kedua sayapnya.

 

Aku tak akan meninggalkanmu di musim gerhana ini

dan membiarkan kapalmu tenggelam dalam samudera

tanpa mendekati pelabuhan dan menurunkan sauhu

pasti samawi membuka pintu cahaya siang matari penuh.

 

25. Penumpang

 

Di negeri malam 

penumpang

buru-buru ke pintu masuk

setelah berbual dan bersalaman

akhirnya dipaksakan perpisahan.

 

Ada doa dan pesanan

yang terucap

berulang-ulang.

Ada sukma yang terhiris

melepaskan perpisahan

dengan jiwa yang berat.

 

Langit khatulistiwa

di waktu malam

Laut China Selatan

jerebu di siang hari

Kuala Lumpur masih bertahan

Delta Mekong tenang

bertafakur memandang

laut dan berfirasat.

 

Seorang penumpang

adalah seorang Musafir

ingin menggenapkan

harapan dan mimpinya.

 

Ketika siang tak kesampaian

seperti komet yang meletus

dalam sukmamu

tiap mata seakan masih

mencarimu dalam gelombang hari

dan remang-remang malam.

 

15 March 2014

*Tersiar di Utusan Borneo April 2014

 

26. Gerimis Turun

Gerimis turun di sukma malam

kau tercari-cari komet dan kejora

matamu tak dapat menjangkau

yang lebih jauh, dan terbatas.

 

Tiap malam aku memandangmu

kerana memang kau perhiasan

dan kegemerlapanmu yang tak

pernah pudar sepanjang zaman

hiasan indah di tangan pemilik.

 

Kau bukan ikan yang busuk

menggelepar dan tercunggap-

cunggap dan terdedah di udara

bila masa dibuang dalam sampah.

 

Kau tak ingin kehilangan langit biru

nahkoda bertarung melawan badai

lalu akhirnya merapati pelabuhan.

melabuh sauh menghirup udara segar.

 

Kau tak ingin kehilangan bumi berpijak.

mencium bau bumi kau sedar dan yakin

kau pun dekat sekali pada Allah Azzali

jiwamu telah kembali ke pelabuhan damai.

 

Kota Kinabalu

18 March 2013

 

27. Kapas Kembali Ke tanah

Kau merebahkan kepalamu ke atas bantal

Perlahan melepaskan singgahsana dunia

Sekujur tubuh melayah merelakan segala

Hanya sekujur tubuh sendiri tanpa selimut

Malam ini kau menunggu kekasih tak tiba

Jauhkan dirimu dari mimpi letusan gunung

Biarlah suara hati sendiri membawa pulang

 

Kauperah malam, menitislah air dari gunung

Sukmamu ini dalam ketandusan dan kemarau

Kau jauh tapi terasa dekat, kau sekujur tubuh

Yang terlentang di pembaringan memanggilmu

Sekalipun otot kaki ini kejang kau masih ingin

Mendaki sampai ke anak tangga yang terakhir.

 

Sekujur tubuh ini, kau mendambakan harapan

Dari menara sekawan burung merpati terbang

Dalam ketenangan ini kau telah bersiap pulang

Kau ingin melepaskan merpati dari tanganmu

Pintu ini telah pun terbuka melangkah perlahan

Kau adalah kain kapas telah kembali ke tanah asal.

 

Kota Kinabalu

25 March 2013

 

28. Kelangsungan Hidup

Mata angin bergerak menurut kemahuan

Lahar gunung meletus tepat pada waktu

Langit dan lautan bergolak bumi bertahan

Sejak ribuan tahun mata hati menafsirkan.

 

Sebenarnya kita sendiri semakin gundah

Mata melihat lalu menghukum sesuka hati

Kebenaran itu tak boleh disembunyikan

Dan tersimpan dalam gua-gua kegelapan.

 

Aku tertegun ketika kau mulai berlaku zalim

Kau diingatkan kekerasan bukan cara terbaik

Ambillah ikhtibar dan ishla dalam diri sendiri

Suara yang terdera mengundang langit gundah.

 

Sekali kau melafazkan perang

Aku membalasmu kedamaian

Kerana di situ tersimpan hikmah

Kelangsungan hidup yang abadi.

 

Kota Kinabalu

20 March 2013

 

29. Purnama Penuh Gerhana Berlalu

Dalam doamu kau melepaskan

kesakitan-kesakitan manusiawi

segalanya tergeser di dalam

kata  kalimat

di padang yang

maha luas kau ditinggalkan

suaramu terpergap di halkum

dan terhukum

kegelisahan yang tak tertahan

sukmamu bagaikan

terbakar tanpa perlindungan

kau mencari

tempat berteduh sekalipun

hanya bayang-bayang

seakan berdiri sebagai tembuk.

 

Kau datang menyempurnakan

mimpi

kerana terpanggil dan pasrah

inilah perutusan dan ujian

tapi, kau tempuh dengan taat

kelemahan manusiawi

kau tak akan berganjak

gerhana berada dipuncaknya

saksi-saksi

terpanggil dan menjawab

keindahan suatu malam

menyingkap makna

dan harapan.

Wahai Gazel,

di lembah pergunungan ini

kau selamat

dari dataran ini kau melihat

purnama penuh dan gerhana berlalu.

Ia adalah Maha Pelindung

dan Maha Perkasa.

*Tersiar di Utusan Borneo 12 Oktober 2014

 

30. Derhaka Dan Pengkhianat

Terlalu banyak catatan kenangan masa silam

melupakannya perlu kesabaran dan ketenangan

tak mungkin semuanya akan terbakar hanggus

lalu bertebaran menjadi debu di sepanjang  jalan.

 

Serpihannya digolong angin kering jauh

di depan matamu yang redup dan kabur

kau telah lepaskan dari genggaman memori

akarnya kuat bertahan dan tak ingin terlepas.

 

Memori indah mengumpul puluhan memori

perlahan-lahan hilang terbakar seperti komet

dan kau tak rasa dikhianati sekuntum bunga

ros pun mengalami musim-musim luruh.

 

Dalam rimbunan malam kau terus berkasidah

melafazkan rindu di malam kembara musafir

kesepian itu bukan musuh adalah sahabat baik

tak dapat dipisahkan sampai kiamat mendatang.

Kebenaran bukan suatu yang abstrak dan keliru

Kata-kata benar bertahan dari dimamah waktu

Berpijak di atas landasan kedamaian dan amanat

Berbeda jiwa derhaka dan sebagai pengkhianat.

 

31. Hari Di Hujung Tanjung

Kau masih terus bertanya

apa yang telah dilakukan

pada siang hari merayau

bulan telah berselindung

membiarkan lautan tenang.

 

Tanpa kausedari dirimu sendiri

hari telah jauh di hujung tanjung

menconteng dinding sukmamu

melangkar harapan kau terjebak

dalam gaung gelap penuh bahaya.

 

Siang telah bertukar menjadi butir pasir

malam bertukar menjadi kotak mimpi

suaramu mulai kepayahan kerana didera

musuhmu terus-menerus berbuat helah.

 

Ketenteramanmu menghimpun harapan

langit berubah kau mengambil ikhtibar

kembali memegang tali Tuhan Rahman

pilihan pada ketenteraman kekal abadi.

 

32. Kedamaian Sukmamu Kau Temui Kembali******5

Kau tersiksa dan mengigau dalam tidur gelisah

seribu tahun jiwamu masih belum pun tenteram

malammu panjang dan siangmu mendung tebal

seperti kau orang gila sepanjang jalan pulang.

 

Kedamaian sukmamu sirna di permukaan malam

kau telah digoda dengan pertanyaan tak terjawab

selama ini tiada ketenangan di bumi dan langitmu

perjuanganmu menyorokmu jauh ke dalam gelap.

 

Mata rohanimu telah buta dalam pengkiraan masa

dalam gelap kau masih memburu bayangmu sendiri

sukmamu diam dalam kekalahan yang  panjang

selangkah lagi kau akan berada di tanah keamanan.

 

33. Seperti Anak Kecil

 

Telah berlalu masa kecil

menjadi anak hidup kembali

bertanya tak berhenti

lepas satu, satu tak bosan.

 

Anak kecil jatuh bangun

ketawa riang, lapar tidur

ketika menangis minta

dapat baru berhenti.

 

Semangat dan tekad itu

bagaimana kalau gaya

aku berdoa pada Allah Ta'ala

tak kalah seperti anak kecil.

 

Langit gelisah dan menjawab

dawwan berdoa sabar

seperti anak kecil meminta

samawi akan mengabulnya.

 

34. Surat Cinta

 

Wahai manisku, Aku tulis surat cinta kepadamu

tak terlalu telat kerana aku masih menghirup nafas

yang menjarakkan kita, daratan benua dan lautan

misi cinta kita melayang dari khutub ke khutub.

 

Ketika cinta bersemi imaginasimu terbang

sampai jauh ke cakerawala dan galaksi baru

cinta yang ini bukan bintang yang telah mati

atau komet yang membakar dirinya hanggus.

 

Kalau ada kekurangan itu hanya satu barangkali

saat cinta bercambah menjadi rembulan purnama

akulah khadim yang terdampar di kepulauanmu

datang dengan cahaya kasih ke depan pintumu.

 

Ketika tiba musim berganti kau telah menemukan

aku adalah kekasih berkelana di bawah langitmu

merayau ke pulau-pulau sepi  di samudera lautan

kini kedamaian telah bercambah di dalam sukmamu.

 

35. Kekerasan Dan Kelembutan

 

Telah kaudengar perintah itu

angin siang terhalau ke pinggir

bumi diam menyimpan sesal

ratusan tahun rimba jati berceretu.

 

Sedang kau terus memburu di lapangan

dengan peluru-peluru tipu-muslihat

dan menyembur kata kalimat  bohong

aku takkan pernah duduk di tengahmu

dan mendengar bualnya sampai habis.

 

Aku tak pernah bermimpi sejengkal tanah

apalagi memasuki ke dalam sempadan

perbualan kita semakin tak ada titik temu

kau tak ingin diajak berunding secara baik

yang kau dengar tak sama dengan aku dengar.

 

Apa yang aku nak kata kau telah membantah

tanpa alasan dan sebab kau terus bertindak sesuka

kau tak pernah puas dengan perbualan lalu mendera

dengan kekerasan sebenarnya kita berlainan pendapat.

 

36. Sidang Laut Dan Langit

 

Setelah ini kau tak akan memanggil aku ke sini

sidang laut telah bermula dalam kesederhanaan

perwakilan burung-burung telah duduk di panel

peserta-peserta duduk diam dan menunggu acara 

dari mula bumi tercabar dengan sikap berahsia.

 

Mereka semua adalah warga bumi yang itaat

yang menyintai tanah dan kemakmuran rimba

ketakutan dan kebimbangan telah mulai timbul

tentang hal ini memang tak dapat ditutupi

sekarang mereka berada di persimpangan jalan

satu demi satu burung-burung berhujah padat

akan datang satu musim membimbangkan itu

mereka bersahut-sahutan, melenting, memikik.

 

Membaca gerak-gerak penghuni di Tanah Rawana

ternyata cuma ada kesedihan dan ketidakadilan

dan terus menyatakan dada mereka makin sesak

pisahkan keduanya kerana itu adalah cara terbaik

keadilan bukan jalan sepihak dan bukan tempalan

layar kehidupan koyak tak dapat bertahan badai

kalau ada ingin memaksakanmu kau ikut bersuara

mewarnakan unggu warnamu dan menconteng arang

bukan masa duduk bersenandung lara dan disalahkan

 

Bumimu penuh dengan kebimbangan dan keraguan

Rawana dan ruh-ruh kegelapan mengabutkan langit

berdiri dengan tertib dan nyatakan suara hatimu

bukan pada angin lalu atau tidak juga menitipnya

badai gelombang laut menyenyap suara-suara bumi

aku tak akan berhenti berdoa di Tanah Persimpangan.

 

37. Haqiqah

 

Bayi

manisnya

dalam buian,

kasih Halimah,

titian sejagat,

menyerahkan rembulan

di telapak tangan.

 

Ya Maulana,

kendi ini di tenda

masih penuh

dan manis bening.

 

Menggali

ke dalam malam

rahsia kelahiran

sebutir bintang.

 

Aku sebuah pasu

air dan api

pada segenggam

tanah.

 

Canberra

13 Jun 2011



38. Maut Dan Doa


Kau tanya dirimu apa kau fikirkan seminit tadi

apakah ada masa buat kau mengucap doa

ketika tanda kecemasan telah pun dihidupkan

dadamu sesak mencari jalan keluar

dan denyut jantungmu bergerak cepat.

 

Saat begitu kau cemas bukan alang-kepalang

Bingung dan gelap mata apa yang harus dibuat

Berusaha  melepaskan diri dari perangkap maut

Atau menyerah tanpa perlawanan sampai terakhir

Tiap orang seperti kehilangan arah tuju.

 

Kau anak seorang muslim, ayahmu muslim

dato nenek moyangmu juga seorang muslim

Laillah ha illallah Muhammad Rasulullah

sebentar nanti Malaikul Maut datang

kau siap memeluknya dengan zikir kepulangan.

 

Kau lihat tabir langit malam seperti terbuka

Waktumu telah sampai tak ada tawar menawar

Musafirmu berada di garis terakhir

Ya Tuhan, Engkau menghidupkan dan mematikan

Muhammad, Kekasih-Mu, pintu syafaat akhir zaman.

 

Tiada keraguan dan kebimbangan sedikit pun

Aku terakhir masuk Kapal Terbang MH370

Sebentar nanti aku meninggalkan Tanah Air

Dan tak akan kembali, seperti mencium bau

Kemboja, Melati dan Kenanga wangian bunga

Seperti berjalan dalam terowong gelap dan hilang.

 

Ya Rabbi, aku manusia daif di saat dharurat begini

Berikan aku kekuatan biar sedikit berdoa ikhlas

Tiap pemilihan kata dilafazkan dari sukma tulus

Ketika air mata menitis biarlah datang kesedaran

Kepada kalian kutinggalkan, ujian di malam ini

Akan mengenangkan diri ini dalam berdoa-doamu.

 

39. Di Persimpangan Jalan

Malam itu Kapal Terbang MH370 seperti kehilangan kompas

Berkejar ke destinasi yang tak mungkin sampai dan tergapai

Keindahan kelip-kelip bintang-bintang di langit tenang

Penumpang, anak kapal dan juruterbang tenang sebentar.

 

Penumpang-penumpang ini bukanlah sekawan burung

Yang terbang berhijrah dari langit selatan ke benua utara

Sudah lama kapal ini terapong di udara langit malam

Kerinduan pada tanah berpijak mulai terasa dan cemas

Kelelahan musafir tak terubat kerana mata yang bingung

Tak berdaya untuk memburu mimpi-mimpi Kembara Kejora.

 

Sesekali kapal terhempas atau terlambung ke atas langit

Hura-hara di dek penumpang, cemas dan sukma terhukum

Tiap penumpang mencari kekuatan dalam keadaan tertekan

Tiada yang rahsia lagi semuanya jelas mereka menuju

Ke jalan tak ada pulang, mengucapkan selamat tinggal.

 

Di saat-saat cemas begini, mereka ingin hanya satu

Memilih hidup apa cara sekali pun dalam ruang terkurung ini

Tapi malam ini, tak ada jual beli apa lagi tawar-menawar

Di persimpangan jalan, maut telah mengembangkan sayap.

 

Ada berdoa sangat tekun dan mata mereka tak kendur

Dalam kecemasan berdoa dengan cara sendiri

Mereka tau, ini jalan sehala dan firasat mereka benar

Malam ini, halaman sejarah tercatat kehilangan MH370

Gelombang lautan Hindu membuka rahangnya.

 

Seperti dalam mimpi mereka tak tau bila saat itu

Berdoa sendiri diulang-ulang, yang lain resah dan takut

Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya

Waktu itu belum sampai, masih memejam mata berdoa.

 

40. Aku Khadim Alaf 21

Aku khadim yang dibesarkan dalam nasihat

lidah, tangan dan sukma dipelihara dalam doa

Cinta pada orang tua tak pernah gerhana

siang dan malam adalah saksi kebenaran

tanpa kehadiranmu aku hilang dalam samudera

kau telah menjabat tangan ini dan membawa

aku mengenal Allah Azzali dan Rasulullah.

 

Bagaimana aku bisa melupakanmu, wujud suci

tak akan ada bandingan di tanah kasih sayang ini

Kau telah mengajar aku berkata benar sekalipun

terlalu pahit dan pedih untuk dinyatakan.

 

Matamu selalu redup dan sukmamu dingin

samawi telah menurunkan air dingin

pelepas dahaga ketika kau dalam kepayahan

dan derita yang datang tindih-menindih

sebagai khadim kau tak akan dikalahkan

langkahmu adalah derap Kuda Semberani

dan Sukmamu adalah Gazel yang lincah.

 

Ke mana kau pergi, seruan kasih-sayangmu

memanggil orang kepada kedamaian rohani.

Kau tak akan tertelungkup ke dalam

tempurung kelapa dan bersubahat dalam

kegelapan dan menjadi seteru-seteru derhaka.

 

Kekasih Allah, bahasamu tetap manis dan halus

keputusanmu tak pernah mengelirukan

kau tetap berkata benar sekalipun kau didera

dan dizalimi kerana berjuang demi kebenaran.

Kau adalah cahaya yang dikirimkan menerangi

tanah-tanah tahyul dan ketololan.

 

Ketika kau berhadapan dengan musuh

kau selalu berbicara dengan baik dan sopan.

Tapi ketika ada pihak menuduh Keesaan Tuhan

dan menabur fitnah ke atas Rasulullah

Kaulah, khadim yang paling depan menghadap

dan memulangkan segala kejahatan-kejahatan itu

kembali kepada tukang fitnah dan musuh.

 

Sampai akhir zaman kau tak akan melepaskan

tali Allah, kerana di situ ada syafaat dan perlindungan

Syafaat  hanya pada Kekasih Allah, Rasulullah.

Kau tak berganjak undur walaupun selangkah

di kebun ini, kaulah khadim yang itaat

yang diperintahkan kau laksanakan.

 

Malammu tak pernah berdusta

Hidup dengan takwa dan perjuanganmu

tak akan berubah dan menyerah.

Di lembah hijau kau melihat Khula, berkuda

memberikan harapan dan kemenangan.

Semangat ini hidup dalam ribuan tahun

dalam satu barisan khadim yang siap.

 

Impian Ummatan Wahidah

berpegang pada tali Allah adalah kunci

tak ada yang dapat merosakkan Taman Indah ini.

Tidakkah kau membaca dalam halaman sejarah

tangan-tangan dan kaki-kaki mereka patah

dan cakap bohong yang disebar-sebarkan

dari lorong ke lorong, sebenarnya  tak membawa

makna apa-apa. Tidakkah mereka melihat

gerhana sesudah gerhana dan tanda dari langit

telah memberitakan dan tipu muslihat mereka

hanya  tenggelam dalam igau mereka di siang hari.

 

41. Tali Allah

 

Sebutkan satu kalimat yang indah di telinga

La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

sedikitpun aku tak berganjak dari taufanmu

Ingat, Samawi memital-mital rencana

Kebijaksanaanmu seperti lalang di pinggir jalan

terjilat apimu sendiri.

 

Doa-doa Kau ajarkan itu akan

mematahkan tengkuk penzalim zaman

Telah datang angin ishla

membawa hawa dingin padang pasir.

Ketika siren samawi mengingatkanmu

panah-panah api yang kau lepaskan

padam dalam hujan dan angin ribut

kekuatanmu ada pada tali Allah

keselamatanmu

pada ruh Ummatan Wahidah.

 

Sebutkan satu kalimat yang indah di telinga

La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

bahang api lahar gunung berapimu

akan sejuk.

Tanggalkan jaket kebongkakkanmu

di situ tak ada keselamatan.

 

Kau menyemburkan maut 

di seluruh Tanah Palestine

akan berpulang kepadamu.

Dalam senyap dan diam

angin bertukar arah

api kemusnahan kembali

pada tuannya.

 

Sebutkan satu kalimat yang indah di telinga

La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah

aku telah siap menyerahkan

tengkuk leher ini 

genapkan mimpi malam tadi

pengorbanan tulus

penyempurnaan janji.

Aku telah menyahut panggilan-Mu

Pesan keamanan telah datang

Kebenaran tak pernah bersekutu

dengan kebohongan dan kekejaman.

 

Ya Rabbi, usahlah kata-kata ini

turun dari amarah angin majnun

sebagai perosak

Biar air terjun dari gunung

menyejukkan dan melepaskan

dahagamu di alaf ini.

 

42. Sebuah Masjid

 

Ketika sampai

di dataran tinggi

daerah pedalaman

menghampiri sempadan

di desa yang jauh

di kepulauan sepi

dan di rimba raya.

Keinginanmu

membina Baitul Rahman

di daerah-daerah matari terbit

di benua selatan

pulau-pulau lautan teduh.

 

Di lahan-lahan baru

kau berjuang

membuat taman baru

harum bunga

di tanah peribumi

menzahirkan impian

membayangkan esok

hadirnya jamaah

yang mengucap kalimat tauhid

tawajuh pada-Mu.

 

43. Mimpi Malam Tadi

Laut ini bergelombang lagi

pulau-pulau mutiara

tenggelam dan nafasnya

perlahan hilang dalam

deru angin laut.

 

Pada langit aku menyentuhmu

Mata anak perbumimu

telah kusampai sebuah harapan

dan isyarat itu

telah menampal pada dinding

sejarahmu.

 

Aku duduk sebagai penonton

melihat bayang-bayangmu

pada layar putih

acara adat dan tradisi.

 

Ceritamu biasa

sedang penonton ingin

siang dikoyak-koyak seperti kertas

dan malam itu dibakar tanpa ampun.

 

Sukmamu telah biasa

dengan gempar dan gempur

dan ngonggong serigala

di malam seram.

 

Aku akan meninggalkanmu

ketika kau masih di pembaringan

tidurlah, malam masih berbintang

aku akan kembali.

 

Gazelku dalam mimpi malam tadi

aku melihat derap kuda semberani

di lahan baru berlari melingkari langit

dan ladang rumput muda.

 

Kota Kinabalu

28 Februari 2014

 

44. Dalam Cahaya

Malam itu kau pergi mencari

di sepanjang jalan akhirnya

kau tiba di sebuah pulau jauh

rembulan penuh memisahkan

yang terselindung dan terdedah

dalam cahaya murni menjelang

pintu siang perlahan terbuka.

 

Kau melangkah dan melihat

seperti mencari suatu yang hilang

sukmamu bagaikan radar peka

Kau telah berkata yang hilang

dalam kegelapan pekat tak akan

kembali nsamun kehadiran cahaya

purnama penuh kurnia samawi

hadirnya  kebenaran samasekali

tak dapat dipalsukan dan sembunyi.

 

Kota Kinabalu

28 Disember 2013

 

45. Berterus-Terang

Bagaimana aku dapat berterus terang

pada saat badai ombak memukul aku

jauh ke pojok benua kepulauan asing.

 

Aku rimas dan kelelahan sendiri di sini

berterus terang memang senjata ampuh

tapi sangat menusuk bagai mata sembilu

pada dinding sukma tanpa perlindungan.

 

Kata-kata berpulang sebagai panah-panah

dan aku bagai terikat kedua tangan pada dua

tiang dan seperti tak dapat melepaskan anak-

anak panah pada sasaran yang telah ditetapkan.

 

Bagaimana aku dapat menjelaskan gundah malam

cahaya lampu seakan pada saat-saat terakhir ini

mengiyakan perjalanan pulang menatang arus

sedang badai gelombang mengumpulkan kekuatan.

 

Yang tak diharapkan datang membusung pula

seperti ikan terdedah di udara matahari terik

penyesalanmu bagai lalat berkerumun hinggap

pada makanan terdedah siang sarat yang perih

lalu menjadi ulat dalam tempokan jiwa yang lara.

 

Di jalan pulang, aku memilih jalan sunyi selamat

kembali kepada doa biar sel-sel dalam darah ini

satu kekuatan doa mengalir kurnia-Mu sampai

ke dalam sukma yang memohon dan serambi otak.

 

Kota Kinabalu

27 Ogos 2013

 

46. Mencapai Isi Meninggalkan Kulit 

Kau menghirup puas udara siang jumaat mubarak

Waktu terus bergerak dalam zikir mengingati-Nya

Dalam waktu talian, kau tak ingin ketinggalan, tak

Mendahului, jauh tertinggal di belakang dalam amal.

 

Kau mendaki gunung rohani, ngin mencapai puncak

Menarik nafas, melihat segumpal dunia tertinggal

Memberikan kekuatan perjalanan jauh, terasa singkat

Ketika kautinggalkan halaman rumah, ikut jalan lurus

Ke jalan hakiki, memasuki dataran lembah istighafar.

 

Kau dapat melihat kebenaran,  dan kebohongan nyata

Perjalanan sejarah saksi zaman teladan dan peringatan

 

Kita dipengaruhi waktu segala tindak keputusan

Jatuh bangun peradaban,  peninggalan mengingati-Mu

Kita telah berjuang dalam ribuan tahun, ada bangsa

kalah dan ada berjaya merajai lautan dan daratan

ratusan tahun kemudian pelabuhannya sepi dan sunyi.

 

Tiap  impian benar membawamu ke akhir perlumbaan

Siang berganti malam, malam berganti siang tak berubah

Kau ikut bertarung melawan arus gelombang badai angin

Tiap pergolakan luar dan dalam  pasti akan berakhir.

 

Pagi yang murni kau bangun dan membaca Al Fatiha

Lalu berkata pada diri sendiri, "Ya aku masih di sini."

Jangan menunggu, kebenaran itu tak boleh ditunda

Membetulkan langkah dan mempelajari mata angin."

Hidup terikat pada waktu hadirnya keberadaan kita.

 

Jumaat tiba, kau tenang dulu kau befikir, menyepi

Tak ingin mengganggu orang lain, sekalipun terasa

berat tetap bertahan ternyata, kewujudanmu bukan

seperti benang kusut lalu pergi meninggalkannya

Jangan berhenti di tengah gelombang sabar bertahan

Ketika dalam kegelapan jangan biarkan kau tenggelam

faedahnya, kejadian siang dan malam kau tak boleh

duduk diam dan tak berbuat apa-apa.

 

Rahmat Allah kerana kau berada dalam bulatan

Kau tak pedulikan nikmat-nikmat ilusi sementara

di bumi sendiri, hutan tropika dan hawa Khatulistiwa.

Tanah ini adalah tanah air, Jumaat di tanah air.

Tubuh, luaran ini testimoni perjuangan jatuh bangun.

 

Kau akan terus berpegang pada akar dan tunjang

Kau telah selesa di situ kau menunggu Jumaat tiba

Di sini, telah kaubawa mereka meminggirkan dunia

Jumaat datang, berpegang tangan mendaki gunung

Setelah itu kami mendaki lagi sampai pada puncak

biar perlahan akhirnya pasti mengetuk pintu samawi.

 

Kota Kinabalu

11 Januari 2011

 

47. Perjuangan 

Biarkan katamu jadi doa, berulang-ulang diucapkan

aku datang membisikkan hajat sekalipun terdesak.

Aku telah mendengar guruhmu di langit mendung.

dan telah melangkahi benua dan lautan samudera.

 

Di sini aku cium taman ini, harum airnya manis,

Aku mengenal betul paras laut, ke pantai  dan kaki

banjaranmu Kinabalu. Kau tak akan mengabui mata

dan menguris sukma, keras dan kasar suaramu.

Kau cipta hukummu sendiri. Aku bukan burung tiung

menurut dan meniru kalimat kotor dan sumpah sarana.

 

Sekalipun kau melontar tombak-tombakmu

bagaikan panah-panah halilintar dalam kegelapan malam

aku tak akan undur setapak, apa lagi berpatah semangat.

Tak perlu kasihan aku melangkah di batu-batu kerikil,

tanah bukit dan jalan berpaya di segala musim.

 

Gazelku, bukankah kita pernah di tanah asing

melangkahi sempadan memasuki daerah keras

kau adalah huruf-huruf jadi ribuan kata-kata doa

berdiri siap-siaga di sepanjang serambi urat nadi.

Tuhan Rahman meniup ruh ke dalam huruf-huruf

kata-kata ini Engkau anugerahkan sayap dan hikmah

di lembah kasyaf melihat samawi dengan mata tawajuh.

 

Kota Kinabalu

6 Januari 2013

 

48. Berpijak Di Bumi-Mu

 

Kamu telah turun dari langit cakerawala

Entah, berapa lama kamu telah terbang

kalau tak perlu tak usah banyak bertanya

Bukankah bertanya itu satu rahsia belajar

saling mengisi sumbernya samawi dan alam

Membaca suka duka demi kelanjutan hidup.

 

Ketika tanya jawab mulai tersingkap rahsia

Malam dan siang bergerak  dengan isyarat

Bermulanya terpencar sebuah karya kreatif

Pengucapan indah mengalir dalam serambimu

Impian dan harapan pada bayangan terkaan

Ketika tanya rutin jawaban pun terlalu biasa

Bertanya umpan pada otak supaya berfikir

Ketika otak pasif, maka kau berjalan balik

melangkah undur tiada pegangan sampai terakhir.

 

Tiada kemajuan, apa lagi pembangunan mental

Kita bangsa mengeluh banyak kurang berbuat

mengomel terus-menerus dan putus harapan

Lalu kita pun mulai berprasangka pada jiran

akhirnya, menyepi sendiri  dalam kamar gelap.

Lama-kelamaan otakmu malas dan lembab

menyerah kalah dan menyisihkan perjuangan.

 

Bila tak ada perjuangan yang benar dan jujur

Bagaimana kita memartabatkan suatu bangsa.

Bahasa kita tak dapat bertahan dalam arus zaman

Bahasa biadap, kurang ajar, mengajar derhaka 

pak turut, tukang ampuh, peminta di pinggir jalan

Kita bangsa yang agung, anugerah samawi cahaya.

 

Melahirkan pengkhianat bangsa, berakhirnya budaya

Hanya kulit luaran tak akan dapat bertahan waktu lama

Meninggalkan tradisi warisan kata-kata hilang keindahan.

Berselindung di celah batu, gua gelap. Hilang jati diri.

Justru itu peringatan dan nasihat membuatmu sedar.

 

49. Aku Melihat Diri

Ya Rabbi, padamu, aku datang sendiri

Telinga tulus tak akan ingin mendengar

Bisik-bisik kebohongan di malam gelap

Mataku, lambaian tanganku memanggilmu

Yang di hujung jalan, ke kanan menjauh.

 

Aku tak pernah berdusta dan membuka pintu

Langkah ini mulai terasa berat di bumi sendiri

Aku masih tersenyum, dan menyembunyikan

Keperihan badai musim tengkujuh malam itu.

 

Kau, yang melontar api diam-diam mengutuk

Silakan, langit tak pernah diam, hujan akan turun

Ya Rabbi, Tak mungkin aku berdoa keras-keras

Ketika bersujud aku malu, aku tak membiarkan

Kini telah redah aku kembali kepada-Mu tenang.

 

Ya Rabbi, nafasku masih berdeyut langkahku tetap

Kuda Semberaniku, kamu pendamping yang itaat

Aku di bumi kelahiran. Aku melihat pintu terbuka

Siapakah yang datang? Teman atau seorang musuh.

 

Aku masih bertahan suara seorang  penyair pulang

Tak ingin melihat langitmu tercemar dan terconteng

Ya Rabbi, sekarang sukmaku tenang air di lautan

Seperti anak kecil baru belajar berlari datang pada-Mu.

 

Kota Kinabalu

17 Disember 2012

 

50. Waktunya.

Waktunya telah sampai

derap kaki dan lafaz kata-katamu

kau tak akan menyepi selamanya

sendiri dalam ruang sunyi dan sepi.

 

Merayau ke lembah kata

lalu menerebos ke langit biru

sampai ke cakerawala

menyingkap rahsiamu.

 

Ya Rabbi, dalam sukma yang pasrah

di situ ada kekuatan dan siap-siaga.

Ayuh, Gazelku, kita menerjang

dalam udara terbuka dan damai

Mari, Kuda semberaniku, berlari

pacu sampai ke rembulan penuh.

Aku tak akan dikalahkan sekarang

dan dilupakan atau dipinggirkan.

 

Beri aku satu kata perbuatan

maka kulengkapkan kalimat

yang akan menawan kalbumu.

Beri aku ruang, ruang terbuka

kuingin telinga dan sukmamu

mendengar dan mengerti situasi

 

Beri aku pengertian walaupun sesaat

selepas itu pergilah kau dengan aman

Berikan aku jawaban yang paling tegas

bukan ucapan mengigau dan bercerotoh.

Salam waktumu telah sampai bertindak

 

Kota Kinabalu

19 Disember 2012

 

51. Kasih Tak Padam

Ada seorang isteri sepanjang hari

menceritakan kebaikan-kebaikan

suaminya. Cintanya rembulan tak

pernah padam. Sekalipun hujan

angin ia tetap merindukan Adam.

Ketika pulang menjelang maghrib

di situ suaminya akan menunggu

dan menyambutnya dengan kasih.

Kebajikan dan martabat dirinya

telah diangkat dan dijulang sampai

ke pucuk langit. Jadi, aku tak heran

ia terus memuji-muji insan seorang

ini. Kini ia telah berpulang, tak akan

kembali. Kamarnya sepi,tiap malam

isteri memburu mimpi, kalau saja ia

turun kembali dalam mimpi kejora

dari langit malam tidur memeluknya

sampai ke hujung malam. Waktu pun

beredar cepat, hari demi hari tanggal,

pintu itu masih terbuka, menunggu.

Hari-hari berkabung mulai tersingkap.

Tapi merah rindu tak berubah warna.

 

Kota Kinabalu

29 Disember 2012

 

52. Harimau Sukma

Harimau yang ditinggalkan

Pulang kembali di halaman

Ngaumnya masih tegar dan

Mengecut sukma mendengar.

 

Ia kelihatannya telah berjalan

Jauh di rimba jati dan dataran

Wilayah tak bersempadan

Belang kuning masih berkilat.

 

Harimau sukma yang pulang

Dari rimba jati menunggumu

Membuka pintu dan masuk

Menyedut di langit terbuka.

 

Dua tiga kali kau berngauman.

Lalu seperti memeriksa tubuhku

Dan menjilat-jilat wajah dengan

Kasih dan begitu berhati-hati.

 

Dapatkah aku mendamaikan

Harimau di rimba sukma

Ngauman dan suara hati

Impian telah menjadi diri.

 

Harimau sukma telah kembali

Ia telah mencium bau rimba

Ngauman di tengah malam

Memburu jauh ke sempadan.

 

Kota Kinabalu

21 Disember 2012

 

53. Catatan Kecil Buatmu

Kalau kau tanyakan impianku sebenar

aku tak akan menjawabmu sepantas kilat.

Daun kering terakhir ini lepas dari gagang

pohon, diterbangkan  angin jatuh di jalanan

sejarah, waktu sedikit reput menjadi tanah.

 

Ketika aku terpanggil berdoa, aku tau 

Ia membalasnya meskipun tanganku tak

dapat menjangkaumu kerana kau terlalu

jauh, sukmaku merasakan kehadiranmu.

 

Ya Rabbi, usah kebimbangan sekalipun

walaupun sebintik di dalam relung sukmamu.

Penantian itu adalah suatu kesedaran dan

kesabaran, menguatkan tekad langkahmu.

 

Dakaplah rembulan, usah kau lepaskan

pasti siang mendatang mendakapmu lalu

menghantarmu ke depan pintu, manisku.

Ketika kau berjalan seorang diri, ingatlah,

kau pendamping yang baik dan cermat

dan sangat sayang padamu, peganglah

tangan-Nya dan usah merasa takut dan

gentar. Ia pasti membawamu ke langit

siang benderang.

 

Kota Kinabalu

29 Disember 2012

 

54. Sepotong Syurga

Lihat pada siang diserap ke dalam senja

Kau seperti lagun di samudera lautan.

 

Suatu hari kau bertanya setelah bangun 

"Di sini telah lama tak mencium syurga.

Orang pun taerana menikmati dunia."

 

Ketika orang membolak-balik daun tangannya

Ini sepotong syurga. Ambillah. Jangan mengigau

Berkilat kristal di anak matanya, perantau pulang.

 

Syurga itu tekad, pengorbanan dan displin mendaki

kemanisan madu telah mengalir ke dalam sukmamu

 

Kota Kinabalu

24 Januari 2013

 

55. Anugerahmu

Aku memang merindukan taman tulip di kotamu

telah menjadi grafiti dan artefak di dalam sukma.

Ketika aku merapatkan kedua mata, naluri ini

menjadi akar-akar serambi yang halus dalam

senyap tumbuh dan mencengkam tanah gembur.

 

Kubayangkan puncak gunungmu di waktu pagi

dan menyentuhnya, kau adalah sutera lembut

Sabarlah manis, aku perlu waktu, bulu-buluku

baru tumbuh di kedua kepak ini. Sambil aku

memandang lautan samudera dan mata angin.

Aku kembali mencium udaramu di jalan pulang

rongga dada turun naik menikmati anugerah-Mu

 

Aduhai manisku, malam-malam kembang kenanga  

telah tiba. Aku menunggumu dengan kasih langit

memang banyak yang belum dapat ditunaikan

dapat kutunaikan. Tapi Engkau, Tuhan Rahman,

selalu menerima kelemahan dan kekurangan ini.

Tiap malam kau datang  dengan cahaya rembulan  

siang datang dengan matahari dara, kau berikan

aku langit dan bumi, itu lebih dari cukup.

 

Kota Kinabalu

19 Februari 2010

 

56. Langit Pasti

Sekarang tibalah sudah giliran minta maaf

setelah menampar memukul orang tua tak

menahu itu. Sampai percik darah di udara

menampal ke langit lalu menitis ke bumi.

 

Ia merasa serba salah, ada pergolakkan dalam diri.

Langit  saksi yang sabar melihat peristiwa itu

Yang datang menyerbu cukup dengan peralatan

kemarahan dan bahasa kasar dalam aksi rombo.

 

Diserbu dikasari dan dimaki-hamun tanpa ampun

tapi ia tetap tak akan berkata apa-apa menyerahkan

tubuhnya dikasari. Namun begitu ia dapat berlaku

sopan dan mengalah, asal, haknya tetap terlindung.

 

Di Tanah Pelangi ini, kau sendiri telah lelah dan

mengejar-ngejar dan kau yang telah tertuduh didera

adalah hewan buruan yang telah lari-lari sembunyi

esok, di mana lagi tempat buruan dan kezaliman?

 

Ketika aku menundukkan kepala melihat ke bumi

aku reda kerana Allah Taala saksi dan tetap melihat

dan bila mana siksaan makin hebat dan tak terkawal

langit pasti menurunkan tangan-Nya memberi amaran.

 

57. Syafaat Dan Isi Perjuangan

 

Kau renung langit biru dan pekat malam

bagaimana perjuangan mulai seribu daya

tiap gerak alam dan halaman sejarah telah

memberikan isyarat dan peringatan terus

bukan dari benih kejahatan yang  tumbuh

dalam kegelapan, air busuk tanah kering.

 

Ada pula yang berkelana ke sana ke mari

dan cuba memahami isi perjuangan tapi

ternyata kegelapan terus mengejarmu

supaya ketika kau kelelahan dan patah

kau akan disedut  dalam kegelapan panjang.

 

Mengapa kau terlalu ke sasar mencari

tanpa menghitungkan isi perjuangan ini

Bukankah syafaat itu hanya datang dari

Rasulullah. Tak ada keselamatan lagi

selain Kekasih Allah, Wujud Suci.

 

Sia-sia berharap pada yang tak akan

dapat memberikanmu  perlindungan

dan syafaat. Tak ada jalan pintas

selain menyerap dan mengamalkan

syafaat Rasulullah, sampai akhir zaman.

 

58. Tanah Kasih 

Ya Rabbi, aku bukan kehilangan bedul waktu bergetar

tidak juga aku berdalih mendahulukan kepentingan diri

dalam timbunan rasa fikir aku terasa gempa yang lunak

kejauhan adalah kerinduan berkocak dalam sabar menanti.

 

Ya Rabbi, tak pernah kulupa menyebut nama-Mu

lembah gunung kulangkahi dan laut telah kuhadapi

kelajuan gelombang meredah cinta melayang  berpaut

seribu anak kata kalimat lebur dalam satu pertemuan.

 

Ya Rabbi, tak akan kulanggar janji dan berpatah sayap

Kau rembulan dua hati dalam harum malam kemuning

di langit siang kami berjuang memaknakan sebuah cinta

kami tak akan dikalahkan kerana hiruk pegap amarah.

 

Ya, Rabbi, tanpa-Mu, cinta ini bagai desir angin bingung

berputar, terhoyang -hayang tanpa arah, kehabisan tenaga

kerana hati kami telah baiat dan majnun datang kepada-Mu

lalu kasih langit dan cinta bumi bersentuhan, terasa damai!

 

Canberra

26 Mei 2012

 

59. Datang Berita 

Datang berita sebagai hukuman

langit gemetar bagai tertanjap

pisau ke dada

tak berdarah

bagai siksa silam

datang kembali

bukan dalam mimpi

datang di siang hari

terbunuh

dibunuh

dan membunuh.

Ketika membidik, "dorrr"

mata buas sebagai pemburu

alam bagai kaca terhempas

tapi siapa yang akan peduli.

 

Tiap tembakan mengena sasaran

sambil menarik nafas panjang puas.

Ya Rabbi, lihatlah, semudah itu

meregut hidup dan membunuh!

 

Aku melihatmu di kanta sejarah

aku melihatmu di siang benderang

aku melihatmu di malam sembunyi

tanpa dapat kau berkata sepatah

tanpa dapat kau menutup mata

tanpa dapat kau berbuat sesuka.

Malam meletus

bagai gempa gunung berapi.

Ya Rabbi, aku tersiksa

ketika roda maut datang

dari manusia kepada anak manusia

dari manusia kepada hewan di rimba jati

tanpa ampun

tanpa maaf

tanpa sidang

bagaimana kau menyatakan cinta

lalu melukai tubuh kemanusiaan

mengheret dan membakarnya siksa

seperti anjing jalanan di lorong-lorong 

seperti anak bangsat hina terhukum.

 

Tujuh petala bumi bangkit

tujuh rimba bergerak maju

tujuh puting biliung menjadi satu

tujuh lautan terguncang ribut

"Ya, tapi siapa peduli."

 

Masih tembakan di kota yang musnah

masih tembakan di gurun pasir terpencil

masih tembakan di lembah gunung perang

masih tembakan di lorong-lorong kota

masih tembakan di laut pelarian maut

masih tembakan di depan mata lelah

 

"Dorrr, dorrr, dorr."

Satu, dua, tiga, sembilan

tiga puluh tiga, seratus tiga puluh lima

tujuh ratus  satu, seribu empat puluh sembilan

dua ribu, sejuta.......

siang mentari warna kunyit

maut tercium dalam udara.

 

Tujuh langit bermandi darah

tujuh lautan berkata,'cukup'

Masih tidak kau peduli.

 

Canberra

23 Mei 2012

 

60. Tujuh Pintu

Aku mendatangimu dengan kasih

siang kadangkala tak terlalu ramah

di luar pagar kita bertegur sapa

tak kenal namun ada semacam solidaritas

beratur dan menunggu panggilan

pertanyaan, waktu temu dan protokol.

Tamu lain duduk di kamar tunggu

kunjungan isnin seminggu sekali.

Tiap kunjungan terasa langit dekat

lima pintu kaumasuki baru ke pintu

tunggu terakhir, masih menunggu.

Kau datang masuk pintu keluar pintu

Aku menunggumu di kamar tunggu.

Kau senyum berhati-hati membuka pintu

dan aku menunggumu lalu berdiri tenang

menjabat tanganmu dan menutup pintu.

“Kubaca berulang kali, sekarang telah

melekat ke dalam hati dan lancar di lidah.”

Tujuh kalimat diulang-ulang menjadi

tujuh pintu yang terbuka dan kau pun

masuk ke dalam, terasa denyut nafasmu

mendorong langkahmu ke pintu terakhir.

Kekasih akan selalu membuka pintu

kepada yang mendambakan kasih-Nya.

Ia berkata di gunung Sinai, Seir dan Paran

“Aku tak akan berundur. Ini keputusan,

suara hati telah bulat, aku bersaksi pada

tujuh lapis langit dan tujuh kerat bumi.”

Kau tak menyesal malam akan panjang

pintumu akan terpangkah dengan darah

kerana kau telah mengucap Kalimat Tauhid

mengulang dua kali dari lafaz sukmamu.

Kau tak perlu bimbang, tak ada memaksa

atau dipaksakan, kesaksian ini bermula

dari pangkal hati terus ke pintu samawi.

Ada pintu masuk dan ada pintu keluar.

Kekerasan hanya memperluaskan perang

tapi tak akan menakluki hati yang pasrah.

“Salam.” katanya, senyum dan pergi.

Aku pun berjalan keluar lalu menutup pintu.

 

Canberra

7 Jun 2012

 

61. Dunia, bayang-bayang

 

Jika kau kepunyaan Tuhan, dunia ini punyamu

Aku mencari kekuatan pada kalimat itu

Lalu kuingat  kalimat itu di mana-mana

Aku tak berhenti mencari makna firasat.

suara itu datang dalam firasat lalu berbisik

ke dalam telinga kau sucikan noda-noda

di dalam sukma. Aku tumbuh membesar

dalam kandungan-Mu seperti seorang ibu

menjagai diri dari cedera atau disakiti.

 

Ada pintu kebaikan masuk ke dalam pintu

kebaikan, di situ ada Syafaat, jalan kasih

ke pintu samawi. Aku menemukan diriku

dalam kalimat-kalimat-Mu yang indah

seperti langit menyingkapkan rahsianya.

 

Tidak aku akan menjadi kepunyaan-Mu,

sekiranya diri ini masih cinta pada dunia

Tidaklah aku jadi ummatmu yang sempurna

jika aku menutup sendiri pintu pengorbanan.

Setiap langkah, kedua kaki istiqamahmu maju

 

Puncak keimanan mengorbankan yang dicintai

suatu yang kita cinta lalu dunia ini akan menjadi

bayang-bayang yang ikut ke mana saja kau pergi.

 

Kota Kinabalu

29 Januari 2013

 

62. Kalau Bukan Sekarang, Esok

Di bawah sebatang pohon kau duduk

melihat hujan turun, kau pun tak mengira

matahari harapan telah muncul di barat

kau telah menjabat kasih ini tanpa sangsi.

 

Di lautan gelombang makin meninggi

Tebing pantai pulaumu telah runtuh

Penghuninya telah meninggalkan halaman

Tak ada jadual pulang bila akan kembali.

 

Ketika langit berkata waktunya telah tiba

Wajah lautan pun bertukar perlahan-lahan

Ketenangan yang hilang  di malam kembara

Pulang dengan kedamaian ada pada kalbu.

 

Tiap hari mereka berjuang, di bawah terik

mentari, mereka tak pernah menyerah kalah.

Tiap penderitaan ada masanya akan berakhir

Persoalan sekarang harus diselesaikan sekarang

kalau esok ditunggu telah terlambat tak berubah.

 

Penempatan baru ketika datangnya musim banjir

penderitaan , kepayahan,  kelaparan orang kecil

lalu mereka mula bertanya bila matahari akan

mengirimkan cahaya menghalau kegelapan mu.

 

Kota Kinabalu

20 Januari 2013

 

63. Semangat

 

Aku makin lelah berterus terang padamu

Seperti langit kehadirannya memberitakan

Siapa yang ambil peduli, air tetap mengalir

Gunung diam tenang dalam tafakur damai

 

Siapa harus kau salahkan ketika badai turun

di bumi merdeka kau diberi ruang  seluasnya

kalau kau ketinggalan menantang arus laut

kau tak sepatutnya berpatah balik ke tebing.

 

Air gunung mengalir tenang menjadi air terjun

Dan akhirnya mengalir antara desa ke kuala

Ia pelepas dahagamu ketika hawa panas sekali

Kedamaianmu adalah ruh impian yang sempurna.

 

Kekuatanmu kerana kau berfikir  senjata ampuh

Semangat hidup menggerakkan jiwamu melangkah

Berfikirlah seluas angkasa raya tanpa sempadan

Dan menulislah di mana pun sekalipun di pulau sepi.

 

64. Melukis Mimpi

 

Sebelum tidur kembang malam masih berjalan

yang lain telah dibuai mimpi ratusan rempah

sesekali mimpi terlepas tak mungkin kembali

esok kau cuba mengingat sari mimpi semalam.

 

Seperti alam langit berubah  menjadi mendung

gelora lautan sebelumnya kini tenang dan damai

tiap bual dalam mimpi cuba diingat dan ditafsir

kau mencari pengertian dalam warna dan nama.

 

Mimpi  benar mempengaruhi siang mendatang

jauh di dalam kalbu kau seperti menemukan

harapan yang diberitakan melalui isyarat padamu

kedamaianmu firasat yang terlukis pada langit.

 

Datanglah mimpi benar aku masih menantimu

getaran dan resapanmu ke dalam kalbu telah

menyakinkan rahsia bumi dan kekayaan langit 

 jiwa kelangsungan hidup damai yang benar.

 

65.Istighfar

 

Angin bertiup kencang meranapkan pepohonan kalbumu

malammu seperti tanah terbongkar dari badai durjana itu

suaramu telah terbawa angin sampai ke khutub selatan

kedamaian hujan petang turun dengan rela ke sungaimu.

 

Sepi menusukmu seperti panah-panas terlepas dari busur

langit tak berubah cuma kehilangan burung-burung terbang

kau harus berlindung di langitmu dari mendung tebal

musim akan bertukar kau tak akan dapat menahannya.

 

Petanda apa yang membawa isyarat pada perubahan alam

lalu terkumpul huruf-huruf kata turun dengan kekuatan

akan menumpaskan kekerasan sampai tersungkur di bumi

kau telah berulang memberi amaran padanya terbuka.

 

Tapi kasih sayang masih pada tangan cinta kedamaian

pada kalbu yang tersimpan derhaka dan dendam kesumat

tak akan berkompromi dan menerima hakikat kekalahan

kerana kekerasan hanya menghidup api peperangan panjang.

 

Ya Rabbi, tenteraman jiwamu merangkum seluas langit

tiap perjuangan yang membawa ishla tanpa melukaimu

akan terus dijagai oleh samawi tanpa pengkiraan waktu

kau tak akan menuntut bukan hakmu menjadi punyamu.

 

Kemenangan padamu yang bertahan dan tak berganjak

sekalipun gunung berapi melepaskan lahar asap belerang

kau telah selamat ujian-ujian lautan dan gunung bertahan

istighfar terucap dari jiwa istiqamah ketal akan berjaya.

 

 

 

66. Dalam Satu Bulatan

 

Dalam satu bulatan ini

ia berjalan sendirian

berapa musim berlalu

kesabaran, pengorbanan

dituntut demi kebenaran

ia terus langkah kakinya

berlumba dengan masa

meraih cahaya samawi

tiap perhentian ia berkata

sebentar berteduh di sini

malam pun turun beradu

esok ia memulai langkah

perjalanan tak terasa lelah

matanya masih berkerdip

sedut nafasnya masih bugar

memandang ke langit rahmat

meneruskan sisa perjalanan

tanpa berkeluh dan kendur

berpegang pada tali Allah.

 

Canberra

1 Julai 2012

 

67. Nafas Dalam Zikrullah

 

Ia berdiri tertib

memandang sajadah

tenang dan tafakur.

 

Sedut nafasnya

lepas perlahan

terucap dalam

kalimat-kalimat doa

dari sukma yang sujud

dalam bahasa ibu.

 

Malam mulai luntur

lautan tenang

gunung berendam

dalam kabus

tiap rakaat

nafasnya larut

dalam zikrullah.

 

Tiap salam

yang tertebus

meraih kemenangan

di jalan pulang.

 

Kegelapan disingkap

mata hati melihat

terang dan jelas

menuju jalan sehala

yang selamat dan

diberkati dalam doa-

doa Kembara Musafir.

 

Canberra

14 Julai 2012

 

68. Salam Ini

 

Meskipun aku tak melihatmu

tapi aku merasakan getaran

dan gelombang dari sukmamu.

Kau telah merenangi samudera

dan sampai ke pulau teduh

dan matamu seperti tebing batu

tabah dan sabar tak berganjak

sekalipun gelombang  badai

datang bagai sebesar gunung

membawamu hanyut.

 

Tak pernah pulaumu berduka

menyerah bukan kosa kata dirimu.

Sejakitu kau melihat alam ini

Satu anugerah-Mu yang terindah

kau menikmati desir angin laut

dan kau telah berhenti meraung .

 

Kau telah siap jalan sendiri

ke jalan pulang, berkemas,

mengucap salam perpisahan.

Di pelabuhan ini, kapal mulai

merenggang, sauhu telah ditarik

Tenang dan damai, sedamai

lembah gunung hutan jati.

Katamu, "Gazelku

sayang, kau sangat baik. Dan

penghibur yang baik, teman

lembut dan sabar."

Salam, Fi Aminillah.

 

69. Sayang Rasulullah

 

Namamu sungguh mulia dan dikasihi oleh ummah

Wujud suci,  Muhammad, Rasulullah, insan maksum

Kekasih Allah, kedatanganmu membebaskan dunia

Dari kegelapan tebal, ketololan, tahyul, dan syirik.

 

Kenampakkan zat Yang Maha Suci pada wajahmu

Bergema ajaran Islam seperti cahaya menawan kegelapan

Pintu kalbumu terbuka air samawi turun membasahimu

Muhammad, khataman Nabiyeen dan Islam agama sempurna.

 

Jalan kemenangan dan selamat hingga akhir zaman hanya

Dari pintumu Muhammad, manifestasi kebesaran-Mu

Dan Ahmad, manifestasi keindahan pembawaanmu

Tiap kalbu mendambakanmu keharuman musim bunga.

 

Kau mengajar kalimat Tauhid dan Zikirullah

Meninggalkan kegelapan nafsi amarah pada jiwa yang tenteram

Mengenal zat Yang Maha Agung, Tuhan Sekalian Alam

Memimpin tergolong menjadi orang-orang yang saleh.

 

Islam menukar hidupmu dengan nilai-nilai hidup pekerti

Akhlaq yang mulia, rendah diri, sabar dan tekun berdoa

Dalam pengorbanan kaulah paling depan berkhidmat

Demi kemajuan rohani dan keselamatan dunia akhirat.

 

70. Mendengar Nasihat *

 

Satu kehormatan ketika dipanggil memberi nasihat

mendengar kata-kata nasihat buah rahmat samawi

memberi nasihat perlu selalu, bukan pula bermusim

kita tak akan rugi duduk mendengar nasihat jujur

nasihat ayah pada anak, nasihat suami pada isteri

dari professor kepada mahasiswa, dari  menteri

kepada rakyat, dari rakyat jelata kepada menteri.

 

Nasihat datang dari langit kepada hamba beriman

nasihat Rasul pada ummah, nasihat ma pada anak

nasihat orang tua sampai ke tua membawa rahmat

yang tak ingin mendengar nasihat, golongan merugi.

 

Mereka yang tak ingin mendengar tak peduli nasihat

bukan tradisi adat Melayu, membelakangkan kebaikan

nasihat tak ada sempadan dan memandang warna kulit

jangan pandang dari siapa yang memberi nasihat itu.

 

Nasihat datang dari jiwa yang bersih penuh barakat

merendah dan lemah-lembut bahasa menawan kalbu

Negara sedang membangun, rakyatnya tentu pula

suka mendengar nasihat sekalipun hal-hal kecil

ketika mendengar nasihat matanya penuh berair

untung, mereka ada masih suka memberi nasihat.

 

Tiada dalam hidup ini, sejak lahir, tak suka nasihat

ketika orang ingin memberi nasihat, duduk dan dengar

sekalipun kau telah mendengarnya puluhan kali

cuba bayangkan, kalau orang tak mendengar nasihat.

 

Honiara

3 Oktober 2012 

71. Firasat Dan Seorang Sahabat

Ada sesuatu tak beres telah berlaku di sini

Masih belum juga terjawab pertanyaan ini

seperti berjalan asyik menoleh ke belakang

dalam firasat ada orang yang mengintip dan

berniat jahat bersembunyi di dalam belukar.

 

Dalam setengah tidur seperti ada orang yang

memanggil namamu, yang jelas tak ada orang

datang firasat mungkin ada sesuatu akan terjadi

duduk, berdiri, mundar-mandir dalam kamar

sampai jauh ke tengah malam, jiwamu bimbang.

 

Rupanya, dalam hidup tak semuanya akan menjadi

adakala pula yang diharap lain pula yang sampai

Bagaimana sampai jadi begitu perkara yang mustahil

kalau kau protes, akan dilabel kejahatan dan derhaka

lalu lebih baik diam saja tunggu apa yang bakal terjadi.

 

72. Aku Memang Kecil.

 

Aku melucutkan dunia di hujung jari

Kau memandangnya tak berkata apa-apa

Ada ternganga tak percaya, 'bodohnya.'

Aku memang kecil, dunia terlalu besar.

 

Aku tak bermaya dalam buruj dunia

Meskipun kau berkata berulang-ulang

Tapi, aku masih menjawabmu, 'sama.'

Tak ada rugi, tak ada patut dipertikai.

 

Kebijaksaan itu membuat kita melangkah

dan tak akan berhenti sebelum berjuang

Inilah lagu yang dinyanyikan setiap hari

supaya kau tak lupa di tengah bersaing.

 

Kau mesti bisa membedakan ilusi dan hakiki

kejuitaan dunia bukan perjuanganmu selama

keredhan Ilahi ke arah tuju kembaramu

ketenteraman kalbumu tuju abadi.

 

Kota Kinabalu

18 November 2012

 

73. Naratif  Perbualan Sendiri

Masing-masing ada cara dan pengertiannya

menaksir alam, sebuah mimpi dan harapan

ketika turun tangga kulit dadamu berkeringat

ujianmu bermula dari sukma menyerap ke

dalam darah, langkah pertama dan kuda-kuda

ada peraturan alam, peraturan manusia dan

peraturan langit.

 

Tiap satu tak boleh dilanggar hukum alam

Tiap satu memerlukan yang lain, tiap satu

tak lepas dari kehadiran waktu, penyebab

dan akibat. Tiada barang mustahil katamu.

asalkan kau tak berhenti dan menyerah kalah.

 

Kau pembaca yang baik dan penafsir yang tekun

Dalam Al Fatiha ada penawar, dari sekerdip cahaya

Aku datang lalu ia menjadi segumpal cahaya siang

langit terang benderang, kuda-kudaku, makin lincah.

 

Terakhir kau berkata, di luar ada langit yang biru

Aku bergerak ke pintu yang lain di pembaringan

Mereka berbual walaupun aku tak dapat menangkap

Kini aku di luar menghirup udara memandang langit.

 

ICU Hospital

Kudat

 

74. Doa Sederhana.

 

Duduklah di sini, lama kita tak berbual

dulu di halaman ini kau selalu datang

duduk bercerita tentang apa-apa saja

berbual tentang bintang langit malam

tentang sebiji nasi jatuh di atas lantai.

 

Tapi ada waktu kita duduk berkelakar

ketawa tak tentu fasal, hanya mendengar

suara kucing jantan kerana musimnya.

Atau cerita ma di penjuru kamar tidur

tiap anak adam merasa zamannya itu

adalah zaman yang terindah dan asyik.

 

Aku lahir dan hidup dari kurun lalu

dan kurun 21 ini, menjadi saksi pada

kebenaran dari firasat yang mengalir

Mengapa? Ada suka menyembunyikan

kebenaran sampai jauh ke dasar bumi.

 

Kebenaran itu adalah cahaya  yang

terang sekalipun kau cuba berusaha

memampan langit dan menyembunyikan

ia tetap memancar keluar sebagai rahmat.

 

Ia seperti  batu permata yang bernilai

sekali kau mengilapnya ia tetap berkilau

dan gemerlapannya menerangi relung-

relung kalbu ketenteraman melihat

dengan mata rohani dan menjauhi dunia.

 

Ya Rabbi, aku masih berkata-kata

kepada-Mu dalam bahasa ibunda.

Tiap patah kata itu lahir dari kalbu

yang digarap dalam kata-kata kasih

dan tulus, bahasaku bukan bahasa

yang dimanipulasikan, bahasa ini

adalah bahasa yang membayangkan

rasa kedekatan dengan-Mu.

 

Ketika aku berdoa kata-kata sederhana

dalam bahasa yang segar dan bersih

lalu yang keluar dari hujung lidah ini

kata-kata kebenaran lahir dari itaat

munasabah diri,  istqamah dan istighafar.

 

Kota Kinabalu

10 November 2012

 

75. Naluri Sebuah Doa

Aku meraihmu dalam doa

kau hadir dalam patah  doa

ketika aku merasa amat rindu

Ya, Rabbi, aku datangimu

hening doa tengah malam

lahir dari naluri halus

mengalir dari jiwa tawajuh.

 

Kuingat namamu

kulihat wajahmu

suaramu dan getaran nafasmu.

Ampun Ya Rabbi, ampun

aku sujud di lantai-Mu

aku menangis, memanggil-Mu

aku hangus melenting dari

percikan api-Mu.

 

Aku meletakkan

kepalaku di atas sejadah

mengetuk pintu-Mu.

Bagai anak kecil

aku meminta tak berhenti

aku merayu sampai nafasku tersekat

air mata turun bagai air mengalir

dari lembah gunung.

 

Ketika kusebut

kekasihku, kusebut dalam doa

lalu rinduku terlerai.

Ya, Rabbi aku ingin kebaikan

kebaikan insani, aku ingin rahmat

dan perlindungan-Mu, tanpa-Mu

kami rumpaian laut yang hanyut.

 

Demi kebalkan, terangkan hati kami

jagailah kami dengan malaikat-Mu.

Hapuskan titik-titik dosa di hati kami.

Bila siang mendatang biar

kami  berkelana, takwa di dada

bila tabir malam turun kami

bersujud kepada-Mu.

 

Ya Rabbi, kupanggil nama-Mu

kupohon kurnia-Mu

di malam wangi gaharu.

 

Ya Rabbi, kupegang tali-Mu

tak ingin kulepaskan sekalipun

bumi terbelah tujuh.

 

Ya, Rabbi, kerinduanku terisi

setiap resahku terjawab

setiap doa Kau sempurnakan.

 

Canberra

9 Mei 2012

 

76. Cinta

 

Bila rasa kasih mengalir jauh di serambi hati

segalanya dilihat dalam keindahan yang murni

kata-kata ditenun dari suara hati mimpi musim bunga

mata yang memberi menggetarkan ribuan rasa.

 

Pada biru langit ketenangan itu keabadian yang mulus

menyebutmu menggenapi kerinduan seorang penyair

hadir namamu dan penggulangan setiap kalimat

adalah menjadi songket tenun lambang kasih bersemi.

 

Ya Rabbi, sekiranya ini suatu kelemahan diri

samasekali bukan hujahku mendahulukan kasih sejati

di riba malam atau di sendi siang gemilang

Engkau masih sang rembulan yang bersemi dalam diri.

 

Kita adalah sepasang burung merak di taman samawi

sekali-sekali gemerincing tarimu mengusik sepasang hati.

 

Canberra

21 April 2012

 

77. Rimba Tafakur

Desing suaramu melintas kepala ke dalam belukar

aku tak pernah merasa di sini sudah jalan terakhir

sepasang kasut telah menunggu sabar di depan pintu

telah kujalani liku-liku jalan ke gunung rimba raya

telah kupegang janji mengharung gelombang angin.

Ke mana pun aku berpergian di bumi kesayanganmu

Kau, gunungku bersandar dan pulauku melipat sepi.

 

Meskipun kau tak sepantas dulu tunggulah sebentar

di jalan sehala rimba tafakur aku akan menemuimu

dengar, ia tak pernah merampas rembulan di langitmu

pada langit kusematkan di dadamu nilam delima merah.

 

Sesudah mengharung laut pasti kau melihat pulau pertama

membawamu ke pelabuhan damai jalan ke desa permai

kau, lebah madu sekali pun tersasar dalam rimbunan bunga

yang pasti kau tak akan lupa jalan pulangmu.

 

Malammu mengandung seribu harapan dan rahsia

membawa khabar gembira pada telinga ingin mendengar

kerana kasih langit aku tak akan berhenti di persimpangan

aku siap memakai kasut dan memulai lagi yang belum selesai.

 

Canberra

28 April 2012

 

78. Rahsia Langit

 

Apa nak kau katakan

Pada si burung merak

Kalau kau pun malas

untuk berbual bicara

lebih baik menikmati

lazatnya sebiji mangga.

 

Desa ini jauh di pinggir laut

Anak-anak berenang riang

dolpin kejar-mengejar

kegirangan di desa Losiolen.

 

Hujan telah berhenti

rahsia langit tersingkap

hati yang mendambakan

purnama muncul di langit.

 

Di kebun kelapa waris

kita sabar meraih hasilnya

air mengalir ke anak sungai

 resah tanah digenapkan.

 

Honiara

16 Disember 2011

 

79. Waktu Itu Pasti Datang

 

Bila waktu itu telah sampai

kau sendiri harus bersiap sedia

ketika salam telah terucap

segalanya harus kau lepaskan.

 

Tak ada lagi tawar-menawar

menundahnya ke lain waktu

kau harus menerimanya dengan

hati yang tunduk dan menyerah.

 

Yang kau lihat itu adalah

ilusi dan semuanya sementara

dunia ini persinggahan sedetik

semua pulang ke negeri abadi.

 

Waktu itu pasti akan datang

kehidupan di sini persiapan

kau sampai ke pintu samawi

tinggalkan dunia selamanya.

 

Kau telah memilih pada jalan lurus

bersujud dan memohon pertolongan

semua kau kerjakan semata-mata

redah pada Tuhan Rabbiul Alamen.

 

80. Mencium Bau Debu

 

Kita telah jauh di hujung rambut kepulauan ini

setelah ini adalah lautan yang luas terbentang

sejak mula aku tak pernah menoleh ke laut sulu

yang jelas begitu cepat aku menerpa ke depan

kau cepat pula menghilang jauh ke belakang.

 

Tiap orang ingin hidupnya akan sempurna

demikian hewan berkeliaran di padang luas

berfikir segala-galanya akan berjalan tenang

sebaliknya tanpa sedar dari rimbunan semak

sekumpulan hewan bergerak ke arah mangsa

diburu mengharapkan harinya belum sampai.

sekiranya bala datang menimpa bukan hari ini.

 

Aku telah mendokongmu sejak kembara ini

di saat-saat kritis aku terus mendoakanmu

ketika kau telah tidur di bawah langit terbuka

aku berjaga memastikan tidurmu tak terganggu

ketika aku sakit, aku menyembunyi ngerang

dan mengaduh, kita tak boleh berpatah balik.

 

Biarlah si pembual hidup dengan ceritanya

terus mencipta cerita-cerita rekaan dan ghibat

mereka kecanduan tentang cerita-cerita Zulikha

semalam, aku cium bau asap hutan terbakar

bau debu dari daerah-daerah perang, bau debu

 mayat terbakar, lumpur melekat pada kasut.

 

Kudat

14 November 2012

 

81. Lajnah Imaillah

Purnama di langit-Mu

gema suara kebenaran ini telah sampai ke telingamu

malam panjang telah berlalu samawi telah menurunkan

hujan semi ke tanah-tanah kering kontang dan daerah rawan

tunas-tunas hijau tumbuh di tanah gembur pelosok dunia.

 

Amanat ini kasih-sayang dan kebenaran hakiki

memanggilmu ke jalan keselamatan Muhammad Rasulullah

lihatlah pada langit malam bintang-bintang gemerlapan

gerhana telah berlalu kemenangan ini telah dijanjikan.

 

Aduhai Kaum Lajnah

melangkah terus gema kebangkitanmu tak akan berhenti

tangan Khalifah memimpinmu sampai ke cakerawala

dalam takaran waktu pengorbananmu paling depan

kamu adalah Khadijah yang telah dipersiapkan.

 

Wahai Kaum Lajnah

beritakan kepada telinga yang ingin mendengar

ketuk pintu sukmanya dengan suara lembut dan menawan

bisakah kau halang cahaya datang dari Menara Masihi

menghalau sarang kegelapan sampai ke akar-akarnya.

 

Kaum Lajnah yang tersayang,

air matamu yang menitis atas sajadah di Malam Tahajud

kecintaan dan itaatmu pada khalifa waktu

semangatmu gunung bertahan dan ketenanganmu lautan teduh

kembangkan kepakmu dan terbanglah dengan nur Muhammad.

 

Lajna Imaillah, Purnama di langit Masihi

inspirasi nalurimu Al Qur'an shariff

tindakan dan mindamu sunnah Rasulullah

kelembutan sukmamu amanat samawi

doa-doamu adalah air gunung yang mengalir.

 

82. Suatu Rahmat

Cinta ini,  kebenaran cahaya hidup terlindung.

tak akan ada kuasa dapat memadamkannya

sekalipun musuhmu tak akan dapat membunuh

dengan fitnah di Tanah Wasangka.

 

Ya Rabbi, yang mengenal cinta kudus dan ikhlas

Engkau melindungi cinta Adam dan Ibrahim

cinta Ibrahim terhadap anak kesayangannya

Muhammad Rasulullah, wujud suci junjungan

Api cintamu bertahan sampai akhir zaman.

 

Manisku, cinta ini tulus dari jiwa pasrah

ribuan lapisan langit telah membuka pintunya.

di taman Kenanga dan Melati, harummu telah

mengangkat sukma-sukma dari kegelapan.

 

Kau telah menyatakan baiat cintamu  malam ini

telah menyakin kau pasrah pada ketentuan Allah,

kemenangan rohani terpilih hanya kepada kekasih

kalimat tauhid rahmat Ilahi pada seisi alam semesta.

 

83. Cahaya Purnama

Bulan purnama penuh ada isyarat samawi

Penuh rahmat turun dalam cahaya murni

Kegemilangan dan keagungan Allah Azzali

Membawa kedamaian akhir zaman.

 

Kau merenung dirimu supaya kesedaran ini

Tak tertembus golongan derhaka dan durjana

Kemenangan itu bertolak dari jiwa yang tenteram

Dan jiwa tawajuh menghadap Rabbul Alamen.

 

Agen kegelapan akan terus membisik mata telingamu

Tak akan berhenti walaupun sesaat meniup agendanya

Diam-diam ia masuk ke dalam mimpi dan suara hati

Tapi putar belitnya tak akan dapat menawan ketahananmu.

 

Kegagalannya menjadikannya gila dan suara hati

Dinyatakan terbuka jiwanya tak akan tenteram

Melihatmu dalam kedamaian dan perlindungan-Nya

Dan pintu samawi terbuka dengan cahaya gemilang.

 

84. Gerhana Matahari

Sejak zaman silam langit menyingkap rahsia

Tanda-tanda di langit memberi peringatan

Ketika kembaramu hilang arah dan tujuan

Kasih-sayang Allah menghulurkan tangan-Nya.

 

Sabda-sabda Rasulullah penuh berkat itu

Terkandung rahsia-rahsia kebesaran Allah Ta’ala

Nubuah bakal terjadi di masa akan datang

Gerhana yang kerap muncul di wajah samawi.

 

Ketika suara langit tak diindahkan dan akhlak buruk

Telah bersarang di dalam kehidupan ummah

Mendahulukan dunia dari penghidupan rohani

Kau akan melihat gerak-gerak pada langit dan bumi.

 

Kau masih diingatkan kembali kepada Tuhan Yang Esa

Jalan hidup yang suci menjauhi kemungkaran

Dan kejahilan dan memesongmu beramal ibadat

Tiap perubahan samawi ada isyarat pada orang mukmin.

 

85. Doa Tak Putus

Sejak kecil orang tua mengajarmu supaya berdoa

Sekalipun hal yang paling kecil tak lupa di dalam doa

Lidahmu telah biasa berdoa pada diri atau orang lain

Kecintaanmu dalam berdoa menitiskan air mata.

 

Kau bangun di tengah malam sujud berdoa

Memanggil-manggil nama-Mu dengan tawajuh

Hamparan kalimat istighafar dari kalbumu

Mohon kelangsungan hidup yang diredahi.

 

Kini hidupmu penuh doa dan pengorbanan

Memenuhi janji-janji pada jiwa yang tenteram

Wajahmu manis dan sabar menghadapi ujian

Kau tak pernah mundur, melangkah dengan tawakal.

 

Kau telah menikmati lazatnya berdoa

Tiap doa-doamu sempurna dan dijawab

Maka kau tak ada sedikit pun keraguan

Anak keturunanmu diajar berdoa dawwam.

 

86. Malam Tahajud

 

Semangat keghairahan telah tumbuh dalam dirimu

Dalam kegelapan malam kau mengambil wudhu

Mensucikan dirimu dari bisik-bisik dunia  yang

Cuba masuk ke dalam suara hatimu lalu bersarang.

 

Kau merebahkan dirimu menghadap Allah Ta’ala

Dalam doa Tahajud, kau mendoakan Rasulullah

Mengetuk-ngetuk pintu langit  menurunkan rahmat

Menyempurnakan sebuah harapan yang terkabul.

 

Dalam doa-doa  kudus di malam hari bercakap-cakap

Dengan tangan Allah Ta’ala yang menyempurnakannya

Dan jawaban turun seperti air terjun mengalir ke muara

nikmat-nikmat penuh berkat dari rahmat Allah Azzali.

 

87. Istiqamah

Jalan menuju ke langit Ilahi harus dengan jiwa istiqamah

Dari batu kerikil sampai ke puncak gunung mesti terus-menerus

Ada semangat yang tinggi dan tak mudah kendur  dan tak mengalah

Maju terus sampai ke tempat tujuan tak berhenti di tengah jalan.

 

Perjalanan  kau tempuh mudah bertukar haluan, laju dan perlahan

Mengelak gelombang ada gelombang lain datang ke arahmu

Tapi berhenti dan mengalah akan menghanjutmu jauh ke tengah

Dalam mengharung badai ketahananmu istiqamah.

 

88. Bohong

Sejak kecil kau telah diingatkan supaya menghindari berbohong

Sekalipun kau dalam satu situasi kalah menang  dalam pilihan

Kepadamu masih dituntut dan berdiri pada landasan kebenaran

Memilih jalan kebohongan demi meraih dunia dan kedudukan.

                                                                                                                

Percaya  hanya berbohong  jalan kejayaan dan kemenangan itu maka

Kau berbohong menganggap tanpa berbohong kau tak akan berjaya

Terbiasa bercakap bohong  dalam semua percakapan  dan tindakanmu

Mulai menyerap ke dalam budaya dan sosial  dan kehidupan hari-hari.

 

Kebohongan itu adalah syirik, maka harus dihindar dalam apa jua bentuk

Berbohong kecil dan bohong besar semuanya itu sama perbuatan syirik

Ketika ia menjadi penyakit  dan menjalar sampai ke jantung  penghidupan

Demi akhirat gemilang dan kebenaran hakiki pegangan kau tak lepaskan.

 

Tinggalkan syirik dan kebohongan dan senantiasa sucikan dirimu

Renungankan kelemahan-kelemahan diri tiap waktu dan lakukan ishla

Rahmat dan kurnia Allah Ta’ala turun dari samawi tak akan berhenti

Cukup dengan takaran airnya manis membawamu pada kemenangan abad

 

89. Anugerah Samawi                                                                                                                

Jatuh bangunnya dirimu lalu berdiri dan melangkah ke depan

Tanpa pertolongan Ilahi usahamu gagal dan tak bermakna samasekali

Kejayaan itu datangnya dari Allah Ta’ala dan kau yang berusaha

Jangan mudah menjadi angkuh dan takabur mendorongmu pada kegelapan.

 

Tidakkah kau bersyukur tiap pagi kau mengecap udara pagi yang segar

Bermakna kau telah menjalani malammu dengan doa-doa tahajud

Nikmat-nikmat yang turun dari samawi menyerap ke dalam kalbu

Hadir dalam dirimu lalu kau mengerjakan kebaikan-kebaikan.

 

Keselamatan dan ketenteraman jiwamu anugerah samawi dan

Tak ada kuasa yang akan mengambil daripadamu sekarang

Walaupun syaitan terus berkomplot membisikkan ke mata telingamu

Tapi ia tak akan berhasil dan akhirnya ia sendiri kecewa dan putus asa.

 

Kau telah meraih kemenangan dan berdiri di landasan kebenaran

Pegang dan jangan lepaskan kerana itu keselamatan cahaya dari menara

Di dalam bahtera ini kau belayar menuju pelabuhan damai

Kepada-Nya kau bersujud dengan tawajuh dan doa-doa istighafar.

 

90. Ruh Kebaikan

Kau telah melepaskan nafsu amarah lalu jatuh bangun

Meninggalkan sifat-sifat alami dari  akhlak Razilah

Dan akhlak Fadhilah kembali kepada Rabb dengan

Tenteram dan dunia samasekali tak berbekas dalam dirimu.

 

Dari kebaikan yang kau terima kini kau telah mengembalikan

Kebaikan dengan kebaikan dengan ruh pengorbanan yang  tulus

Kau lakukan semata-mata kerana kecintaanmu pada Allah Ta’ala

Tiada balasan yang kau inginkan menyempurnakan hak-hak insan.

 

Hak-hak Allah pada Allah Ta’alla, ibadatmu dari jiwa bersih

Meninggalkan dunia seperti kau mengalami maut dan memulai

Kehidupan  di bawah langit dan bumi baru yang gemilang

Demi perabadan manusia jauh dari kekerasan dan perbuatan sia-sia.

 

Keindahan Islam dan wujud suci, Rasulullah,  mengangkat martabat

Anak-anak keturunan Adam kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa

Langit tak akan meninggalkanmu, kelurusan hati dan keberanian

Kerendahan hati dan doa-doa terus-menerus telah membuka pintu-Mu.

 

91. Tawakal

 

Sejak matahari masih pagi kau memulai langkahmu

Tekun mengharung segala ujian dan dugaan hidup

Tak mudah berpatah balik atau tak berbuat apa-apa

Semua itu nasihat yang diucap orang yang sayangkanmu.

 

Setiap perjuangan meminta pengorbanan diri dari awal

Berserah pada nasib tak akan membawamu ke mana

Jika kau punya impian maka kau harus bekerja keras

Tawakal kepada Allah Azzali dan sukses di ambang pintu.an dat

 

Hanya dengan kerja keras dan merenung kekurangan dan membaiki

Berdoalah dengan tekun dan bersabar pasti kau meraih kemenangan

Kepada Tuhan yang disembah kepada-Nya kau memohon pertolongan

Tawakalmu penuh dengan doa dan kenyakinanmu berada di garis akhir.

 

Nasihat ini yang disampaikan kepadamu dan darimu nasihat ini

Kepada anak-anak cucu pada generasi akan datang dengan bahasa mudah

Pada mereka punya daya saing dan semangat maju dn percaya pada Tuhan

Apa kita lakukan tak akan membawa kejayaan tanpa pertolongan-Nya.

 

92. Penghapusan Dosa

Perjuanganmu  untuk meraih keredahan Allah Ta’ala

Mensucikan diri terus-menerus menghindari syaitan

Meninggalkan pekerjaan yang sia-sia  dan dosa-dosa

Timbul pemikiran baik lalu condong mengerjakan kebaikan.

 

Menyedari keburukan yang kau kerjakan lalu beristighafar

Mengalahkan kekuatan keburukan itu tak tumbuh dalam diri

Selalu berdiri pada kebaikan dan kekuatan ini menggerakkan

Jiwa ragamu layak menerima ganjaran yang terbaik.

 

Dua tarikan yang bertentangan satu sama lain dalam diri

Pengaruh kebaikan dan kejahatan dalam wujud kuasa

Mengajakmu menghindari dari keburukan, ketakburan dan kezaliman

syaitan memanggilmu, kau tak akan berganjak dari sifat kemuliaan.

 

Allah Ta’ala telah mengingatkan ketika kemuliaan masuk

Dalam diri manusia , fitrat  syaitan akan mati maka

Kau menjadi milik Allah Ta’ala dan pengampuan

Menghilangkan keegoan, membersihkan diri dari lingkaran syaitan.

 

93. Pintu Taubat

Di tengah jalan kau menyedari sebelum ini

Kau dalam kegelapan dan mengejar kelazatan dunia

Ketika kau terbangun dari mimpi buruk  di jalan pulang

Suara hatimu berbisik, “ cukup aku ingin kembali.”

 

Kegelapan mulai mengendur dan cahaya mulai

Bersinar di langit dan bumi baru  dan sungaimu

Menuruni lembah mengalir  jauh ke dalam kalbumu

Mulai saat itu kau tak pernah takut pada kebenaran.

 

Lidahmu mulai biasa mengucap zikirullah dan

Istighafarmu dari ketulusan hati  dan kesedaran

Malam-malammu, kau jalani  dengan doa-doa

Siangmu kau melangkah dengan tawakal dan istiqamah.

 

Kau telah datang pintu-Nya terbuka luas

Panggilanmu telah terjawab dan sempurna

Tiada keraguan dan sangsi dalam hidupmu

Kau tak ingin lepaskan yang menggenggam tanganmu.

 

94. Tarbiah

Kelalaian membuat kita jauh dari bumi dan langit

Keduanya saling terkait dalam tarbiah seorang Muslim

Kita melihat kemunduran akhlak dan moral pada

Golongan muda dalam aspirasinya mengejar dunia.

 

Ajaran Islam sejati tak akan pernah menjadikanmu

Pengikut ISIS atau Daesh golongan militansi dan terror

Tak ada ruang kekerasan dan bunuh diri dan huru-hara

Tarbiah Islami mengajarmu itaat dan menghormati kehidupan.

 

Golongan muda muslim yang dilengkapi dengan ilmu dan

Takwa menjadi contoh dan teladan pada generasinya

Senantiasa merendah diri, wajahnya manis dan suka menolong

Itaat pada pemimpin hal-hal kebaikan dan kemanusiaan.

 

Kata-kata dan tindakan anak-anak golongan muslim

Tak akan mencederai dan menyakitkan orang dan masyarakat

Jiwanya peka dan paling depan menolong jiran dan manusia sejagat

Dalam takaran waktu kewibawaan mereka teruji  dan contoh terbaik.

 

95. Ummatun Wahidah

Rahmat pada Umat Muhammad, Rasulullah

Kerana samawi melindungi kaum muslimin

Sampai kiamat mendatang dari keruntuhan akhlak

Dan perpecahan yang merugikan umat.

 

Janji-janji Allah akan sempurna kemenangan rohani 

Ummatan wahidah yang berpegang pada tali Allah

Dalam perjuangan yang mendahulukan akhirat

Dari kecintaan pada kebendaan dan dunia fana ini.

 

Pintu syafaat hanya mengikut Rasulullah, Kekasih-Mu

Islam agama kedamaian yang menolak pada kekerasan

Militansi dan terorisme, kezaliman dan penderaan

Ajaran yang mengajar kasih sayang dan hidup bertetanggga.

 

Ummatan Wahidah kurnia Allah Ta’ala pada umat Muhammad

Kecantikan Islam dan hubungan yang akrab dengan samawi

Purnama penuh di langitmu cahaya dari menara tinggi

Di bumi ini para mutaki berjalan dan berpegang pada tali Allah.

 

96. Kebenaran Samawi

Tiada yang dapat menidakkan kebenaran Tuhan

Yang terang tak akan dapat kau gelapkan

Semakin kau berusaha melakukannya

Ia bertambah terang dan menghalau kegelapan.

 

Kebenaran samawi akhirnya akan mengalahkan

Kekuasaan kegelapan yang bersarang dalam kalbun i

Islam adalah pengucapan indah dan menawan kepalsuan

Dan kau sendiri akan menikmati buah-buah hasil jerihmu.

 

Tajalli Ilahi hidup dalam dirimu sampai kiamat

Kebenaran samawi rahmat Allah yang tak akan berhenti

Jiwa tawajuh akan diperlihatkan keagungan-Nya

Rahsia dan isyarat kemenangan itu adalah ketenteramanmu.

 

Di alaf ini kau melihat tanda-tanda langit zahir

Kekerasan dan kezaliman mengintai mangsanya

Ketenangan alam berubah dengan malapertaka dahsyat

Tapi kebenaran samawi adalah takdir kemenangan rohani.

 

97. Cinta Al Qur’an

Kitab suci yang penuh hikmah sampai akhir zaman

Ibu segala kitab memimpinmu ke jalan lurus dan selamat

Khazanah ilmu yang tak ada sempadan dan berbarkat

Firman-firman Allah di dalamnya dan tak pernah dicemari.

 

Ketika aku belajar iqra dari guru mengaji di desa tepi laut

Tiap malam aku membaca sampai akhirnya aku khatam

Ma gembira aku telah mengenal abjad Arab dan bisa melagukan

Cinta mulai bersemi ingin mengenal jauh kitab suci  Al Qur’an.

 

Bila usiaku rimba hijau kecintaan Al Qur’an seluas langit

Aku menghafal dan mendalami tafsir  dan keindahannya

Menyejukkan kalbu yang tawajuh di malam tajali Ilahi

Qurub langit menurunkan rahmat-Nya seperti hujan musim semi.

 

Al Qur’an,  ubat yang menyembuhkan semua penyakit  rohani

Cahaya kebenaran Al Qur’an membuka pintu-pintu maghfirat

Menenteramkan jiwamu dan kekuatan menolong dalam diri

Memimpinmu ke jalan bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa.

 

98. Keagungan-Mu.

Subhan Allahi wa bihamdihi, Subhan Allahil Azim

Aku mengucapkan kalimat-Mu berulang-ulang

Ke mana juga aku memandang adalah keagungan-Mu

Engkau Tuhan Yang Maha Esa, Raja di hari pembalasan.

 

Aku menghirup udara adalah kurnia-Mu, Tuhan Rahman

Engkaulah pemeliharaan dan perlindung hidup ini

Kejuitaan-Mu meresap sampai ke pangkal kalbu dan indera

Muuh-musuh kebenaran hancur luluh menjadi debu.

 

Ya, Hafiz, Ya Rafiq, Ya Aziz, kepada-Mu aku berdoa

Ketika aku bersujud malam-malam tahajud nama-Mu

Kuucapkan berulang-ulang dengan kasih dan cinta

Engkau, Rabb, yang berkata-kata dan menjawab-Nya.

 

Ya Allah Maha Suci, berilah aku kekuatan mengalah

Nafsu amarah hingga aku tiba pada jiwa yang tenteram

Kasih sayang dan kedamaian adalah senjata tak melukai

Muhammad, Rasulullah, Wujud Suci, pintu syafaat akhir zaman.

 

99.  Labaik, Labaik

Aku membalas panggilan-Mu dengan “labaik, labaik.”

Siap dalam segala waktu menyampaikan amanat-Mu

Tunduk mendengar dengan kerendahan hati dan sabar

 

100. Salat Jumaah

Jumaat tiba, kau tenang dulu kau befikir, menyepi

Tak ingin mengganggu orang lain, sekalipun terasa

berat tetap bertahan ternyata, kewujudanmu bukan

seperti benang kusut lalu pergi meninggalkannya

 

Jangan berhenti di tengah gelombang kau harus bertahan

Ketika dalam kegelapan jangan biarkan kau tenggelam

Gema suaramu dalam doa-doa istighafar dan tawajuh

Tangan yang memanpanmu dalam pergelutan maut.

 

Rahmat Allah turun dalam bulatan  kau  di dalam

Kau tak pedulikan nikmat-nikmat ilusi sementara

Perjalanan yang kekal harus jiwa yang tenteram

Datang kepada-Mu janji-janji yang menjadi sempurna

Tubuh luaran ini testimoni perjuangan jatuh bangun.

 

Kau akan terus berpegang pada akar dan tunjang

Kau selesa di situ sambil kau tunggu Jumaat tiba

Di sini, telah kaubawa mereka meminggirkan dunia

Berpegang tangan mendaki gunung dengan istiqamah

Sampai pada puncak kegemilangan dan kesyukuran

biar perlahan akhirnya pasti mengetuk pintu samawi.

 

Kota Kinabalu

11 Januari 2011

 

101. Gema Azan 

Di hutan belantara dan kepulauan asing

Kalimat tauhid berkumandang dari lidah

Anak peribumi di pelantaran langit terbuka

Penuh penghayatan dan separuh mata terpejam.

 

Kepulauan lautan teduh kulit-kulit hitam

Menurun dataran tinggi menyeberangi laut

Tamu-tamu yang mendengar pesan-pesan damai

Tergerak kalbunya meninggalkan kegelapan.

 

Suatu siang yang murni ia membersihkan diri

Dengan air hujan yang manis setelah itu mereka duduk

Mempelajari kalimat tauhid dan melafazkannya

Pintu samawi terbuka menurunkan rahmat pada suku peribumi.

 

Jiwa mereka telah tertawan dengan keindahan Islam

Gema azan berkumandang lima kali sehari

Berdiri saf demi saf mengerjakan solat mengikuti imam

Kebenaran telah sampai pun tiada paksaan.

 

102. Semangat Badr

Alaf 21 datang membawa cahaya purnama di langitmu

Zaman kegelapan telah berlalu kita memasuki pintu perjuangan

Mengisi kekurangan dan menyempurnakan dalam pengorbanan

Meninggalkan kecintaan pada dunia dan bayang-bayang.

 

Suara kedamaian dari menara turun membawa angin perubahan

Menegakkan kalimah tauhid dan peyempurnaan janji-janji samawi

Kebenaran hidup abadi dan kebatilan sirna di dalam kegelapan

Kekerasan dan kebiadapan tak akan dapat bertahan zaman.

 

Dalam perjuangan rohani dan isla sejati  dengan semangat badr

Meraih nikmat-nikmat dan rahmat  Ilahi dengan jiwa tawajuh

Kemenanganmu meraih qurub Tuhan Yang Maha Esa

Kerana mendahulukan agama dari kepentingan dunia.

 

Berdoa secara terus menerus mohon pertolongan dengan sabar

Ruh Islam sejati menyerap ke dalam kalbu dan penampakkan

Tuhan pada wajah-wajah mutaki dan jiwanya semangat badr

Merangkum langit baru dan bumi baru hingga kiamat.

 

103. Nafsu Amarah 

Kelahiranku ini memang ada tujuan

Lalu hidup ini pun punya tujuan

Tidak hanya bermain di alam maya

Mengejar ilusi dan fatamorgna dunia.

 

Kau mencari haluan dalam gelora samudera

Pada langit kau hanya melihat permukaan

Dan kau masih mengikut seleramu sendiri

 

104. Kembara Diri.

Aku mendatangi-Mu dengan kesedaran dan kemampuan

Jatuh bangun kerana kekuatan ini tak seperti dibayangkan

Di hujung jalan aku melihat tujuan dari perjuangan ini

Tapi ketahanan itu mengeser langkah dan menolak ke pinggir.

 

Engkau yang telah meniup angin pergunung ke dalam kalbu

Meninggalkan musim kemarau di lembah gersang dan

Tiap langkah kakimu dengan doa-doa musafir menemukan

Oasis dan menyelamatkan perjalanan panjang.

 

Ketenteraman danau jiwamu telah memberi kekuatan menolong

Pergerakan inderamu dalam pemeliharaan dan perlindungan

Samawi dan kenyakinanmu tak akan dapat dikalahkan

Kau berdiri di tanah kebenaran dan langit baru.

 

105. Jiwa Yang Tenteram

Perjuanganmu ketika telah sampai dan masuk ke pintu gerbang

Jiwamu  tenteram setenang langit malam penuh bintang

Di lidah senantiasa zikirullah mengingati keagungan-Nya

Semua pintu terbuka dan kau melangkah masuk dengn aman.

 

Seluruh tindakan inderamu seirama dengan kehendak langit

Kalbu tak akan pernah dikalahkan kemewahan dunia fana

Perjuanganmu supaya kau selalu dekat pada Allah Ta’ala

Hingga pengucapan dan inderamu tenggelam dalam cahaya-Mu.

 

106. Ilmu

Kau telah diseru menjelajah ke seluruh pelosok rantau

Sampai ke cakerawala mempelajari langit dan orbit baru

Ini adalah perjuangan tak akan berhenti sampai langit senja

Dan kau tak akan ketinggalan dalam perlumbaan murni ini.

 

Seorang muslim sejati tak membiarkan waktumu berlalu

Diam dan tak berbuat apa-apa hanya sebagai kelayak

Dan kau harus melangkah sempadan tak teragak-agak

Tak ada ketakutan dan keraguan pada diri orang berilmu.

 

Ilmu yang kau raih itu adalah anugerah Tuhan Semesta Alam

Khazanah ilmu adalah kepunyaanmu harus kau lindungi

Kau tak akan membiarkan dirimu tenggelam dalam peredaran zaman

Dan dalam dirimu harus ada kemahuan menguasai galaksi dan orbit baru.

 

107. Zikirullah

Kaupanggil nama-Nya dalam malam sunyi

Begitu indah tak terungkapkan dengan pengucapan

Nikmat beribadat hidup dalam ribuan tahun

Jiwamu tak akan pernah kehilangan dan tertipu.

 

Tiap saat kau mengingati-Nya senang  dan susah

Tak pernah sedikitmu kau curiga kehadiran-Nya

Kata-kata yang diucapkan dalam doa-doa istighafar

Telah membawa ishla dalam diri dan kalbumu.

 

Waktunya telah sampai kau bertindak demi kebenaran

Dan pintu ke arah itu tak akan pernah  tertutup

Kemenanganmu meraih kasih- sayang  Allah

Kerana lidahmu senantiasa  berzikirullah siang malam.

 

Dalam mimpi-mimpi benar khabar  gembira itu

Menjadi pedoman dan kebenaran hidup mendulukan

Akhirat dari ilusi dunia yang menjauhkanmu

Hidup tawajuh dan meraih kemenangan akhirat.

 

108. Amal Ibadat

 

Dalam berlumba meraih kasih sayang Allah Ta’ala

Kau pun menabur kebaikan di lapangan tanpa berkira

Segalanya kau lakukan kerana Allah semata-mata

Dan lebih dulu memberi dan mudah berkhidmat.

Kau lakukan sebagai amal dengan rendah diri dan sabar

Dan kau tak pernah mengharapkan pembalasan dan puji

Ketika diperlukan bantuan dan pertolongan kau siap

Melayaninya  dengan kasih sayang  dan segera.

 

Amalmu seluas bumi dan ibadatmu setinggi langit

Keduanya saling mengisi dalam dirimu tanpa satu

Melebih yang lain, semua seimbang amal ibadatmu

Memberi itu lebih mulia dari tangan yang menerima.

 

Kau tak pernah berhenti berdoa dan kau yakin

Tuhan Rahman mendengar dan membalasmu

Dan menyempurnakan doa-doamu dan memenuhi

Keperluan dan menggenapkan segala kekuranganmu.

 

109. Dunia Ilusi

Hidup, bukan 1+2=3. Bukan. Ada liku-liku

atau benang kusut yang harus dileraikan.

Hidup akan menjadi bosan, tanpa ujian

tanpa berkorban, tanpa berfikir, tanpa usaha

dan berjuang, dulu, jantungmu berdegup

menerima telegram, musim itu telah berlalu.

 

Jadi, kebimbangan itu, paling tidak membuat

semua orang gundah mengagak-agak yang tiada

berita yang dititipkan lalu kau pun menafsirkan.

Khabar baik atau tidak boleh sampai sekelip mata

gerak-gerak firasat memberikan peringatan padamu.

 

Hari ini, kau telah berfikir lama tentang  silam

baru kau sedar setelah waktu telah lama berjalan

ketika kau tak mengharapkan, ia dipinggir mata

tapi ketika kau mengharapkan ia tak akan datang

hening , sepi dan kau mulai melihat  ilusi ini.

 

110. Takdir Kemenangan

Tiap perjuangan dituntut pengorbanan dan

Selalu teruji sepanjang jalan menuju kemenangan

Tidak ada kekuasaan sebesar mana sekalipun

Mengusar arah tuju sekalipun ia berusaha menggagalkannya.

 

Tangan kekuasaan dunia ingin memusnahkan kebenaran

Tapi langit tetap dengan kekuatannya menghancurkan

Apa saja yang menghalang di jalan menuju kemenangan

Kerana takdir kemenangan itu tak akan berubah.

 

Malam-malam petualang dan derhaka menimpahkan

Kekerasan dan kezaliman tanpa ampun dan menganggap

Seteru kekuatan dunia tak akan dapat dikalahkan

Keangkuhan sebesar mana akan musnah menjadi debu.

 

Islam datang dengan kecantikan dan kedamaian

Lemah lembut dan kasih sayang menawan kekuasaan kegelapan

Dari samawi turun dengan cahaya menyempurnakan

Takdir Ilahi tak akan dapat ditahan dan digagalkan.

 

111. Gema Malam Ramadan

Tiap tahun baru kita menunggu hadirnya Ramadan Al Mubarak

Kedatangan Ramadan adalah rahmat pada sekalian alam

Ketenangan sepanjang bulan penuh berkat dan nikmat beribadat

Rasa persaudaraan dan kekeluargaan erat dan saling mengingatkan.

 

Malam-malam  Ramadan, langit telah membuka pintu luas

Kaum muslimin mengerjakan ibadat puasa dan berzikirullah

Bangun di tengah malam mendirikan Tahajud  dan berdoa

Kelazatan dan nikmat-nikmat dari buah amal ibadat Ramadan.

 

Sepanjang bulan pintu kejahatan tertutup dan syaitan dibelenggu

Pengucapan dan tindakanmu semata pada Tuhan Maha Esa

Kau kerjakan dengan jiwa takwa dan istiqamah sampai akhir

Ke mana saja kau berpaling kau melihat keagungan Allah Azzali.

 

Sebulan dalam setahun ketika Ramadan Al Mubarak datang

Kaum muslimin telah siap meletakkan dunia dari jiwanya

Kembali kepada Rabb, pemelihara dan pelindung pada hidup ini

Inilah waktunya kau mengucapkan istighafar dengan jiwa tawajuh.

 

112. Suara Kebangkitan

Nafasmu air mengalir turun ke muara

Sukmamu senja tenggelam di horizon

Suaramu gema angin lautan berlalu

Mimpimu mahkota malam ditemui.

 

Panggillah aku Ismail

Memudahkan kau mengingati diri ini

Suatu waktu situasi akan berubah

Pemburu menganggap dirinya hebat

telah menjadi buruan yang lunak.

Aku menggenapkan mimpimu

Nyala api dendam telah padam

Kau musnah dan ruhmu menjadi debu.

 

Panggillah aku Ismail

Api pengorbanan yang kau sebutkan 

Tak sedikitpun timbul takut dalam jiwa

Langit siang jadi saksi kebenaran ini

Penyempurnaan amanat itu

Aku siap menyerahkan tengkuk ini.

Musuhmu muntahkan api dari mulut

Dan mengelabu langit biru

Lalu  maut wabak di Tanah Gaza

Menghukum penghuninya tanpa ampun.

 

Panggillah aku Ismail

Tanah suci ini peninggalan leluhur

Kau tak akan mencoplok

Sekalipun seribu satu siasah

Lahar api

Membakar rongga dadamu

Tanah yang kau tuntut hakmu

Sebenarnya kebohongan yang direka-reka.

 

Panggilah aku Ismail

Kebiadapanmu telah mencipta

Malam gelap pekat

Keperihan yang panjang

Tapi kau tak kan mencabut

Akar keberanian kami.

Panggilan aku Ismail

Permainan licikmu selama ini

Akan berpulang kepadamu sendiri

Ketika gunung menghindar bertemanmu

Lautan dan pulau tak akan

Melindungimu

Bintangmu terbakar menjadi abu.

 

113. Sajadah

 

Aku berhenti

memandang sekeliling

masih adakah terlupa

selain catatan buat besok.

 

Suara itu mengiang dalam

gegendang telinga mesra

adakalanya aku terbangun

lalu membaca kerdip huruf-huruf.

 

Di jalan terasing

di lereng bukit bulan menyusut

Sendiri

kegelapan sepi

bimbang hinggap di sukma

tapi Kau ada.

 

Bebayang malam

mengetuk pintu

sedang

Aku berdoa.

 

Ya Rabbi, aku bertahan tanpa senjata

aku menawan dengan cinta-Mu.

Telah kubisikan salam itu

ke dalam telinga hatimu

kasih-sayang adalah

rahsia dipegang

pada kata kalimat

dan perbuatan.

 

Canberra

8 Jun 2012

 

 

 

 

 

114. Perutusan Kekasih-Mu

Perutusan Kekasih-Mu itu kedamaian sejagat

Keindahan perutusan samawi turun pada

Wujud Suci, Muhammad, Baginda Rasulullah

Tiap kalbu tertawan oleh kebenaran Islam.

 

Mujizat-mujizat keperibadian Agung  ini 

Adalah kebenaran yang tak dapat dibantah

Tiap gerak, tindakan dan keputusannya

Contoh dan inspirasi sampai kiamat mendatang.

 

Kegelisahan bathinnya akan membuat langit resah

Kasih sayangnya telah menundukkan musuh

Kemenangan Islam telah membebaskan dunia

Dari kegelapan panjang penderitaan Ummah.

 

Muhammad , Rasulullah  mengenalkanmu keesaan Tuhan

Menghancurkan berhala-berhala syirik yang bersarang dalam jiwamu

Kebenaran samawi  membuka pintu syafaat sampai kiamat

Tanpa keperibadian agung, Muhammad, kau kehilangan dan sesat di jalan pulang.

 

115. Janji Langit

Janji langit pasti akan terjadi dan sempurna

Tidak ada kuasa dunia yang dapat menghalang

Dan menghapuskan agama suci ini, Islam

Mengajarmu kedamaian dan menjauhi kekerasan.

 

Tidak satu iota kau temui dalam Al Qur’an

Mengajarmu kezaliman dan bunuh diri

Lalu mengobarkan janji-janji syurgawi

Sungguh, ini satu kebohongan nyata.

 

Pintu ini senantiasa terbuka kepadamu

Tak ada paksaan supaya kau menerima

Ketika kau memasuki pintu ini tentu ada

Jalan keluar tanpa syarat dan hukuman.

 

Kebenaran akan menang atas kebatilan

Rahmat Allah Ta’ala tak akan berhenti

Janji langit  turun seperti hujan membawa

Datang musim semi dan kembang bunga.

 

116. Tazkirah Selepas Maghrib

Tiada perlindungan kecuali kembali kepada Rabb

Perjuangan hanya tertumpu pada ilusi dunia semata

Kau mudah tergelincir dari landasan yang kukuh

Pergorbananmu sebenarnya meraih kasih sayang Allah.

 

Tujuanmu bukan pada zahir  dan kulit belaka

Pengabadianmu  untuk sampai ke akar tunjang

Tanpa meninggalkan hak-hak insan kepada kebaikan

Amal dan ibadat jalan bergandingan dalam hidup ini.

 

Ketika kau teruji segala penderitaan tak akan selama

Justru itu pada masa terangkat ke atas jiwamu bersyukur

Rendah diri dan sabar dalam semua keadaan yang dihadapi

Kau tak akan undur dan putus asa, melangkah dengan istiqamah.

 

Kau selalu merenung diri dan tawakal dalam semua pekerjaan

Tiap keputusan kau lakukan dengan hikmah tinggi dan hati-hati

Kalbumu tetap berdiri pada kebenaran dan tak akan berganjak

Apapun yang kurang kau kembali kepadaTuhan Yang Maha Esa.

 

117. Da’i Di Medan

Jangan kau minta lagi

yang ada padaku

hanya tanah kecil dan kosong

tapi kalau kau mau saudaraku

aku tak dapat melarangmu

asal jangan kau pula menyetop

aku dari berfikir dan menulis.

Selagi aku dapat befikir

aku akan menulis. Paling tidak

kau membacanya percuma tiap

hari.

Kau tidak dipaksakan, aku

meredahkan. Kerana yang aku

tulis supaya dibaca.

Yang aku ucapkan supaya

kau mengerti.

Kau tak perlu takut dan bimbang

Kata-kata dan ucap itu bukan

Pisau tajam yang akan mencederaimu

Ia adalah khabar membawa

Pesan kedamaian dan

Membebaskanmu dari mimpi gerun

Dan menghalau kegelapan dari

Sukmamu

Penantianmu selama ini telah

Sempurna

Firasat dan mimpi benar leluhurmu

Telah terjadi di siang benderang

Ikatan kita adalah kasih sayang

Kau telah meraih cahaya purnama

Kau telah menikmati air manis

Turun dari samawi

Kesabaran dan doamu akan

Menyelamatmu dari ribut petir

Dan badai angin gelombang laut

Waktu kita sangat tipis

Kembara ini masih jauh

Perubahan di langit kalbu

Gema dari menara tinggi

Telah sampai ke pelosok

Rimba raya dan kepulauan

Sepi dan yang dilupakan

Malam-malam tahajud

Dalam hening malam

Cahaya gemilang turun

Dalam kalbu tawajuh

Dan qurub-Mu

Tenteramlah jiwa

Kau melangkah meraihnya

Membaca samawi

Dengan kepala menunduk

Zikirullah di lidahmu

Kau tak berhenti separuh jalan

Angin ishla membawamu

Garis kemenangan

 

118. Kembaramu

 

Kita terperangkap dalam kata-

kata kita sendiri. Bongkak dan

sombong. Lalu kita mencipta

kaisar-kaisar dan firaun-firaun.

Kita mencipta perabadan yang

diciplak di sana sini. Begitu,

kita tak pernah malu. Malah kita

terus tidur sedang orang lain

telah berjalan sebelum mentari

naik, sebelum siang tersingkap.

 

Kita mengaku kalah sebelum

berjuang. Kita menjadi pembual

di kaki lima.Kekadang setiap hari

kita ke sana ke mari tanpa ada

urusan. Kita seperti jenerasi yang

hilang. Jenerasi ubur-ubur. Jenerasi

suka minta-minta. Jenerasi kasar.

 

Ketika sukmaku merontah-rontah

mencari jalan keluar, kekadang tak

terjangkau soalan, lalu keluar sebagai

protes. Di bumi ini, setiap langkah,

ke arah mana kita menoleh, timbul

pertanyaan. Seperti anak yang baru

belajar terhadap bahasanya. Pantas

mati awal dan meninggalkan janda-

janda tanpa perlindungan. Kerana

kita lupa diri, Lupa pada agama.

agama hanya untuk tunjuk-tunjuk.

 

Lebih dunia dari rohaninya. Kita

membaca Al Qur'an dengan suara

merdu tapi gagal menerjemahkan

isi pengajarannya. Tuhan-tuhanmu

baru diciptakan, tuhan-tuhan duniamu

yang bernafsu. Lidahnya agama

sukmanya kosong. Oh malam gulita,

kami mendengar-Mu. Kebenaran-Mu

telah hadir, turun dari langit. Indahnya

langit di waktu fajar, langit maghrib

dan hening tengah malam. Kembalikan

kekuatan itu ke dalam sukma. Tumbuhlah

akar tunjang dan mencengkam nadi bumi.

 

Dari sekarang kita tak akan jalan mundur

ke belakang. Sejak kamu tinggalkan bumi.

Kamu bergayutan dari bintang ke bintang.

Ketika kamu telah berada di angkasaraya,

kamu melihat komet yang jatuh hanggus.

Jauh besar dari Benua Borneo. Ada pula

lebih besar dari Benua Australia. Cuba

bayang, dari jauh seperti seketul bara api

mengecil menjadi abu. Kamu terapung di

lautan samudera bintang-bintang tak bertepi.

Tapi, kembali pada Rabb

Tuhan Rabbiul Alamen.

 

Kota Kinabalu

29 Disember 2012

 

119. Menundukkan Kekerasan

Kesucian Tuhan tetap terpelihara

Tidak ada paksaan dalam beragama

Dan tidak ada kekerasan dalam beribadat

Tiap warga mendoakan tanah leluhurnya

Dijauhkan dari perang dan huru-hara

doa-doa kebaikan urun dalam kalbu.

 

Ya Rabbi, tutupilah kekurangan kami

Jadikan tutur kata kami selalu sejuk

Memelihara hidup rukun Negara bangsa

Kesatuan di bawah langit makmur

Memelihara tali persaudaraan yang kukuh

Hidup pelbagai cara dari cita rasa satu.

 

Tulang belakang suatu bangsa ada

Pada generasi muda yang siap-siaga

Keseimbangan kemajuan rohani dan duniawi.

Kaulah, impian dan harapan tiap bangsa merdeka

Memilih kedamaian dari sengketa dan api perang.

 

Jatuh bangun sebuah negara bangsa tercinta

adalah di tangan generasi kebal dari derhaka

dalam jiwanya air mengalir yang menghapus

api dendam kesumat yang berakar  pada kekerasan

generasimu di barisan depan menundukkan kebiadapan.

senantiasa melangkah di atas tanah kebaikan.

 

120. Bintang Sahabat Rasul

Kau bagaikan bintang-bintang gemerlapan di langit malam

Cahayamu tetap bersinar ribuan tahun sampai kiamat

Sahabat-sahabat Rasulullah telah memilih akhirat

Tanpa menjadi budak kepada kehidupan dunia.

 

Syaitan berusaha keras supaya para sahabat jatuh

Kecundang dari jalan lurus dengan membisikkan

Suara-suara halus ke dalam mata telingamu

Tapi ia tetap tak berhasil, gagal dan tak menetas

 

Para sahabat yang pernah hidup dan mendengar

Sabda-sabdanya ketika duduk bersama siang malam

Ketika di barisan depan menghadapi musuh durjana

Sanggup melebarkan tangannya demi melindungi

Kekasih-Mu, Muhammad dari panah-panah musuh

 

121. Tali Allah

 

Kau berdoa dengan tawajuh dan melafazkan Zikirullah

Dengan istighafar kau bersujud kepada-Nya merendah diri dan tulus

Engkau yang kami sembah dan Engkau kami memohon pertolongan

Dan kalimah Tauhid yang penuh berkat pintu syafaat terbuka padamu.

 

Dunia telah kau lepaskan dari genggaman dan kini memegang tali Allah

Tidaklah dunia ini Engkau jadikan kalau bukan Muhmmad, Rasulullah

Kemenangan ini kerana kau telah menawan amarahmu dan menerima

Cahaya kebenaran Islam, agama benar dan terus dijagai sampai akhir zaman.

 

Seluruh tubuh sampai ke serambi darah yang halus yakin pertolongan Allah

Dan tidak ada kuasa yang dapat mengalahkan keagungan-Mu dan takdirnya

Akan berlaku sampai akhir zaman dan menghapuskan rimba ketololan dan tahyul

Meninggalkan lembah syirik dan kebohongan dan akhirat jalan pulang  yang selamat.

 

Janji langit sempurna mengembalikan keagungan  Islam tanpa pedang dan kekerasan

Pesan kedamaian dan perjuangan dengan kasih sayang tanpa darah mengalir

Pengorbanan dan ujian di bawah langit dan bumi baru Islam, agama Muhammad

Sempurna dan menyatukan Ummatun Wahidah di atas rel kebenaran dan Sunnah Rasul.

 

122. Kembali Pada-Mu

 

Aku kembali pada-Mu

dalam ketohoran fikir

kelemahan terhampar

musafir duduk berteduh.

 

Suara hati terus bergema

tazkirah di malam purnama

jerubu perang bertebaran

harapanmu jadi burung.

 

Air samawi menitis

lalu aku beristighafar

mengetuk pintu-Mu

tahajud malam tawajud.

 

Mengulang kasih padamu

salam dan salawat terucap

kalimat tauhid yang abadi

di situ kau temui syafaat.

 

Tanpa rahmat-Mu

aku kehilangan arah

kelembutan dan sabar

samawi membuka pintu.

 

123. Musafir Rohani

Tiap siang kembaramu mendekatkan dirimu

Pada pintu samawi setelah kau meninggalkan

Bayang-bayang dunia jauh di belakang dirimu

Langkahmu terus berteduh di bawah pohon sena.

 

Senja telah menggelusur ke dalam riba malam

Di perhentian ini  kau berhenti sekedar istirehat

Malam purnama dan cahayanya seperti payung

Kegelapan malam perlahan-lahan tersinggir  jauh.

 

Kau, musafir rohani  telah menjabat tanganmu

Baiat telah kau ucapkan demi ketenteraman kalbu

Dalam takaran waktu kau terus beristighafar

Dan mensucikan dirimu dengan jiwa tawajuh.

 

Kehadiranmu menghalau kegelapan menggurung

Rimba ketololan menjauhkanmu dari sinar samawi

Kepada-Mu aku tunduk bersujud malam tahajud

Tiada lain disembah Selain Engkau, Maha Suci Tuhan.


124. Musim Semi 

Musim Semi telah datang dengan harum bunga

Taman rohani ini segar seperti ribuan tahun telah

Hidup kembali dari kemarau panjang yang kering

Samawi telah membebaskanmu dengan hujan turun.

 

Tamanmu hidup, lebah madu mulai berdatangan

Matahari  seperti memberi payung  cahaya gemilang

Tiap bunga tumbuh dengan  warna-warni yang indah

Langit anugerah Maha Pencipta menurunkan pelangi.

 

Kau, taman abadi yang menyempurnakan mimpi

Impian dan doa-doa kembara musafir akhir zaman

Mengetuk pintu maghfirat-Mu dengan jiwa tawajuh

Engkau, tak akan membiarkan kau dalam kegelapan.

 

Kau tak akan pernah puas madu yang kau kumpulkan

Kelazatan yang tak ada tandingannya di alam maya

Telah menyakinkanmu kebenaran samawi  bukan dusta

Syafaat Muhammad, Kekasih-Mu,  jalan kemenangan.

 

125. Cahaya Zaman

Selawat dan salam atasmu, Ya Rasulullah, Wujud Suci,

Ketika kegelapan telah  merangkumi seluruh dunia

Kau datang dengan sinar cahaya kemilau membawa

Tamadun dan kebesaran Islam pada ummah-Mu.

 

Kelahiranmu, telah menukar arah perjalanan sejarah

Gerhana telah berlalu purnama muncul di tabir langit

Suatu bangsa yang mundur dan tinggal dalam ketololan

Telah menjadi bangsa bermartabat dan berakhlak tinggi.

 

Kau, Wujud Yang Suci, pemurah, dermawan dan al Amen

Tiap liku-liku hidupmu adalah cahaya rang bulan purnama

Tiada sedikit pun noda-noda hitam tertampal di dalam kalbu

Kasih-sayangmu pada semua dan tiada benci dan dendam.

 

Kau telah menegakkan kalimat Tauhid dan keagungan Tuhan

Al Qur’an, Kitab suci, penyuluh sepanjang zaman  hingga kiamat

Sabda-sabdamu dan dirimu, hidup dalam jiwa, kerana kemenangan

Islam membawa rahmat pada seluruh sekalian Alam dunia akhirat.

 

126. Kelazatan Buah Amal

 

Benih ini telah ditanam dari tangan wujud suci

Tumbuh menjadi pohon rendang tempat berteduh

Tiap musafir yang rindukan Raja Di Hari Pembalasan

Dan sanggup berkorban demi kemajuan Islam abadi.

 

Kau telah dididik sejak awal kelahiranmu berbudi

Dan mengkhidmati dengan tangan dan jiwa-ragamu

keluarga, jiran dan sahabat dekat sekalipun musuhmu

kau berada di barisan depan mendahulukan kemanusiaan.

 

Tak pernah kau lupa hak-hak Allah Yang Maha Pengaseh

Dan hak-hak manusia, mengkhidmati dengan murah hati

Apa yang terbaik padamu itulah juga terbaik untuk yang lain

Kekerasan samasekali tak ada tempat dalam ajaran Islam.

Tiap amal perbuatan yang kau kerjakan demi kebaikan

Tak ada sifat-sifat munafik dan kebohongan dalam tindakan

Kelembutan kata-kata dan berwajah manis telah menawan

Memadamkan api peperangan syak wasangka tuduh menuduh.

 

127. Kalbu Tawajuh

 

Telah kau kikis habis semua yang berkerat

Kau telah mengucapkan selamat tinggal

Cinta pada dunia ilusi dan bayang-bayang

Menyelimuti dirimu dan mengabui matamu.

 

Kau telah mensucikan dirimu dengan istighafar

Salat-salat fardhu dan salat tengah malam yang sepi

Doa-doamu meletakkan kepalamu lama di sajadah

Tiap kata dan kalimat kau ulangi dengan kalbu tawajuh.

 

Tak sedikitpun kau merasa menyesal dan bimbang

Kerana kau telah memilih jalan ini, dan tak akan berundur

Muhammad, penghulu segala nabi, syariat telah sempurna

Islam, agama kedamaian dan kasih-sayang  semua zaman.

 

Kau telah berada dalam rumah yang selamat dan dibarkati

Islam, telah membawa kembali jiwa-jiwa yang malang

Dan kau diingatkan agama ini tidak mengajarmu jadi derhaka

Tapi, membawamu pulang  menemukan yang kau cari.

 

128. Harum Amal

 

Rupanya, aku tak melihatmu. Atau kelalaian

dan rasa tak peduli. Kau, seorang kawan baik.

Aku mengenalmu, seperti aku mengenal pada

rembulan dan mentari, dari jauh, tapi seakan

dekat dan akrab. Aku merasakanmu seperti

angin dan lautan, hutan dan lembah gunung.

“Salam, sudah seminggu tak sehat. Keluar

masuk hospital. Khamis, buat endoscopy, ha!'

 

Aku mengulang membaca halaman ke halaman

teks itu, kali ini perlahan dan cuba meresapkan

tiap kata-kata dan kalimatnya. Tiap gerak dan

pertukaran warna membawa makna tersirat.

Seperti satellite membaca setiap perubahan

pada bumi, pada lautan, iklim, lembah dan hutan.

 

“Macam tak laratlah badan menanggung derita.”

melangkah, tak jauh lagi, kau boleh berteduh

Jangan berhenti, apa lagi berpatah langkah

aku akan persiapkan huruf-huruf yang terbaik

menjadi barisan kata-kata yang menghiburmu

pelipur lara, ia temanmu ketika kau ingin terbang.

 

Ia adalah yang terbaik akan kukirimkan padamu

bangkitkan semangatmu, ini buatmu dari Tuhan

lihatlah, merah dan segar sekuntum bunga mawar

“Terima kasih, mohon doa dan salam damai.”

Honiara 

25 September 2012

129. Khazanah Ilmu

Rahmat seorang mukmin sebelum kelahiran telah

Pelihara dan dilindungi oleh doa-doa yang terucap

Maha Suci Tuhan sekalian alam yang menurunkan

Kurnia dan hidayat padamu tak berhenti.

 

Kekayaan firasat dan kasyaf telah membuka pintu

Rahmat seluasnya untuk mencapai ketenteraman

Al Qur’an, khazanah ilmu anugerah-Mu yang tak

Pernah habis sampai kiamat mendatang.

 

Sabda-sabdamu, Muhammad, Rasulullah, Kekasih-Mu

Nasihat-nasihat pernuh berkat dan hikmah yang

Mengalir dalam jiwamu siang dan malam

Selawat dan salam, cintamu pada wujud suci ini.

 

Bagai bintang-bintang di langit malam bertebaran

Kemuliaan para sahabat Rasulullah adalah

Cahaya yang tak tenggelam di telan zaman

Hidup dalam dirimu pemberian Allah Azzali.

 

130. Tamu Datang

 

Kau tau malam ini tamumu akan datang

pagarmu tak berkunci kau menunggu salam

hujan telah berhenti ketika hari masih siang

kesabaranmu berdoa telah sempurna janjimu.

 

Malammu perlahan-lahan menjauh ke lubuknya

kau telah ditinggalkan sendiri dalam kegelapan

mencari kanca cahaya siang yang gemilang

dalam kepayahan kau tak akan menyerah kalah.

 

Dalam pertarungan ini tiap langkah mendorongmu

memacu kuda semberanimu ke lembah nyata

tangan-tangan malam tak akan dapat meregutmu

kau tak terjangkau bentengmu cahaya purnama.

 

Sebenarnya dalam kegelapan itu tak ada kuasa

yang ada kelemahan dan kepayahan terkandas

ingin merangsangmu masuk ke dalam orbitnya

tapi kekuatannya lumpuh samasekali dalam cahaya

 

131. Secawan Teh

Suatu malam tamumu datang dari satu perjalanan jauh

Berhenti di halamanmu supaya dapat istirehat semalam

Dari raut wajahmu dan sinar matamu penuh rahsia hidup

Malam ini langit telah mengirim tamumu ke sini.

 

Lalu kau siapkan ranjang tidurmu sendiri buat tamu

menghidang secawan teh dan sedikit nasi di atas meja

Siap menjamu tamu yang haus dan penat di hujung hari

Suaramu lembut dan kasih menjemputnya minum.

 

Di bawah langit khatulistiwa bintang berserakan

Dekur tamumu dalam dan panjang di ranjang tidur

Malam bergerak lambat dan tenang dalam mimpi musafir

Dalam doa tengah malam samawi membalasmu.

 

132.  Seruan Damai 

Kau meraung ke langit kasih

dalam doa-doa tahajud panjang

Penzalim bangsa telah kalah

kini di daratan tanah tersiksa

gema suaramu melaung panjang

selama ini terdera dan terpelosok .

 

Rindu pada kedamaian sukma

melihat jiranmu yang terluka

mengerang sakit yang terlalu

sedang orang lain tak berbuat.

 

133. Kembara Tak Pulang

 

Rumah-rumah telah kosong

penghuni telah lama pergi

jalan yang dulu pernah ramai

kini telah sunyi dan sepi.

 

Pemergian mereka dalam diam

suatu malam hilang tanpa ucap salam

di halamanmu kasih sayang ikut pergi

kembara yang tak akan pulang.

 

Di tanah ini kau, anak peribumi

dihalau kerana curiga dari

tanah dan halaman rumahmu

lalu batang lehermu seperti dikerat.

 

Malam itu hujan turun lebat

air melimpah tak berhenti

banjir mulai naik sampai

di lantai dan anak tangga terakhir.

 

Tanda-tanda dari langit telah turun

bumimu tenggelam banjir belum redah

lihatlah alam membalas mengirimmu

musibah dan kau terlantar.

 

134. Kami Datang

 

Ada catatan pada dinding grafiti di sukmamu.

cinta kita bukan semusim, akarnya bertunjang

dari bumi sampai langit tak pernah dijuluk

buah-buahnya telah tumbuh dari pohon kasih.

 

Suatu waktu jasad ini pun akan hancur luluh

masa silam adalah artifak warisan fikir dan rasa

telah melangkar pada dinding langit cinta abadi

kau telah melakukan terbaik di tanah peribumi.

 

Katamu, grafiti itu akan hidup dalam memori

selama ratusan tahun terselamat dari hakisan waktu.

kau tak perlu bimbang kebaikan tulus pernah dibuat.

samawi akan melindungi pada tiap pengorbanan.

 

135. Islam

Kau telah melafazkan kalimah Tauhid

Salam dan selawat ke atas Junjungan

Wujud Suci, Muhammad, Rasulullah

Membawa rahmat ke seluruh alam.

 

Dalam dirimu cahaya abadi dan keselamatan

Teladan suci, tidak ada titik noda dan aib

Tanpa kehadiranmu hanya kegelapan tebal

Yang menyelubungi langit dan bumi.

 

Kezaliman dan kekerasan kau balas dengan

Kasih sayang dan akhlak perketi yang tinggi

Kelembutan dan kesabaran menawan jiwa durjana

Ketahanan dan doa-doa telah membuka pintu samawi.

 

Kau mengajar kedamaian dan hidup bertetangga

Bahasamu sopan dan hanya kebenaran keesaan Tuhan

Tiada Tuhan melain Allah, Muhammad, Rasulullah

Islam, agama kedamaian sampai akhir zaman.

 

136. Firasat Mengalir

Firasat mengalir seperti air sungai

Turun dari gunung ke lembah

Membawa khabar gembira

Dan turun dalam mimpi-mimpi benar.

 

Kekayaan jiwamu kerana hadirnya

Firasat dalam warna-warna pelangi

Bau kembang mewangi dari taman

Tak akan berhenti mengalir.

 

137. Bathera Ilahi

 

Di pelabuhan ini kau telah menjadi saksi

Bathera Ilahi telah siap belayar

Mengharung samudera dan badai lautan

Hala tujunya ke negeri damai dan abadi.

 

Purnama penuh di langit malam

Doa telah diucap dengan air mata

Perjalanan ini memenuhi panggil kalbu

Kau telah berpegang dengan tali Allah.

Samawi telah membuka pintu syafaat

Jalan damai meraih cahaya kebenaran

Cintamu pada wujud suci, Muhmmad

Rasulullah, Khataman Nabiyyin.

 

Belayarlah tanpa takut dan bimbang

Pada perubahan lautan dan langitmu

Ujian itu akan mencuba kekuatan iman

Jatuh bangun dirimu di dalam bathera.

 

138. Menentang Kekerasan

Kedamaian sukmamu telah ditemui bukan dari orang zalim

militan atau bukan orang-orang dunia bertopeng agama

Muhammad, pendiri syariat yang sempurna, Kekasih-Mu

syafaatmu mengalir dengan takaran cukup sampai kiamat.

 

Zaman kekerasan telah berlalu, burung-burung merpati

terbang damai ke negeri jauh, keindahanmu bukan pula

menakluki tanah sempadan lalu meluaskan tak berhenti

kemenanganmu kerana cinta pada Rasul hidup menawan.

 

Manisku, tenang, tenanglah tidurmu pada malam ini

rindumu pada Muhammad, Rasul Junjungan

sukmamu bersih dari kejahatan dan kebohongan

pesan kedamaian ini harus sampai kepadamu.

 

Kau bersujud dengan genangan air mata kasih

salam telah bersambut dan kemenangan rohani

kejuitanmu di langit malam saksi pada siang ini

bagaimana kau menidak kebenaran telah sampai?

Kekerasan telah tumpas dan kalah di kanca api.

 

139. Salam Perpisahan

 

Matahari telah meninggalkan paksi dan beredar

langit merelakan pergi raja hari bersemayam

langsir hari pun turun tanpa lupa mengucap salam

malam datang penuh kejuitaan malaikat turun ke bumi.

 

Kembaramu telah berakhir dan perjuanganmu

selama ini telah membuka halamanmu sendiri

sepasang burung yang hinggap di menara putih

telah kembali damai ke lembah rimba raya.

 

Pengorbananmu seperti air sungai yang mengalir

turun ke muara dengan jiwa tawajud dan kelembutan

peninggalan dan waris yang hidup sempurna

dalam kalbu yang istiqamah dalam cahaya kebenaran.

 

Pintu syafaat ini telah Kau buka dan membenarkan

kepulangan ini kemenangan abadi rohanimu

cinta seorang ayah telah bercambah dalam dirimu

menjadi pohon sena berteduhnya musafir.

 

140. Istighfar

 

Gerhana telah berlabuh di dalam kalbumu

siang telah menyingkap rahsia langit

kegelisahanmu seperti tebing yang terhakis

suaramu air yang mencari jalan keluar.

 

Selama ini kau memburu angin dan

ilusi yang tak berakar pada bumi

harapanmu hanya bayang-bayang

yang memburu cahaya pada gelap.

 

Tanpa kesucian diri kembara ini

jalan berputar-putar dalam satu lingkaran

kau kehilangan ruh yang mengerakkan

nalurimu meraih cahaya kebenaran.

 

Kau tak ingin berpegang pada luaran

isi perjuangan di bumi kasih sayang

tak akan kau pernah kehilangan diri

kerana kau terus mengucap istighafar.

 

141. Menuju Damai

Kau tak pernah memprotes

Wahai mata yang melihat, aku

masih melihatmu. Aku masih

kenal, bingkisan kata-katamu.

Langit kalbu membalas kasih

datang mengucap salam

berdiri sopan pintu perpisahan.

 

Kehadiran mereka, adalah

kehadiranmu. Aku masih

menaksir makna kata-katamu.

Mari, datanglah kepadaku

biar kulihat satu persatu dan

menjabat tangan kalian seperti

menjabat tangan malaikat.

Aku masih bisa tersenyum

dan membalas salammu.

Pulanglahke tanah leluhur

sampaikan salam kedamaian.

 

Ya Rabbi, permintaan ini

tidak melampau, dan bukan

tawar-menawar, dua purnama

penuh ingin kumemelukmu

setelah itu, telah dipersiapkan

semuanya, dan aku tak pernah

mengubah waktu kepulangan

Sekarang, tenang, tenanglah

Kalbu.

 

Kota Kinabalu

20 Oktober 2012

 

142. Ishla Sejati

 

Kau telah bersujud dengan kerendahan hati

sejak itu perubahan suci dalam kalbumu

doa-doamu dilafazkan dengan lemah lembut

penuh istiqamah dan kesabaran penuh tawajuh.

 

Doa-doa khazanah yang kau wariskan ini

cahaya samawi yang tak akan pernah pudar

Al Qur'an, hidup dalam darahmu mengalir

kebenaran hakiki sampai ke pintu akhir zaman.

 

Rahsia kebenaran syafaatmu telah tersingkap

khabar kedamaian itu tak akan dapat dikalahkan

kalimat tauhid berkibar di langit cakerawala

tiada kesombongan dan takabur dalam dirimu.

 

Muhammad, Rasulullah, sumber inspirasi berzaman

kasihmu telah menawan kekerasan dan memusnahkan

tuhan-tuhan kepalsuan, kebohongan dan takabur

semangat ishla telah menghalau keributan dan kegelapan.

 

Kemenangan dan perubahan suci dalam dirimu

telah membuka pintu maghfirat dan keagungan-Mu

tazkirah yang terkumpul dari halaman ke halaman

hidup tawajuh pengorbanan abadi jiwa tenteram.

 

143. Cahaya Dari Menara

 

Kau tak akan dapat memadamkan cahaya dari menara

Kemahuan samawi tetap akan terjadi dan kau tak dapat

Merubah dan mengagalkan keangkuhan jiwa seorang manusia

Kebenaran itu akan becambah kurnia dari Allah.

 

Hari ini kau melihat keperihan dan penderitaan panjang

Di kota-kota kebanggaan zaman silam hancur  dan musnah

Merata di tanah, jerebunya bertebaran sampai di hujung dunia

Kau telah cukup mengalirkan air matamu dalam takaran waktu.

 

Kesedihanmu kerana melihat pengungsi itu adalah bangsamu

Penderitaan panjang yang tak ada hujung dan akhirnya

Kekerasan dan kezaliman tak ada batas kemanusiaan

Melanda tanah peribumi tanpa ampun kasih sayang.

 

Perang kelihatan tak akan berhenti langitmu mendung

Tiap hari kau melihat jatuh korban pada semua golongan

Tragedi ini berlarut-larutan sampai jauh ke dini hari

Senjata doa akan merubah destinasi negeri-negeri bersengketa.

 

144. Pengorbanan Abadi

Perjuangan membebaskan dirimu dari serakah dunia

Membina kekuatan dari jiwa yang pasrah dan tawajuh

Kau tak membiarkan ilusi dan amarahmu mengheretmu

Jauh dari cahaya samawi  dan pengorbanan yang hakiki.

 

Kentalnya iman tak akan menyerah pada tarikan kegelapan

Menggelapkan matamu dan menggurung dirimu dalam gerhana

Kau senantiasa mendambakan rahmat Allah  dalam menghadapi

Segala kemungkinan yang datang ketika kau tak sedar dan siap.

 

Pengorbanan adalah landasan kemajuan rohani bulan purnama

Setelah menawan negeri kalbumu kemenangan itu pasti

Jiwamu telah diselamatkan dari terjebak ke dalam nafsi amarah

Kekebalan imanmu mematahkan kejahilan dan kekerasan.

 

Kembali pada Rabb dan kau memohon pengampunan yang tulus

Pengorbanan melengkapi  keimananmu di sepanjang jalan penghidupan

Ketika kau datang menyahut panggilan samawi  dengan rendah diri

Kelembutan jiwamu telah memadam api serakah dan kebathilan.

 

145. Perjuangan Dan Damai

Kalau tidak ada peninggalan

padamu, aduhai Gazel, maafkan aku

kerana aku tak ingin dunia di pundakku.

Yang ada, pada peninggalan itu

khazanah yang  pada setengah orang

tak berharga.

 

Aku terluka ya, Tuhan

tapi aku tak melihat darah mengalir

yang menitis adalah huruf-huruf

dan kata-kata meluncur dari

sukma.

Perjuangan ini tak akan berhenti

Meninggalkan Kota Amarah menuju Kota Damai

 

Sampai bila pun aku tak akan terkalahkan

kerana itulah semangat hidup yang tinggal

dan yang ini akan tetap bersama

tersimpan dalam sukma

 

146. Gerhana Matahari

 

Kau telah diingatkan tentang datangnya gerhana

siang itu menyingkap tabirnya dengan cahaya

matahari bergerak naik perlahan dari garis horizon

alam tenang menunggumu dan membaca isyarat.

 

Ketika gerhana matahari kau berdiri salat

dalam ketenangan meluncur ayat-ayat-Mu

doa-doa kau ucapkan mohon perlindungan

tiap gerak perubahan alam tanda-tanda-Mu.

 

Ya Rasulullah, Wujud Suci, Junjungan

Kekasih Allah, mengikutimu melangkah

ke pintu syafaat akhir zaman yang damai

dan kau telah menunjuki jalan pada-Mu.

 

Dalam sujud kau melamakan doa-doamu

suaramu merendah dan lembut dilafazkan

kalbumu tunduk dan itaat pada panggilan-Mu

kebenaran samawi selamanya tak akan dikalahkan.

 

147. Kegelapan Pasti Berlalu

Yang dulu laut rohani mengalir dan darinya kau makan

ikan yang lazat, kini menjadi padang pasir yang kering

dulu ada desa di kaki gunung, kehijauan yang menawan

tapi, kini memori berdarah dari ingatan zaman berzaman.

 

Gerhana di langit sukmamu telah berlalu dengan datangnya

hujan semi bulan purnama kau menemukan kebenaran ini

menyingkap rimba ketololan dan melangkahi sempadan

sampai ke kepulauan sepi, tanah rawan dan benua jauh.

 

Kau hirup udara dan memegang tali samawi dan melihat

Ummatun Wahidah di tangan Kekasih-Mu dan sukma

Khalifatun Rasidun adalah seperti bintang-bintang di langit

rahmat dan kurnia yang turun itu adalah manifestasimu.

 

Manifestasimu  adalah yang abadi dan sampai akhir zaman

mengangkat martabat ummah dari tangan-tangan yang kasar

kau tak akan berjaya cuba merosakkan benih dan panen ini

kerana tangan Dia sendiri telah menjaga dan memeliharanya.

 

148. Kepulanganmu

 

Aku mengenangkanmu dalam doa-doa malam

waktu telah berjarak meninggalkan memori

begitu cepat hari pun menjelang senja sirkah

pintu kedamaian sebuah hati telah kau temukan.

 

Pertemuan kembali telah menyempurnakan

kasih rindu yang tersembunyi di pojok kalbu

purnama sekilas membenarkan mimpi-mimpi

kehadiranmu telah menghalau kegelapan silam.

 

Rahmat Allah telah membuka pintu pemisah

jalan pulang yang damai dan doa-doa istighafar

menurunkan hujan samawi cukup dengan takaran

taman ini telah hidup semula harum bunga mekar.

 

Kesedaran itu menerima siang penuh gemilang

dunia bayang lenyap tanpa sentuhan tanganmu

kau terima akhir kembara ini menemui Kasih-Mu

segala kau genggam dengan rela kau biarkan pergi.

 

149. Gema Air

 

Bicaramu bergema di celah-celah batu bukit

melintasi sempadan ceruk rantau tanah asing

tak ada kelembutan dan kasih-sayang pada

suaranya keras dan senang memberi hukum.

 

Malammu dalam igau gundah yang panjang

kata-kata telah meluncur dari jiwamu takabur

gema air mengalir menyejukkan kalbumu

ketenangan pada rimbamu kerana hujan turun.

 

Kesabaranmu telah membuka pintu rahmat

lautmu tenang mengirim angin sejuk dan

kembaramu telah melewati zaman gerhana

doa-doamu terucap sebagai musafir pulang.

 

Kau meraih gurub Ilahi dengan tawajuh

buruj-buruj miraj telah hilang ketika senja

ketika kau merindukan gema air dari samawi

hujan turun membasahi tanah-tanah kering.

 

150. Air Samawi

 

Musim Kemarau telah mengheretmu jauh ke dalam gerhana

tanah-tanah kering mengirim jerebu melangkah sempadan

kehausan bumimu menguji kesabaran sampai titis terakhir

belum ada tanda bau hujan yang tercium dalam udaramu.

 

Dalam doa-doamu tengah malam kau pohon suatu perubahan

di atas sajadah air matamu menitis bertahan dalam kesabaran

kalimatmu lahir dalam suara lembut, rendah diri dan istighafar

semangat kental dan pengorbananmu mengetuk pintu samawi.

 

Ketika samawi telah berubah dan mengirimkanmu air turun

kemarau di tanah peribumi telah berakhir hujan lebat mencurah

mengalir dari puncak gunung sampai ke rangkaian pulau-pulau

jiwa istiqamamu telah bertarung membawa perubahan suci.

 

Kembara rohani ini membawamu pada qurub Ilahi yang abadi

telah meninggalkan bayang-bayang duniawi jauh selamanya

ketenteraman kalbumu kemenangan pada ketahanan dirimu

meraih pintu syafaat dari Wujud Suci, Rasulullah, Kekasih-Mu.

 

151.  Gerimis Turun Di Sukma Malam***** 

Jangan, jangan sekali-sekali kerana amarah

kau membakar puisi itu di lembah sukma

kejahatan itu telah melebihi batas, langit pun

tersinggung ketenanganmu telah tercalar.

 

Mereka sebenarnya bukan pencinta kedamaian

malam kelam mereka membakar kelambu langit

dendam kesumatnya sampai jauh ke liang kalbu

kejahatannya akhirnya terbongkar sampai ke akar.

 

Lidah api menjulang dan membakar hanggus

kemarahan golongan pelampau telah kelihatan

kau melihat apa yang tersirat di dalam sukmanya

kegelapan dan kepahitan hidup tindih-menindih.

 

Bukankah kedatanganmu membawa khabar gembira

kedamaian yang abadi di sepanjangan jalan pulang

lihat pada langit masih berdandan, bulan hilal merekah

kedamaian di sukmamu menentukan arah perjalanan.

 

Tiada esok pada perosak zaman hiburannya kezaliman

kau tak ingin bergaul dan ikut dalam golongan keras

ke mana pun mereka hanya membawa maut dan huru-hara

dan kekalahan telah menyorok mereka di gua-gua gelap.

 

Kota Kinabalu

21 April 2018

End/……

Editing 16 April 2019, 1:33 pm

 

Comments