Kumpulan Puisi Tajalli Ilahi oleh Sabahuddin Senin
Tajalli
Ilahi
Kumpulan Puisi (150) oleh Sabahuddin Senin
Last editing: 16 Mei 2016 3:15 PM
16 April 2019, 1:21 pm
1.Malam Tajalli
Zikirullah, mengingati-Mu
selawat dan salam pada
Kekasih-Mu, Rasulullah
airmu manis menyegarkan
mengalir dari mata air
yang tak pernah kering
di sepanjang zaman.
Ketika hujan turun, airmu naik
malam cahaya purnama penuh
salammu berbalas jiwa pasrah
kasih sayang yang terucap tulus
dalam doa-doa malam tenang.
Cahaya berkembang bulan penuh
di lantai ini, kau tunduk bersujud
di malam-malam tahajjud panjang
rongga nafasmu melafazkan doa.
Dinding ini telah jadi saksi abadimu
kata kalimatmu bagai harum bunga
menjadi kuntum-kuntum doa kasih
kepuasan rohani nikmat sempurna.
Malam-malam kerinduan yang berputik
kuncimu yang hilang di malam gerhana
telah pun dipulangkan padamu sendiri
samawi telah memberi isyarat penantian
selama ini sempurna purnama telah muncul.
Ya Rabbi, syafaat hanya dari pintu Muhammad
damai turun dari samawi meresap dalam kalbu
kesaksian-kesaksian itu kebenaran wujud dalam
diri Kekasih-Mu, Rasulullah, rembulan penuh.
Canberra
7 Jun 2011
2. Qurub Langit
Kau datang jatuh bangun pada-Nya
kau diuji tiap keputusan tinda langit dan bumi
tanda-tanda bermunculan di depan mata
angin kemenangan akhir musim.
Berkata mereka di malam-malam igau
lihat yang tersirat
Kekeliruanmu telah menjauhkanmu sendiri
Kegelapan itu sampai hari ini menutupi langitmu.
Lalu ada merasa mereka mempunyai kunci setiap pintu
Sedang yang lain, ingin monopoli kerajaan langit dan
Tanah yang dipijak dan laut senantiasa berombak
Kau masih di lubuk silam.
Setiap kali kau melihat langit biru sukmamu
masih terseret ke bawah kerana kecintaanmu masih
pada dunia di tanah peribumi. Akhirnya kau terluncur
lagi jauh ke bawah.
Kau mendambakan ilmu, tekad dan doa-doa
baiatmu itu adalah pengakuan dan
pada keyakinan pasti membawamu ke langit samawi.
3. Selawat Dan Salam
Ketika aku bangun dan melepaskan mimpi
pulang ke pati malam aku siap melangkah
membaca al Fatiha dan selawat dan salam
ke atas junjungan Rasulullah, Kekasih Allah.
Aku mengenangmu ya, Muhammad Rasululllah
selawat dan Salam dilafazkan di hujung lidah
mengalir dari jiwa tafakur, sedar dan insaf
Kau wujud suci sempurna dan teladan hakiki
Dalam tafakur aku menginsafi diri menyebut
namamu membawa keperibadian besar dirimu
kecintaan tumbuh dalam kalbu tiap mukmin
sudut hidupmu inspirasi zaman hingga kiamat
Ketika namamu, Muhammad, Rasulullah disebut
air mata bergenang di tebing mata pengorbanan
tak ada bandingnya di langit dan bumi raya ini
musuh yang zalim pun akhirnya menghormatimu.
Kau wujud yang memberi maaf bertapa besar
kejahatan-kejahatan penzalim diberi ampun
kedatanganmu menghalau kegelapan pekat
cahayamu menerangi sampai hujung dunia.
Berhala-berhala dan kepercayaan syirik bertapak
dari zaman leluhur tumbuh berakar dalam jiwamu
ketika Rasulullah diutus menyampaikan kebenaran
keesaan Tuhan Yang Maha Suci, Rabbiul Alamen.
Kau telah membawa pesan kedamaian pada dunia
kasih sayang senjata yang menawan jiwa-jiwa merana
tiada dendam dan api amarah dalam sabda-sabdanya
hanya mengingatkan kembali kepada Allah Ta’ala.
Jiwa-jiwa yang merontah dan menyeru pada kekerasan
dan menyebarkan kebohongan dan kejahatan-kejahatan
membelakangkan hak manusia dan menyebarkan perang
bertentangan pada ajaran Rasulullah, Islam agama damai.
Dunia telah diperingatkan syafaat hanya pada Muhammad
kejayaan dan kemenangan sampai pada hari kiamat jalan ini
ketinggian budi pekerti akhlak yang mulia kebenaran hakiki
ini janji-janji samawi yang menawan dan membawamu pulang.
Kehadiranmu telah membawa ishla di bawah langit dan bumi
keburukan, Kejalangan, sarang korupsi telah terbungkar
Laillaha Illallaha Muhammad Rasulullah berkibar di menara
Tuhan palsu telah lama mati tak berdaya melawan Islam.
Maut yang dicanang-canangkan untuk memikatmu
tak akan bertahan lama kerana kekerasan dan kezaliman
samasekali tak akan dapat diterima pada jiwa yang sihat
ummah sendiri akan menolak dan memulaukannya.
Ya Rasulullah, Muhammad, Kekasih Allah, pembela
kaum wanita, golongan miskin,
anak-anak yatim
suaranya bergema pembela golongan lemah dan minoriti
kekuasaan dunia sementara, yang kekal kerajaan langit.
Jiwaku merontah dan tertekan seakan ingin pecah
nama Muhammad digandingkan dengan kekerasan
kami sanggup melihat anak kesayangan disakiti
tetapi kami tak sanggup nama wujud suci ini dihina.
Kau adalah cahaya yang memancar dari cahaya-Mu
tiap liku-liku hidupmu,
Rasulullah adalah rahmat.
kau, wujud yang sempurna, cahaya dalam cahaya.
tiap Muslim merindukan Kekasih-Mu, Muhammad.
Ya Rabbi, bagaimana aku tak bersyukur kepada-Mu
tanpa Muhammad, Rasulullah, Kekasih Allah, kami
dalam gelap pekat dan dalam kesesatan yang nyata
aku, jutaan batu di tumit Kekasih-Mu, Muhammad.
Kota Kinabalu
25 Januari 2013
4. Meraih Gurub-Mu
Malam-malam terakhir
harum udara meresap
sampai ke serambi kalbu
bagai air dijurus dingin
menyegarkan dirimu.
Aku dakap-Mu, dengan
langkah yang teguh
istiqamah ini adalah
ketahanan perjuangan
merebut Kasih Sayang-Mu.
Aku memanggil-Mu
Bahasa sederhana
pada kantuk malam
cair di dalam sukma.
Aku menganyam kata-kata
dengan lidah lembut tawakal
sekuat daya dan naluri ini
menekan nafsi-i-Amarah
sampai jauh ke pusar jiwa.
Setiap tindakan aku tak
membiarkan kebohongan
bergayutan pada akar dan
sendi sekalipun itu hanya
kelakar atau bual kosong.
Siang-siangmu merekah
malam kembang gaharu
ibadat dalam Ramadan
Al Mubarak.
Malam-malam Lailatul Qadar
pintu samawi terbuka luas
aku bersujud dengan doa-doa
meraih qurub-Mu.
Kota Kinabalu
4 Ogos 2013
5. Kedamaian Sukmamu
Kau tersiksa dan mengigau dalam tidur gelisah
seribu tahun pun jiwamu masih belum tenteram
malammu panjang dan siangmu mendung tebal
seperti kau orang gila sepanjang jalan pulang.
Kedamaian sukmamu sirna di permukaan malam
kau telah digoda dengan pertanyaan tak terjawab
tiada ketenangan di bumi dan langitmu selama ini
perjuanganmu menyorokmu jauh ke dalam gelap.
Mata rohanimu telah buta dalam pengkiraan masa
dalam gelap kau masih memburu burujmu sendiri
dalam perjuangan kau melihat kekalahan demi
kekalahan tanpa ada perlawanan dan perubahan.
Kau meraung ke langit dalam doa-doa tahajud
penjajah bangsa telah lama pulang kini daratanmu
tanah merdeka gema suaramu melaung panjang
ingin hidup langit dan bumi baru yang gemilang.
Yang dulu laut rohani mengalir dan darinya kau makan
ikan yang lazat, kini menjadi padang pasir yang kering
dulu ada desa di kaki gunung, kehijauan yang menawan
tapi, kini memori pahit dari ingatan zaman berzaman.
Gerhana di langit sukmamu telah berlalu dengan datang
hujan semi bulan purnama kau menemukan kebenaran ini
menyingkap rimba ketololan dan melangkahi sempadan
sampai ke kepulauan sepi, tanah rawan dan benua jauh.
Kau hirup udara dan memegang tali samawi dan melihat
ummatun Wahidah di tangan Kekasih-Mu, Muhammad
zaman Khalifatun Rasidun seperti bintang gemerlapan
inspirasi dan kurnia turun-temurun menambat kalbumu.
Kau wujud kemenangan yang abadi sampai akhir zaman
mengangkat martabat ummah dari tangan-tangan kasar
ingin merosak benih dan panen ini, kau tak akan berjaya
tangan-Nya sendiri telah menjaga dan memeliharanya.
Kedamaian sukma kau telah ditemui bukan dari orang zalim
tak pernah dari golongan yang suka pada kekerasan menang
Muhammad, Rasul junjungan, pendiri syariat sempurna dan
syafaat dan ishla mengalir terus-menerus sampai akhir zaman.
Zaman kekerasan telah berlalu, burung-burung merpati
terbang damai ke negeri jauh, keindahanmu bukan pula
menakluki tanah sempadan lalu meluaskan tak berhenti
kemenanganmu kerana cinta pada Rasul hidup menawan.
Manisku, tenang, tenanglah tidurmu pada malam ini
kau telah menerima panggilan ini dengan aman
sukmamu bersih dari kejahatan dan kebohongan
pesan kedamaian ini harus sampai kepadamu.
Kau telah mulai kembara ini dengan bersujud air mata
berdoa tenang pada tiap-tiap tindakan yang kau akan mulai
kejuitanmu di langit malam saksi pada siang ini menawan
langkahmu memasuki daerah-daerah jauh belum tersentuh
6. Pintu Meraih-Nya
Benarkah kau tak mengenal bahasa rindu apa lagi bahasa cinta
ketika aku berbual kepadamu kau diam, matamu mengiyakan
seperti komet-komet yang berguguran hanggus di dalam sukma
dan kau telah lama tak pernah bermimpi dalam tidur malam.
Kau berhanyut dalam gelombang membawamu ke tengah lautan
dalam badai tofan yang turun suatu malam kau belum pun bersiap
angin kencang yang menghempas tebing tekad dan harapanmu
tak akan bertahan kerana esok gelombang samudera belum redah.
Bacalah sendiri ke dalam mata dan sukmamu, pasti kau merasakan
perjuangan ini bukan untuk satu hari dan tak ada kemenangan cepat
kepada pembohong yang bersumpah-sumpah tentang kebenarannya
kau telah melihat mereka seperti ikan-ikan mati terdampar di
pantai.
Kau melihat seperti tak ada kekurangan walaupun langit gerhana
kegelapan malam telah menghalau cahaya dari sampai padamu
jaminan apa yang cuba kau bisikan ke telinga dan perubahan diri
sedang malam-malammu telah kau himpun menjadi duka lara panjang.
Aduhai rohaniku, usah kau melihat langit malam dan kehilangan arah
suara-suara murni dan tulus datang menjelang Ramadan Al Mubarak
pintu meraih-Nya tak pernah tertutup usah berbalik ketika telah
melangkah
kau telah memulai kembara ini dengan pengorbanan meraih purnama.
7. Tajalli-Mu
Seperti letusan gunung
yang memuntahkan lahar-lahar
ke dalam lautan mimpi
dan membakar hanggus
penumpangnya.
Sejak itu malam-malam
mendatang bagai hutan
yang terdera dan hanggus
dalam langit jerebu.
Langit telah bertukar mendung
gelombang laut telah
mengembangkan sayapnya
sekawan burung yang
berhijrah ke utara
memaksakan dirinya
sekalipun matanya pedih.
Bomoh angin
berjaket tali leher
menyebut lembaga asing
di negeri anta-beranta
tahyul dalam tiap bual
menabur ketololan
dari air liur.
Akhirnya, langit samawi
dan desir lautmu
pada siul burung
nafas gelombang
turun bagai hujan
gerimis menyempurnakan
doa-doa
adalah tajalli-Mu.
14 March 2014
*Tersiar di Utusan Borneo 23 March 2014
8. Kekasih-Mu, Muhammad, Rasulullah.
Engkau, matahari rohani menghalau kegelapan
Hadirmu telah mengakhirkan kemarau panjang
Jutaan bintang-bintang gemerlapan di langit-Mu.
Tiada syafaat selain engkau, jalan ke langit samawi
Engkau, kekasih-Mu, yang sempurna dan tanpa aib
Tiap sukma minum dari air pialamu tak akan puas.
Kau tanam kalimat tauhid di bumi dan langit
Tuhan yang satu, tiada Tuhan melain Allah dan
Muhammad Rasulullah, menjadikan aku, Muslim.
Tanpamu, kekasih Allah, aku komet yang hanggus
debu jalanan terbawa angin ke sana ke mari tanpa
tunjangan terpenjara dalam nafsi-amarah sampai kiamat.
Ya Rabbi, aku merindukan wujud yang suci, Muhammad
Rasulullah mengajarkan dunia, Islam, agama yang hidup
mengenal Allah yang tak berhenti berkata pada hambanya.
Kau yang mengajarkan kecintaan dan kasih-sayang sesama
pesan kedamaian, menjauhkan yang mungkar dan ingkar
Musuh-musuhmu, pun memuji pada wujud suci Rasulullah.
Muhammad, kekasih Allah, mengangkat martabat kaum hawa
puncak mahligai langit tertinggi, melindungi anak yatim piatu
golongan miskin dan memelihara hubungan jiran tetangga.
Engkau mengajarkan tangan yang memberi baik dari menerima
senantiasa mengucap salam, bermuka manis, dan jujur berjanji
menjauhi kebohongan, menjaga amanat dan menekan kekerasan.
Ya, Rabbi, berikan aku kekuatan biar sedikit sekali hanya bayang
sentuhan wujud suci dalam sukmaku, supaya aku dapat berkorban
membawa suara-Mu ke belantara, sempadan tak tersentuh cahaya.
Kerana cintaku pada Kekasih-Mu ini, aku, kau panggil gila
aku tak peduli kerana di sini aku menemukan cahaya damai
ketenteraman di riba Kekasih-Mu, dan melihat-Mu purnama.
Kota Kinabalu
24 Januari 2013
9. Mimpi, Firasat Dan Kasyaf
Malam itu suatu anugerah dan cahaya rahmat turun
ketika kau telah dihinggap mimpi-mimpi kebenaran
pintu kebesaran meraih-Nya terbuka luas padamu
jiwa rohanimu bagai terpanah cahaya kegemilangan
nikmat-nikmat samawi mengalir masuk tak berhenti
seperti hujan turun dengan kecukupannya pada taman
kau menerimanya dengan kesyukuran dan tawajuh.
Ketika jiwamu tenteram dan ruh kudus datang
firasat turun dari langit sebagai hujan musim semi
lalu tiap gerak dan sentuhanmu itu adalah firasat
kau melihat dengan mata rohani, nikmat meresap
sukma diperkaya sentuhan mimpi, firasat dan kasyaf
Pada siang malam nikmat-nikmat dan rahmat turun
kau bukan sendiri dibantu oleh kekuatan menolong
tak ada satu kekuasaan akan dapat mematahkan
mimpi-mimpi benar tentang langit dan bumi baru
lidahmu telah menuturkan firasat, matamu saksi
kasyaf, yang mengalir
seperti air pancuran dingin
dan melepaskan dahagamu pada musim kemarau.
Kota Kinabalu
17 Januari 2013
10. Naratif Sebuah Nasihat
Kau dibesarkan dalam doa yang mengalir
dari setitik nuftah kau berenang sentosa
keselamatan samawi telah pun dijanjikan
kau Ismailku, menurut perintah dan itaat
mimpi-mimpi genap, ketika kau dewasa
kau telah siap menggenapkan mimpi itu
biar lembut, tiap sentuhan dengan kasih
lalu melangkah dengan doa dan tawakal
kau ke pinggir membiarkan orang lain lalu
kalimat-kalimat terucap dengan bersopan.
orang mengasari, kau balas dengan senyum
mendahulu yang hak dalam segala kegiatan
sekalipun dunia turun melimpah di ribamu
sekalipun kau telah terpukul teruk ke sudut
jangan bohong, bicaramu biar terus terang
tanpa bermuka-muka dan menggelirukan.
Datanglah kau pada orang tua dengan tertib
alam maya pun bergerak sama dalam tertib
ingatkah, nasihat Luqman kepada anaknya
inilah juga yang telah diingatkan kepadamu
biasakan lidahmu berkata benar dan jujur
kerjakan amal ibadatmu dengan hati bersih
gunakan hikmah dalam memutus perkara.
Dengarkan samawi, berpegang pada tauhid
tilawah Al Qur'an, pegang pesan Rasulullah
Dalam keadaan apa, kau tetap berdoa dawwam
kerjakan salat, selawat salam pada Junjungan
kolam maghfirat tak pernah kering sampai kiamat
samawi mengirimkan hujan bersama takarannya.
Honiara
4 Oktober 2012
11. Musafir
Tamu lewat di suatu malam tafakur
permulaan awal bulan musim panas
kedatanganmu tak pernah disangka
kembang kenanga dan tenang lautan.
Sinar matamu lembut bicaramu damai
merangkum bumi tanpa garis sempadan
musafir pulang gunungmu tetap bertahan
kehadiranmu telah menghalau kegelapan.
Malam itu musafirmu minum segelas susu
berbual kota yang telah ranap langit tertuba
mimpi bumi merekah dan bulan yang terhiris
ditunggu esok, musafir masih di ufuk buruj.
Kota Kinabalu
24 Mei 2011
12. Lambaian
Aku mendatangimu di malam rembulan penuh
pintu samawi telah terbuka luas pelangi di lembah
dalam kata-kata meluncur dalam bahasa ibunda
satu
kepuasan menitipnya dalam serangkai doa.
Dari genta rasa dan rahmat dari langit yang turun
ke bumi
bersentuhan tanpa sempadan dan saling mengucap
salam
kental madu menitis di hujung lidah, manisnya
zikirullah
ketenteraman kalbu yang tawajuh menyambut-Mu
labaik.
Malam wangi gaharu, pohon sena telah tumbuh
berdaun lebar
kudakap-Mu dalam tahajud dan telah menggenggam
tali-Mu
langit telah mengirim hujan dan sinarnya dalam
segala musim
kegelapan itu hanya sementara yang akan meredup
dan hilang.
Canberra
8 Jun 2011
13. Bualan Pagi
Kita bersaudara, kebaikan langit juga kesuburan
bumi
rosak akar pepohonan, kesakitan dan maut
kita bersama
kerana kasih selalu kuingatkan datangnya musim
semi
bukan apa, sekedar menyingkap tabir, membuka
jendela
lalu merelakan cahaya bersimbah masuk ke dalam
rumah.
Mengapa tersiksa sendiri merasa sakit sampai ke
tulang
kalau itu hanya sepak-sepak batu di jalan pulang
ke rumah
ketika duduk berbual kata tak berdinding
menghiris luka
lalu tak peduli melihat diri depan cermin
memenyek hidung.
Canberra
5 Jun 2011
14. Tiru
Pernah aku dengar perbualan seorang anak
memang senang meniru gerak-gerak liuk angin
dan ngeow kucing di halaman rumahmu sendiri
apa lagi si burung nuri, meniru sapa orang
melintas
di serambi rumah mereka ketawa terbahak-bahak
melihat anak pintar peka lidahnya meniru bual
orang
orang pulang bernyanyi di jembatan memaki
kelam
di jalan berkumpul jiran selorong asyik
berghibat.
Canberra
4 Jun 2011
15. Jerami Waktu
Aku merebahkan diri di pinggir malam
adalah cerita yang belum pun selesai.
bukankah setiap liuk dan olah tubuh ini
urat-urat halus sampai ke nadi jantung
dari kepala sampai ke hujung ibu kaki
sebuah khazanah dalam sorotan sejarah.
Engkau pun masih belum puas bertanya
pada parut yang telah membekas pada kulit
yang dikatakan kemuliaan dan penghormatan.
tiap keratan itu tanjap menusuk ke jiwa raga
panah dari busur dendam yang angkuh.
Talha melebarkan tangannya melindungi Rasulullah
siap mengorbankan jiwa raga dari panah-panah musuh
kecintaan tulus para sahabat terhadap Rasulullah
tak gusar dan berganjak sekalipun panah-panah itu
menembusi kulit tubuh demi melindungi Kekasih-Mu.
Aku tak akan menjawabmu kerana penjelasan
mengundang tafsiran keliru mereka datang nanti
hakikat sebuah sejarah benar bisa menjadi igau
sekalipun segala kebaikan kau tanam di tanah subur
mudah sangat dilupakan sebagai jasa, sadaqa jariah.
Di sinilah kau temui ketenteraman yang abadi hingga kiamat
ketenangan danau kalbumu di bawah langit Nur Muhammad
dosa-dosa yang merimbun terbakar hanggus tunas baru tumbuh
malam-malam kemuning menyebak harum dalam muhasabah diri
kembali pada Allah Azzali dan menikmati air maghfirat-Nya.
Canberra
22 April 2012
16. Lembah Hijau
Tanah ini senantiasa subur
Hidup dalam semua musim.
Benih yang disemai semalam
tumbuh menjulang ke langit-Mu
Di sini bertuduhnya musafir
mendakap mimpi doa terkabul
Langkah kakimu seluas benua
Jiwa ragamu seluas langit.
Kasihmu pada Rasulullah
Tak akan berubah ikut musim.
Sentuhan Samawi bulan Ramadan
Rahmat-Mu mengalir tak akan berhenti.
Canberra
23 April 2012
17. Kata Nama
Sudah ia persiapkan sebuah nama
Kelahiran anak di bulan Ogos
Namamu gambaran jiwamu sendiri
Sebutan dipegang gambaran dirimu.
Dalam doa-doa salat tengah malam
Kau ingin titipan nama membawa rahmat.
Nama yang diberi membawa maksud
Merangkum sifat-sifat anak masa depan
Selalu diajarkan memilih nama terbaik
Kerana di situ bermulanya kehidupan.
Canberra
23 April 2012
18. Musim Angin
Dalam ketenangan rupanya
ada perubahaan pada dirimu
mendung melingkari matamu
kau semakin keras di lapangan.
Sebentar hujan angin datang
Seperti datangnya tsunami
di lautan teduh dalam diam
kulihat pepohonan kelapa
condong ke timur dalam gelora
ketenteraman desamu terusik.
Di hujung tanjung laut teduh
aku menafsir laut dan pulau
dalam tari musim hati bergerak
di tengah lenggang gelombang
pulau Mani dan Somata
daratan resah desa terkurung.
Kuketuk pintu langit memanggil-Mu.
menari di tengah-tengah gelombang
dan gemuruh angin badai.
Canberra
24 April 2012
19. Kamar ini
Permainan apakah ini ketika aku datang padamu
melangkahi sempadanmu dan beramah-tamah
lalu di ruang sederhana ini kami berzikirullah
tanpa pula melanggar amalan adat tradisimu.
Mengapa kau menjadi amarah dan berpaling
di bawah langit damai di tanah peribumimu
kita meletakkan harapan persaudaraan sejagat
kekerasan itu bukan pilihan kita bersama.
Kita akur menolak kekejaman dan kebiadapan
kelangsungan hidup yang aman dan harmoni
kau dan aku tentu bisa berunding tanpa kegilaan
ruang ini ada hak Tuhan dan ada hak manusia.
Ketika kau telah melangkah sempadan dan masuk
aku tak akan memaksamu apa lagi melarangmu
kerana pintu masuk dan keluar senantiasa terbuka
tiada sesiapa merasa dipinggirkan atau dikhianat.
20. Pemukim Musim Hujan
Kau pernah berjanji membawa hujan ke pesisir
pantai, rimba, banjaran gunung dan sungaimu
rahsia malam turun bersama hujan mengalir jauh
bualmu pula melekat pada batu-batu dan tebing.
Sebenarnya suara itu dari gema masa silam
dalam gua sukma membina kolam kenangan
kedamaian seperti genang air bergetar ramah
lalu tenang sampai suatu detik yang lain pula.
Tiap pohon berperanan sendiri dalam terompah waktu
kekuatan akar menentukan perjalanan pohon kehidupan
kerana ketika ia sihat maka kau akan melihat pohon ini
rendang berdaun lebar, berbunga berbuah manis ranun.
Kehadiran matahari tak pernah mungkir pada janji
kecuali awan mendung telah membawa isyarat itu
hujan akan turun dan menjadi banjir besar merempuh
bumimu ketika pemukim masih lena di hujung malam.
21. Dalam Takaran Waktu
Mengenangmu seperti lepa-lepa yang terlepas talinya bergerak
dalam diam arus lautmu membawamu jauh ke tengah samudera
tabir malam pun tersingkap kau melihat sendiri keramaian langit
kau terlentang di antara pulau-pulau sukmamu dan cakerawala.
Matamu redup dan terka
ndung rahsia hidup yang ditelan waktu
kau membaca kitab kesayangan ini di sepanjang jalan hayatmu
ia menghiburkanmu ketika kegelapan malam ini menggurungmu
menutup semua jalan-jalan dan membiarkanmu bingung sendiri.
Kau sebenarnya seorang itaat dan pemberani di lapangan terbuka
gema suaramu telah menembusi lantai langit dan tanah peribumi
tapi kata-kata tak berakar seperti angin tanpa arah dan kulit saja
bergulung-gulung seakan mencipta halilintar dan tofan badai.
Dalam takaran waktu siang ini hujan turun menyirami rimba raya
satu kekuatan telah datang dan sungai menyempurnakan mimpimu
pada gunung kau memandang samawi dan bulan purnama penuh
matarimu naik di ufuk Barat mengirim gelombang sampai ke sini.
22. Membaca Lenggang Ombak
Kau telah lama berlepa-lepa di daerah rawan
membaca lenggang ombak laut gerak awan
pada bintang dan purnama di langit malam
tiap perjalanan meninggalkan titisan rindu.
Sepasang kasut kau pakai telah haus tapaknya
garis wajahmu bertambah dalam waktu bergeser
kau melipat-lipat sejarah awalmu dalam lugasi
lalu pergi sebagai kekasih ke negeri rumpaian laut.
Malam itu kunang-kunang menjadi cahaya bulan
kau tak menyoal sampai kapan kegelapan malam
langkahmu anggun seperti tawakal seorang khadim
datang membawa berita yang tak melukai sukmamu.
Deru angin lautan telah menggerakkan gelombang
langit telah memberikan isyarat bermula pertarungan
lepa-lepamu setiap gerak ke depan menguasai laut
rahsiamu pun terungkap dan pertanyaanmu terjawab.
Nilai
2016
23. Tamu Siang
Tamumu akan datang dari Benua Selatan
ia bukan Petualang Malam atau orang asing
pintu telah tak berkunci sejak malam tadi
kau menganyam memori yang terperosok.
Apa ingin kauberitakan tak ada yang baru
segalanya grafiti pada dinding-dinding silam
suara itu adalah artifak saksi kebenaran abadi
rahsia ini telah menjadi pohon kayu malam.
Kita merelakannya dengan hamparan kasih
dan berhenti bicara tentang malam majnun
lepa-lepamu belayar dalam samudera malam
di atol lautan kau telah melepaskan sauhumu.
Sekalipun mata angin telah lama
berubah haluan
layarmu tetap berkembang membaca gelombang
bila malam tiba kau melihat keramaian bintang
dan letus komet berjarak di langit sukmamu.
24. Bumimu Hidup
Pertanyaanmu telah menyingkap tabir malam
engkau tak mungkin bersembunyi pada huruf
bermain sembunyi-sembunyi di tanah belian
hari pun telah jauh di pinggir malam tahajud.
Kau melihat seperti ada keramaian tanglung
yang jelas ia bukan tamu di hujung minggu
orang tak bertanya lagi mengikut arus langkah
suara tak jelas seperti orang sedang bercakap.
Mengapa bertanya kalau kau telah tau jawabnya
tiap jawaban menambah kekeliruan dan panik
malammu penuh sangsi gemuruh angin dari utara
tidakkah kau lihat ke arah jendelamu yang terbuka.
Bacalah gerak langit tak akan meninggalkanmu
di tanah leluhur ini doa-doamu telah terhimpun
baunya tak hilang telah menyerap dalam sukma
bumi akan bertahan sampai kiamat mendatang.
Angin bertiup dari arah tak menentu semalam
lautan bergelora badai taufan meliar ke pulau
langit berubah bintang-bintang
mengabur jauh
malam turun rimba diam tak berkutik senyap.
Gempa di bumi peribumi di tengah malam tadi
Gegarannya telah mengoncang gunung bertahan
pemukim di lembah sungai gelisah tak tidur lagi
air lumpur telah mengalir mengasak tebing runtuh.
Hujan khatulistiwa telah merendam desa dan kota
gema suaramu tertahan di halkum sejak terakhir
kelelawar telah meninggalkan gua terbang berburu
gerhana turun mengembangkan kedua sayapnya.
Aku tak akan meninggalkanmu di musim gerhana ini
dan membiarkan kapalmu tenggelam dalam samudera
tanpa mendekati pelabuhan dan menurunkan sauhu
pasti samawi membuka pintu cahaya siang matari penuh.
25. Penumpang
Di negeri malam
penumpang
buru-buru ke pintu masuk
setelah berbual dan bersalaman
akhirnya dipaksakan perpisahan.
Ada doa dan pesanan
yang terucap
berulang-ulang.
Ada sukma yang terhiris
melepaskan perpisahan
dengan jiwa yang berat.
Langit khatulistiwa
di waktu malam
Laut China Selatan
jerebu di siang hari
Kuala Lumpur masih bertahan
Delta Mekong tenang
bertafakur memandang
laut dan berfirasat.
Seorang penumpang
adalah seorang Musafir
ingin menggenapkan
harapan dan mimpinya.
Ketika siang tak kesampaian
seperti komet yang meletus
dalam sukmamu
tiap mata seakan masih
mencarimu dalam gelombang hari
dan remang-remang malam.
15 March 2014
*Tersiar di Utusan Borneo April 2014
26. Gerimis Turun
Gerimis turun di sukma malam
kau tercari-cari komet dan kejora
matamu tak dapat menjangkau
yang lebih jauh, dan terbatas.
Tiap malam aku memandangmu
kerana memang kau perhiasan
dan kegemerlapanmu yang tak
pernah pudar sepanjang zaman
hiasan indah di tangan pemilik.
Kau bukan ikan yang busuk
menggelepar dan tercunggap-
cunggap dan terdedah di udara
bila masa dibuang dalam sampah.
Kau tak ingin kehilangan langit biru
nahkoda bertarung melawan badai
lalu akhirnya merapati pelabuhan.
melabuh sauh menghirup udara segar.
Kau tak ingin kehilangan bumi berpijak.
mencium bau bumi kau sedar dan yakin
kau pun dekat sekali pada Allah Azzali
jiwamu telah kembali ke pelabuhan damai.
Kota Kinabalu
18 March 2013
27. Kapas Kembali Ke tanah
Kau merebahkan kepalamu ke atas bantal
Perlahan melepaskan singgahsana dunia
Sekujur tubuh melayah merelakan segala
Hanya sekujur tubuh sendiri tanpa selimut
Malam ini kau menunggu kekasih tak tiba
Jauhkan dirimu dari mimpi letusan gunung
Biarlah suara hati sendiri membawa pulang
Kauperah malam, menitislah air dari gunung
Sukmamu ini dalam ketandusan dan kemarau
Kau jauh tapi terasa dekat, kau sekujur tubuh
Yang terlentang di pembaringan memanggilmu
Sekalipun otot kaki ini kejang kau masih ingin
Mendaki sampai ke anak tangga yang terakhir.
Sekujur tubuh ini, kau mendambakan harapan
Dari menara sekawan burung merpati terbang
Dalam ketenangan ini kau telah bersiap pulang
Kau ingin melepaskan merpati dari tanganmu
Pintu ini telah pun terbuka melangkah perlahan
Kau adalah kain kapas telah kembali ke tanah asal.
Kota Kinabalu
25 March 2013
28. Kelangsungan Hidup
Mata angin bergerak menurut kemahuan
Lahar gunung meletus tepat pada waktu
Langit dan lautan bergolak bumi bertahan
Sejak ribuan tahun mata hati menafsirkan.
Sebenarnya kita sendiri semakin gundah
Mata melihat lalu menghukum sesuka hati
Kebenaran itu tak boleh disembunyikan
Dan tersimpan dalam gua-gua kegelapan.
Aku tertegun ketika kau mulai berlaku zalim
Kau diingatkan kekerasan bukan cara terbaik
Ambillah ikhtibar dan ishla dalam diri sendiri
Suara yang terdera mengundang langit gundah.
Sekali kau melafazkan perang
Aku membalasmu kedamaian
Kerana di situ tersimpan hikmah
Kelangsungan hidup yang abadi.
Kota Kinabalu
20 March 2013
29. Purnama Penuh Gerhana Berlalu
Dalam doamu kau melepaskan
kesakitan-kesakitan manusiawi
segalanya tergeser di dalam
kata kalimat
di padang yang
maha luas kau ditinggalkan
suaramu terpergap di halkum
dan terhukum
kegelisahan yang tak tertahan
sukmamu bagaikan
terbakar tanpa perlindungan
kau mencari
tempat berteduh sekalipun
hanya bayang-bayang
seakan berdiri sebagai tembuk.
Kau datang menyempurnakan
mimpi
kerana terpanggil dan pasrah
inilah perutusan dan ujian
tapi, kau tempuh dengan taat
kelemahan manusiawi
kau tak akan berganjak
gerhana berada dipuncaknya
saksi-saksi
terpanggil dan menjawab
keindahan suatu malam
menyingkap makna
dan harapan.
Wahai Gazel,
di lembah pergunungan ini
kau selamat
dari dataran ini kau melihat
purnama penuh dan gerhana berlalu.
Ia adalah Maha Pelindung
dan Maha Perkasa.
*Tersiar di Utusan
Borneo 12 Oktober 2014
30. Derhaka Dan Pengkhianat
Terlalu banyak catatan kenangan masa silam
melupakannya perlu kesabaran dan ketenangan
tak mungkin semuanya akan terbakar hanggus
lalu bertebaran menjadi debu di sepanjang jalan.
Serpihannya digolong angin kering jauh
di depan matamu yang redup dan kabur
kau telah lepaskan dari genggaman memori
akarnya kuat bertahan dan tak ingin terlepas.
Memori indah mengumpul puluhan memori
perlahan-lahan hilang terbakar seperti komet
dan kau tak rasa dikhianati sekuntum bunga
ros pun mengalami musim-musim luruh.
Dalam rimbunan malam kau terus berkasidah
melafazkan rindu di malam kembara musafir
kesepian itu bukan musuh adalah sahabat baik
tak dapat dipisahkan sampai kiamat mendatang.
Kebenaran bukan suatu yang abstrak dan keliru
Kata-kata benar bertahan dari dimamah waktu
Berpijak di atas landasan kedamaian dan amanat
Berbeda jiwa derhaka dan sebagai pengkhianat.
31. Hari Di Hujung Tanjung
Kau masih terus bertanya
apa yang telah dilakukan
pada siang hari merayau
bulan telah berselindung
membiarkan lautan tenang.
Tanpa kausedari dirimu sendiri
hari telah jauh di hujung tanjung
menconteng dinding sukmamu
melangkar harapan kau terjebak
dalam gaung gelap penuh bahaya.
Siang telah bertukar menjadi butir pasir
malam bertukar menjadi kotak mimpi
suaramu mulai kepayahan kerana didera
musuhmu terus-menerus berbuat helah.
Ketenteramanmu menghimpun harapan
langit berubah kau mengambil ikhtibar
kembali memegang tali Tuhan Rahman
pilihan pada ketenteraman kekal
abadi.
32. Kedamaian Sukmamu Kau Temui Kembali******5
Kau tersiksa dan mengigau dalam tidur gelisah
seribu tahun jiwamu masih belum pun tenteram
malammu panjang dan siangmu mendung tebal
seperti kau orang gila sepanjang jalan pulang.
Kedamaian sukmamu sirna di permukaan malam
kau telah digoda dengan pertanyaan tak terjawab
selama ini tiada ketenangan di bumi dan langitmu
perjuanganmu menyorokmu jauh ke dalam gelap.
Mata rohanimu telah buta dalam pengkiraan masa
dalam gelap kau masih memburu bayangmu sendiri
sukmamu diam dalam kekalahan yang
panjang
selangkah lagi kau akan berada di tanah keamanan.
33. Seperti Anak Kecil
Telah berlalu masa kecil
menjadi anak hidup kembali
bertanya tak berhenti
lepas satu, satu tak bosan.
Anak kecil jatuh bangun
ketawa riang, lapar tidur
ketika menangis minta
dapat baru berhenti.
Semangat dan tekad itu
bagaimana kalau gaya
aku berdoa pada Allah Ta'ala
tak kalah seperti anak kecil.
Langit gelisah dan menjawab
dawwan berdoa sabar
seperti anak kecil meminta
samawi akan mengabulnya.
34. Surat Cinta
Wahai manisku, Aku tulis surat cinta kepadamu
tak terlalu telat kerana aku masih menghirup nafas
yang menjarakkan kita, daratan benua dan lautan
misi cinta kita melayang dari khutub ke khutub.
Ketika cinta bersemi imaginasimu terbang
sampai jauh ke cakerawala dan galaksi baru
cinta yang ini bukan bintang yang telah mati
atau komet yang membakar dirinya hanggus.
Kalau ada kekurangan itu hanya satu barangkali
saat cinta bercambah menjadi rembulan purnama
akulah khadim yang terdampar di kepulauanmu
datang dengan cahaya kasih ke depan pintumu.
Ketika tiba musim berganti kau telah menemukan
aku adalah kekasih berkelana di bawah langitmu
merayau ke pulau-pulau sepi di samudera lautan
kini kedamaian telah bercambah di dalam sukmamu.
35. Kekerasan Dan Kelembutan
Telah kaudengar perintah itu
angin siang terhalau ke pinggir
bumi diam menyimpan sesal
ratusan tahun rimba jati berceretu.
Sedang kau terus memburu di lapangan
dengan peluru-peluru tipu-muslihat
dan menyembur kata kalimat bohong
aku takkan pernah duduk di tengahmu
dan mendengar bualnya sampai habis.
Aku tak pernah bermimpi sejengkal tanah
apalagi memasuki ke dalam sempadan
perbualan kita semakin tak ada titik temu
kau tak ingin diajak berunding secara baik
yang kau dengar tak sama dengan aku dengar.
Apa yang aku nak kata kau telah membantah
tanpa alasan dan sebab kau terus bertindak sesuka
kau tak pernah puas dengan perbualan lalu mendera
dengan kekerasan sebenarnya kita berlainan pendapat.
36. Sidang Laut Dan Langit
Setelah ini kau tak akan memanggil aku ke sini
sidang laut telah bermula dalam kesederhanaan
perwakilan burung-burung telah duduk di panel
peserta-peserta duduk diam dan menunggu acara
dari mula bumi tercabar dengan sikap berahsia.
Mereka semua adalah warga bumi yang itaat
yang menyintai tanah dan kemakmuran rimba
ketakutan dan kebimbangan telah mulai timbul
tentang hal ini memang tak dapat ditutupi
sekarang mereka berada di persimpangan jalan
satu demi satu burung-burung berhujah padat
akan datang satu musim membimbangkan itu
mereka bersahut-sahutan, melenting, memikik.
Membaca gerak-gerak penghuni di Tanah Rawana
ternyata cuma ada kesedihan dan ketidakadilan
dan terus menyatakan dada mereka makin sesak
pisahkan keduanya kerana itu adalah cara terbaik
keadilan bukan jalan sepihak dan bukan tempalan
layar kehidupan koyak tak dapat bertahan badai
kalau ada ingin memaksakanmu kau ikut bersuara
mewarnakan unggu warnamu dan menconteng arang
bukan masa duduk bersenandung lara dan disalahkan
Bumimu penuh dengan kebimbangan dan keraguan
Rawana dan ruh-ruh kegelapan mengabutkan langit
berdiri dengan tertib dan nyatakan suara hatimu
bukan pada angin lalu atau tidak juga menitipnya
badai gelombang laut menyenyap suara-suara bumi
aku tak akan berhenti berdoa di Tanah Persimpangan.
37. Haqiqah
Bayi
manisnya
dalam buian,
kasih Halimah,
titian sejagat,
menyerahkan rembulan
di telapak tangan.
Ya Maulana,
kendi ini di tenda
masih penuh
dan manis bening.
Menggali
ke dalam malam
rahsia kelahiran
sebutir bintang.
Aku sebuah pasu
air dan api
pada segenggam
tanah.
Canberra
13 Jun 2011
38. Maut Dan Doa
Kau tanya dirimu apa kau fikirkan seminit tadi
apakah ada masa buat kau mengucap doa
ketika tanda kecemasan telah pun dihidupkan
dadamu sesak mencari jalan keluar
dan denyut jantungmu bergerak cepat.
Saat begitu kau cemas bukan alang-kepalang
Bingung dan gelap mata apa yang harus dibuat
Berusaha melepaskan diri
dari perangkap maut
Atau menyerah tanpa perlawanan sampai terakhir
Tiap orang seperti kehilangan arah tuju.
Kau anak seorang muslim, ayahmu muslim
dato nenek moyangmu juga seorang muslim
Laillah ha illallah Muhammad Rasulullah
sebentar nanti Malaikul Maut datang
kau siap memeluknya dengan zikir kepulangan.
Kau lihat tabir langit malam seperti terbuka
Waktumu telah sampai tak ada tawar menawar
Musafirmu berada di garis terakhir
Ya Tuhan, Engkau menghidupkan dan mematikan
Muhammad, Kekasih-Mu, pintu syafaat akhir zaman.
Tiada keraguan dan kebimbangan sedikit pun
Aku terakhir masuk Kapal Terbang MH370
Sebentar nanti aku meninggalkan Tanah Air
Dan tak akan kembali, seperti mencium bau
Kemboja, Melati dan Kenanga wangian bunga
Seperti berjalan dalam terowong gelap dan hilang.
Ya Rabbi, aku manusia daif di saat dharurat begini
Berikan aku kekuatan biar sedikit berdoa ikhlas
Tiap pemilihan kata dilafazkan dari sukma tulus
Ketika air mata menitis biarlah datang kesedaran
Kepada kalian kutinggalkan, ujian di malam ini
Akan mengenangkan diri ini dalam berdoa-doamu.
39. Di Persimpangan Jalan
Malam itu Kapal Terbang MH370 seperti kehilangan kompas
Berkejar ke destinasi yang tak mungkin sampai dan tergapai
Keindahan kelip-kelip bintang-bintang di langit tenang
Penumpang, anak kapal dan juruterbang tenang sebentar.
Penumpang-penumpang ini bukanlah sekawan burung
Yang terbang berhijrah dari langit selatan ke benua utara
Sudah lama kapal ini terapong di udara langit malam
Kerinduan pada tanah berpijak mulai terasa dan cemas
Kelelahan musafir tak terubat kerana mata yang bingung
Tak berdaya untuk memburu mimpi-mimpi Kembara Kejora.
Sesekali kapal terhempas atau terlambung ke atas langit
Hura-hara di dek penumpang, cemas dan sukma terhukum
Tiap penumpang mencari kekuatan dalam keadaan tertekan
Tiada yang rahsia lagi semuanya jelas mereka menuju
Ke jalan tak ada pulang, mengucapkan selamat tinggal.
Di saat-saat cemas begini, mereka ingin hanya satu
Memilih hidup apa cara sekali pun dalam ruang terkurung ini
Tapi malam ini, tak ada jual beli apa lagi tawar-menawar
Di persimpangan jalan, maut telah mengembangkan sayap.
Ada berdoa sangat tekun dan mata mereka tak kendur
Dalam kecemasan berdoa dengan cara sendiri
Mereka tau, ini jalan sehala dan firasat mereka benar
Malam ini, halaman sejarah tercatat kehilangan MH370
Gelombang lautan Hindu membuka rahangnya.
Seperti dalam mimpi mereka tak tau bila saat itu
Berdoa sendiri diulang-ulang, yang lain resah dan takut
Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya
Waktu itu belum sampai, masih memejam mata berdoa.
40. Aku Khadim Alaf 21
Aku khadim yang dibesarkan dalam nasihat
lidah, tangan dan sukma dipelihara dalam doa
Cinta pada orang tua tak pernah gerhana
siang dan malam adalah saksi kebenaran
tanpa kehadiranmu aku hilang dalam samudera
kau telah menjabat tangan ini dan membawa
aku mengenal Allah Azzali dan Rasulullah.
Bagaimana aku bisa melupakanmu, wujud suci
tak akan ada bandingan di tanah kasih sayang ini
Kau telah mengajar aku berkata benar sekalipun
terlalu pahit dan pedih untuk dinyatakan.
Matamu selalu redup dan sukmamu dingin
samawi telah menurunkan air dingin
pelepas dahaga ketika kau dalam kepayahan
dan derita yang datang tindih-menindih
sebagai khadim kau tak akan dikalahkan
langkahmu adalah derap Kuda Semberani
dan Sukmamu adalah Gazel yang lincah.
Ke mana kau pergi, seruan kasih-sayangmu
memanggil orang kepada kedamaian rohani.
Kau tak akan tertelungkup ke dalam
tempurung kelapa dan bersubahat dalam
kegelapan dan menjadi seteru-seteru derhaka.
Kekasih Allah, bahasamu tetap manis dan halus
keputusanmu tak pernah mengelirukan
kau tetap berkata benar sekalipun kau didera
dan dizalimi kerana berjuang demi kebenaran.
Kau adalah cahaya yang dikirimkan menerangi
tanah-tanah tahyul dan ketololan.
Ketika kau berhadapan dengan musuh
kau selalu berbicara dengan baik dan sopan.
Tapi ketika ada pihak menuduh Keesaan Tuhan
dan menabur fitnah ke atas Rasulullah
Kaulah, khadim yang paling depan menghadap
dan memulangkan segala kejahatan-kejahatan itu
kembali kepada tukang fitnah dan musuh.
Sampai akhir zaman kau tak akan melepaskan
tali Allah, kerana di situ ada syafaat dan perlindungan
Syafaat hanya pada Kekasih
Allah, Rasulullah.
Kau tak berganjak undur walaupun selangkah
di kebun ini, kaulah khadim yang itaat
yang diperintahkan kau laksanakan.
Malammu tak pernah berdusta
Hidup dengan takwa dan perjuanganmu
tak akan berubah dan menyerah.
Di lembah hijau kau melihat Khula, berkuda
memberikan harapan dan kemenangan.
Semangat ini hidup dalam ribuan tahun
dalam satu barisan khadim yang siap.
Impian Ummatan Wahidah
berpegang pada tali Allah adalah kunci
tak ada yang dapat merosakkan Taman Indah ini.
Tidakkah kau membaca dalam halaman sejarah
tangan-tangan dan kaki-kaki mereka patah
dan cakap bohong yang disebar-sebarkan
dari lorong ke lorong, sebenarnya
tak membawa
makna apa-apa. Tidakkah mereka melihat
gerhana sesudah gerhana dan tanda dari langit
telah memberitakan dan tipu muslihat mereka
hanya tenggelam dalam igau
mereka di siang hari.
41. Tali Allah
Sebutkan satu kalimat yang indah di telinga
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah
sedikitpun aku tak berganjak dari taufanmu
Ingat, Samawi memital-mital rencana
Kebijaksanaanmu seperti lalang di pinggir jalan
terjilat apimu sendiri.
Doa-doa Kau ajarkan itu akan
mematahkan tengkuk penzalim zaman
Telah datang angin ishla
membawa hawa dingin padang pasir.
Ketika siren samawi mengingatkanmu
panah-panah api yang kau lepaskan
padam dalam hujan dan angin ribut
kekuatanmu ada pada tali Allah
keselamatanmu
pada ruh Ummatan Wahidah.
Sebutkan satu kalimat yang indah di telinga
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah
bahang api lahar gunung berapimu
akan sejuk.
Tanggalkan jaket kebongkakkanmu
di situ tak ada keselamatan.
Kau menyemburkan maut
di seluruh Tanah Palestine
akan berpulang kepadamu.
Dalam senyap dan diam
angin bertukar arah
api kemusnahan kembali
pada tuannya.
Sebutkan satu kalimat yang indah di telinga
La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah
aku telah siap menyerahkan
tengkuk leher ini
genapkan mimpi malam tadi
pengorbanan tulus
penyempurnaan janji.
Aku telah menyahut panggilan-Mu
Pesan keamanan telah datang
Kebenaran tak pernah bersekutu
dengan kebohongan dan kekejaman.
Ya Rabbi, usahlah kata-kata ini
turun dari amarah angin majnun
sebagai perosak
Biar air terjun dari gunung
menyejukkan dan melepaskan
dahagamu di alaf ini.
42. Sebuah Masjid
Ketika sampai
di dataran tinggi
daerah pedalaman
menghampiri sempadan
di desa yang jauh
di kepulauan sepi
dan di rimba raya.
Keinginanmu
membina Baitul Rahman
di daerah-daerah matari terbit
di benua selatan
pulau-pulau lautan teduh.
Di lahan-lahan baru
kau berjuang
membuat taman baru
harum bunga
di tanah peribumi
menzahirkan impian
membayangkan esok
hadirnya jamaah
yang mengucap kalimat tauhid
tawajuh pada-Mu.
43. Mimpi Malam Tadi
Laut ini bergelombang lagi
pulau-pulau mutiara
tenggelam dan nafasnya
perlahan hilang dalam
deru angin laut.
Pada langit aku menyentuhmu
Mata anak perbumimu
telah kusampai sebuah harapan
dan isyarat itu
telah menampal pada dinding
sejarahmu.
Aku duduk sebagai penonton
melihat bayang-bayangmu
pada layar putih
acara adat dan tradisi.
Ceritamu biasa
sedang penonton ingin
siang dikoyak-koyak seperti kertas
dan malam itu dibakar tanpa ampun.
Sukmamu telah biasa
dengan gempar dan gempur
dan ngonggong serigala
di malam seram.
Aku akan meninggalkanmu
ketika kau masih di pembaringan
tidurlah, malam masih berbintang
aku akan kembali.
Gazelku dalam mimpi malam tadi
aku melihat derap kuda semberani
di lahan baru berlari melingkari langit
dan ladang rumput muda.
Kota Kinabalu
28 Februari 2014
44. Dalam Cahaya
Malam itu kau pergi mencari
di sepanjang jalan akhirnya
kau tiba di sebuah pulau jauh
rembulan penuh memisahkan
yang terselindung dan terdedah
dalam cahaya murni menjelang
pintu siang perlahan terbuka.
Kau melangkah dan melihat
seperti mencari suatu yang hilang
sukmamu bagaikan radar peka
Kau telah berkata yang hilang
dalam kegelapan pekat tak akan
kembali nsamun kehadiran cahaya
purnama penuh kurnia samawi
hadirnya kebenaran
samasekali
tak dapat dipalsukan dan sembunyi.
Kota Kinabalu
28 Disember 2013
45. Berterus-Terang
Bagaimana aku dapat berterus terang
pada saat badai ombak memukul aku
jauh ke pojok benua kepulauan asing.
Aku rimas dan kelelahan sendiri di sini
berterus terang memang senjata ampuh
tapi sangat menusuk bagai mata sembilu
pada dinding sukma tanpa perlindungan.
Kata-kata berpulang sebagai panah-panah
dan aku bagai terikat kedua tangan pada dua
tiang dan seperti tak dapat melepaskan anak-
anak panah pada sasaran yang telah ditetapkan.
Bagaimana aku dapat menjelaskan gundah malam
cahaya lampu seakan pada saat-saat terakhir ini
mengiyakan perjalanan pulang menatang arus
sedang badai gelombang mengumpulkan kekuatan.
Yang tak diharapkan datang membusung pula
seperti ikan terdedah di udara matahari terik
penyesalanmu bagai lalat berkerumun hinggap
pada makanan terdedah siang sarat yang perih
lalu menjadi ulat dalam tempokan jiwa yang lara.
Di jalan pulang, aku memilih jalan sunyi selamat
kembali kepada doa biar sel-sel dalam darah ini
satu kekuatan doa mengalir kurnia-Mu sampai
ke dalam sukma yang memohon dan serambi otak.
Kota Kinabalu
27 Ogos 2013
46. Mencapai Isi Meninggalkan Kulit
Kau menghirup puas udara siang jumaat mubarak
Waktu terus bergerak dalam zikir mengingati-Nya
Dalam waktu talian, kau tak ingin ketinggalan, tak
Mendahului, jauh tertinggal di belakang dalam amal.
Kau mendaki gunung rohani, ngin mencapai puncak
Menarik nafas, melihat segumpal dunia tertinggal
Memberikan kekuatan perjalanan jauh, terasa singkat
Ketika kautinggalkan halaman rumah, ikut jalan lurus
Ke jalan hakiki, memasuki dataran lembah istighafar.
Kau dapat melihat kebenaran, dan kebohongan nyata
Perjalanan sejarah saksi zaman teladan dan peringatan
Kita dipengaruhi waktu segala tindak keputusan
Jatuh bangun peradaban, peninggalan mengingati-Mu
Kita telah berjuang dalam ribuan tahun, ada bangsa
kalah dan ada berjaya merajai lautan dan daratan
ratusan tahun kemudian pelabuhannya sepi dan sunyi.
Tiap impian benar membawamu ke akhir perlumbaan
Siang berganti malam, malam berganti siang tak berubah
Kau ikut bertarung melawan arus gelombang badai angin
Tiap pergolakan luar dan dalam pasti akan berakhir.
Pagi yang murni kau bangun dan membaca Al Fatiha
Lalu berkata pada diri sendiri, "Ya aku masih di sini."
Jangan menunggu, kebenaran itu tak boleh ditunda
Membetulkan langkah dan mempelajari mata angin."
Hidup terikat pada waktu hadirnya keberadaan kita.
Jumaat tiba, kau tenang dulu kau befikir, menyepi
Tak ingin mengganggu orang lain, sekalipun terasa
berat tetap bertahan ternyata, kewujudanmu bukan
seperti benang kusut lalu pergi meninggalkannya
Jangan berhenti di tengah gelombang sabar bertahan
Ketika dalam kegelapan jangan biarkan kau tenggelam
faedahnya, kejadian siang dan malam kau tak boleh
duduk diam dan tak berbuat apa-apa.
Rahmat Allah kerana kau berada dalam bulatan
Kau tak pedulikan nikmat-nikmat ilusi sementara
di bumi sendiri, hutan tropika dan hawa Khatulistiwa.
Tanah ini adalah tanah air, Jumaat di tanah air.
Tubuh, luaran ini testimoni perjuangan jatuh bangun.
Kau akan terus berpegang pada akar dan tunjang
Kau telah selesa di situ kau menunggu Jumaat tiba
Di sini, telah kaubawa mereka meminggirkan dunia
Jumaat datang, berpegang tangan mendaki gunung
Setelah itu kami mendaki lagi sampai pada puncak
biar perlahan akhirnya pasti mengetuk pintu samawi.
Kota Kinabalu
11 Januari 2011
47. Perjuangan
Biarkan katamu jadi doa, berulang-ulang diucapkan
aku datang membisikkan hajat sekalipun terdesak.
Aku telah mendengar guruhmu di langit mendung.
dan telah melangkahi benua dan lautan samudera.
Di sini aku cium taman ini, harum airnya manis,
Aku mengenal betul paras laut, ke pantai dan kaki
banjaranmu Kinabalu. Kau tak akan mengabui mata
dan menguris sukma, keras dan kasar suaramu.
Kau cipta hukummu sendiri. Aku bukan burung tiung
menurut dan meniru kalimat kotor dan sumpah sarana.
Sekalipun kau melontar tombak-tombakmu
bagaikan panah-panah halilintar dalam kegelapan malam
aku tak akan undur setapak, apa lagi berpatah semangat.
Tak perlu kasihan aku melangkah di batu-batu kerikil,
tanah bukit dan jalan berpaya di segala musim.
Gazelku, bukankah kita pernah di tanah asing
melangkahi sempadan memasuki daerah keras
kau adalah huruf-huruf jadi ribuan kata-kata doa
berdiri siap-siaga di sepanjang serambi urat nadi.
Tuhan Rahman meniup ruh ke dalam huruf-huruf
kata-kata ini Engkau anugerahkan sayap dan hikmah
di lembah kasyaf melihat samawi dengan mata tawajuh.
Kota Kinabalu
6 Januari 2013
48. Berpijak Di Bumi-Mu
Kamu telah turun dari langit cakerawala
Entah, berapa lama kamu telah terbang
kalau tak perlu tak usah banyak bertanya
Bukankah bertanya itu satu rahsia belajar
saling mengisi sumbernya samawi dan alam
Membaca suka duka demi kelanjutan hidup.
Ketika tanya jawab mulai tersingkap rahsia
Malam dan siang bergerak dengan isyarat
Bermulanya terpencar sebuah karya kreatif
Pengucapan indah mengalir dalam serambimu
Impian dan harapan pada bayangan terkaan
Ketika tanya rutin jawaban pun terlalu biasa
Bertanya umpan pada otak supaya berfikir
Ketika otak pasif, maka kau berjalan balik
melangkah undur tiada pegangan sampai terakhir.
Tiada kemajuan, apa lagi pembangunan mental
Kita bangsa mengeluh banyak kurang berbuat
mengomel terus-menerus dan putus harapan
Lalu kita pun mulai berprasangka pada jiran
akhirnya, menyepi sendiri dalam kamar gelap.
Lama-kelamaan otakmu malas dan lembab
menyerah kalah dan menyisihkan perjuangan.
Bila tak ada perjuangan yang benar dan jujur
Bagaimana kita memartabatkan suatu bangsa.
Bahasa kita tak dapat bertahan dalam arus zaman
Bahasa biadap, kurang ajar, mengajar derhaka
pak turut, tukang ampuh, peminta di pinggir jalan
Kita bangsa yang agung, anugerah samawi cahaya.
Melahirkan pengkhianat bangsa, berakhirnya budaya
Hanya kulit luaran tak akan dapat bertahan waktu
lama
Meninggalkan tradisi warisan kata-kata hilang
keindahan.
Berselindung di celah batu, gua gelap. Hilang
jati diri.
Justru itu peringatan dan nasihat membuatmu
sedar.
49. Aku Melihat Diri
Ya Rabbi, padamu, aku datang sendiri
Telinga tulus tak akan ingin mendengar
Bisik-bisik kebohongan di malam gelap
Mataku, lambaian tanganku memanggilmu
Yang di hujung jalan, ke kanan menjauh.
Aku tak pernah berdusta dan membuka pintu
Langkah ini mulai terasa berat di bumi sendiri
Aku masih tersenyum, dan menyembunyikan
Keperihan badai musim tengkujuh malam itu.
Kau, yang melontar api diam-diam mengutuk
Silakan, langit tak pernah diam, hujan akan turun
Ya Rabbi, Tak mungkin aku berdoa keras-keras
Ketika bersujud aku malu, aku tak membiarkan
Kini telah redah aku kembali kepada-Mu tenang.
Ya Rabbi, nafasku masih berdeyut langkahku tetap
Kuda Semberaniku, kamu pendamping yang itaat
Aku di bumi kelahiran. Aku melihat pintu terbuka
Siapakah yang datang? Teman atau seorang musuh.
Aku masih bertahan suara seorang penyair pulang
Tak ingin melihat langitmu tercemar dan terconteng
Ya Rabbi, sekarang sukmaku tenang air di lautan
Seperti anak kecil baru belajar berlari datang pada-Mu.
Kota Kinabalu
17 Disember 2012
50. Waktunya.
Waktunya telah sampai
derap kaki dan lafaz kata-katamu
kau tak akan menyepi selamanya
sendiri dalam ruang sunyi dan sepi.
Merayau ke lembah kata
lalu menerebos ke langit biru
sampai ke cakerawala
menyingkap rahsiamu.
Ya Rabbi, dalam sukma yang pasrah
di situ ada kekuatan dan siap-siaga.
Ayuh, Gazelku, kita menerjang
dalam udara terbuka dan damai
Mari, Kuda semberaniku, berlari
pacu sampai ke rembulan penuh.
Aku tak akan dikalahkan sekarang
dan dilupakan atau dipinggirkan.
Beri aku satu kata perbuatan
maka kulengkapkan kalimat
yang akan menawan kalbumu.
Beri aku ruang, ruang terbuka
kuingin telinga dan sukmamu
mendengar dan mengerti situasi
Beri aku pengertian walaupun sesaat
selepas itu pergilah kau dengan aman
Berikan aku jawaban yang paling tegas
bukan ucapan mengigau dan bercerotoh.
Salam waktumu telah sampai bertindak
Kota Kinabalu
19 Disember 2012
51. Kasih Tak Padam
Ada seorang isteri sepanjang hari
menceritakan kebaikan-kebaikan
suaminya. Cintanya rembulan tak
pernah padam. Sekalipun hujan
angin ia tetap merindukan Adam.
Ketika pulang menjelang maghrib
di situ suaminya akan menunggu
dan menyambutnya dengan kasih.
Kebajikan dan martabat dirinya
telah diangkat dan dijulang sampai
ke pucuk langit. Jadi, aku tak heran
ia terus memuji-muji insan seorang
ini. Kini ia telah berpulang, tak akan
kembali. Kamarnya sepi,tiap malam
isteri memburu mimpi, kalau saja ia
turun kembali dalam mimpi kejora
dari langit malam tidur memeluknya
sampai ke hujung malam. Waktu pun
beredar cepat, hari demi hari tanggal,
pintu itu masih terbuka, menunggu.
Hari-hari berkabung mulai tersingkap.
Tapi merah rindu tak berubah warna.
Kota Kinabalu
29 Disember 2012
52. Harimau Sukma
Harimau yang ditinggalkan
Pulang kembali di halaman
Ngaumnya masih tegar dan
Mengecut sukma mendengar.
Ia kelihatannya telah berjalan
Jauh di rimba jati dan dataran
Wilayah tak bersempadan
Belang kuning masih berkilat.
Harimau sukma yang pulang
Dari rimba jati menunggumu
Membuka pintu dan masuk
Menyedut di langit terbuka.
Dua tiga kali kau berngauman.
Lalu seperti memeriksa tubuhku
Dan menjilat-jilat wajah dengan
Kasih dan begitu berhati-hati.
Dapatkah aku mendamaikan
Harimau di rimba sukma
Ngauman dan suara hati
Impian telah menjadi diri.
Harimau sukma telah kembali
Ia telah mencium bau rimba
Ngauman di tengah malam
Memburu jauh ke sempadan.
Kota Kinabalu
21 Disember 2012
53. Catatan Kecil Buatmu
Kalau kau tanyakan impianku sebenar
aku tak akan menjawabmu sepantas kilat.
Daun kering terakhir ini lepas dari gagang
pohon, diterbangkan angin
jatuh di jalanan
sejarah, waktu sedikit reput menjadi tanah.
Ketika aku terpanggil berdoa, aku tau
Ia membalasnya meskipun tanganku tak
dapat menjangkaumu kerana kau terlalu
jauh, sukmaku merasakan kehadiranmu.
Ya Rabbi, usah kebimbangan sekalipun
walaupun sebintik di dalam relung sukmamu.
Penantian itu adalah suatu kesedaran dan
kesabaran, menguatkan tekad langkahmu.
Dakaplah rembulan, usah kau lepaskan
pasti siang mendatang mendakapmu lalu
menghantarmu ke depan pintu, manisku.
Ketika kau berjalan seorang diri, ingatlah,
kau pendamping yang baik dan cermat
dan sangat sayang padamu, peganglah
tangan-Nya dan usah merasa takut dan
gentar. Ia pasti membawamu ke langit
siang benderang.
Kota Kinabalu
29 Disember 2012
54. Sepotong Syurga
Lihat pada siang diserap ke dalam senja
Kau seperti lagun di samudera lautan.
Suatu hari kau bertanya setelah bangun
"Di sini telah lama tak mencium syurga.
Orang pun taerana menikmati dunia."
Ketika orang membolak-balik daun tangannya
Ini sepotong syurga. Ambillah. Jangan mengigau
Berkilat kristal di anak matanya, perantau pulang.
Syurga itu tekad, pengorbanan dan displin mendaki
kemanisan madu telah mengalir ke dalam sukmamu
Kota Kinabalu
24 Januari 2013
55. Anugerahmu
Aku memang merindukan taman tulip di kotamu
telah menjadi grafiti dan artefak di dalam sukma.
Ketika aku merapatkan kedua mata, naluri ini
menjadi akar-akar serambi yang halus dalam
senyap tumbuh dan mencengkam tanah gembur.
Kubayangkan puncak gunungmu di waktu pagi
dan menyentuhnya, kau adalah sutera lembut
Sabarlah manis, aku perlu waktu, bulu-buluku
baru tumbuh di kedua kepak ini. Sambil aku
memandang lautan samudera dan mata angin.
Aku kembali mencium udaramu di jalan pulang
rongga dada turun naik menikmati anugerah-Mu
Aduhai manisku, malam-malam kembang kenanga
telah tiba. Aku menunggumu dengan kasih langit
memang banyak yang belum dapat ditunaikan
dapat kutunaikan. Tapi Engkau, Tuhan Rahman,
selalu menerima kelemahan dan kekurangan ini.
Tiap malam kau datang dengan cahaya rembulan
siang datang dengan matahari dara, kau berikan
aku langit dan bumi, itu lebih dari cukup.
Kota Kinabalu
19 Februari 2010
56. Langit Pasti
Sekarang tibalah sudah giliran minta maaf
setelah menampar memukul orang tua tak
menahu itu. Sampai percik darah di udara
menampal ke langit lalu menitis ke bumi.
Ia merasa serba salah, ada pergolakkan dalam diri.
Langit saksi yang sabar
melihat peristiwa itu
Yang datang menyerbu cukup dengan peralatan
kemarahan dan bahasa kasar dalam aksi rombo.
Diserbu dikasari dan dimaki-hamun tanpa ampun
tapi ia tetap tak akan berkata apa-apa menyerahkan
tubuhnya dikasari. Namun begitu ia dapat berlaku
sopan dan mengalah, asal, haknya tetap terlindung.
Di Tanah Pelangi ini, kau sendiri telah lelah dan
mengejar-ngejar dan kau yang telah tertuduh didera
adalah hewan buruan yang telah lari-lari sembunyi
esok, di mana lagi tempat buruan dan kezaliman?
Ketika aku menundukkan kepala melihat ke bumi
aku reda kerana Allah Taala saksi dan tetap melihat
dan bila mana siksaan makin hebat dan tak terkawal
langit pasti menurunkan tangan-Nya memberi amaran.
57. Syafaat Dan Isi Perjuangan
Kau renung langit biru dan pekat malam
bagaimana perjuangan mulai seribu daya
tiap gerak alam dan halaman sejarah telah
memberikan isyarat dan peringatan terus
bukan dari benih kejahatan yang tumbuh
dalam kegelapan, air busuk tanah kering.
Ada pula yang berkelana ke sana ke mari
dan cuba memahami isi perjuangan tapi
ternyata kegelapan terus mengejarmu
supaya ketika kau kelelahan dan patah
kau akan disedut dalam
kegelapan panjang.
Mengapa kau terlalu ke sasar mencari
tanpa menghitungkan isi perjuangan ini
Bukankah syafaat itu hanya datang dari
Rasulullah. Tak ada keselamatan lagi
selain Kekasih Allah, Wujud Suci.
Sia-sia berharap pada yang tak akan
dapat memberikanmu perlindungan
dan syafaat. Tak ada jalan pintas
selain menyerap dan mengamalkan
syafaat Rasulullah, sampai akhir zaman.
58. Tanah Kasih
Ya Rabbi, aku bukan kehilangan bedul waktu bergetar
tidak juga aku berdalih mendahulukan kepentingan diri
dalam timbunan rasa fikir aku terasa gempa yang lunak
kejauhan adalah kerinduan berkocak dalam sabar menanti.
Ya Rabbi, tak pernah kulupa menyebut nama-Mu
lembah gunung kulangkahi dan laut telah kuhadapi
kelajuan gelombang meredah cinta melayang berpaut
seribu anak kata kalimat lebur dalam satu pertemuan.
Ya Rabbi, tak akan kulanggar janji dan berpatah sayap
Kau rembulan dua hati dalam harum malam kemuning
di langit siang kami berjuang memaknakan sebuah cinta
kami tak akan dikalahkan kerana hiruk pegap amarah.
Ya, Rabbi, tanpa-Mu, cinta ini bagai desir angin bingung
berputar, terhoyang -hayang tanpa arah, kehabisan tenaga
kerana hati kami telah baiat dan majnun datang kepada-Mu
lalu kasih langit dan cinta bumi bersentuhan, terasa damai!
Canberra
26 Mei 2012
59. Datang Berita
Datang berita sebagai hukuman
langit gemetar bagai tertanjap
pisau ke dada
tak berdarah
bagai siksa silam
datang kembali
bukan dalam mimpi
datang di siang hari
terbunuh
dibunuh
dan membunuh.
Ketika membidik, "dorrr"
mata buas sebagai pemburu
alam bagai kaca terhempas
tapi siapa yang akan peduli.
Tiap tembakan mengena sasaran
sambil menarik nafas panjang puas.
Ya Rabbi, lihatlah, semudah itu
meregut hidup dan membunuh!
Aku melihatmu di kanta sejarah
aku melihatmu di siang benderang
aku melihatmu di malam sembunyi
tanpa dapat kau berkata sepatah
tanpa dapat kau menutup mata
tanpa dapat kau berbuat sesuka.
Malam meletus
bagai gempa gunung berapi.
Ya Rabbi, aku tersiksa
ketika roda maut datang
dari manusia kepada anak manusia
dari manusia kepada hewan di rimba jati
tanpa ampun
tanpa maaf
tanpa sidang
bagaimana kau menyatakan cinta
lalu melukai tubuh kemanusiaan
mengheret dan membakarnya siksa
seperti anjing jalanan di lorong-lorong
seperti anak bangsat hina terhukum.
Tujuh petala bumi bangkit
tujuh rimba bergerak maju
tujuh puting biliung menjadi satu
tujuh lautan terguncang ribut
"Ya, tapi siapa peduli."
Masih tembakan di kota yang musnah
masih tembakan di gurun pasir terpencil
masih tembakan di lembah gunung perang
masih tembakan di lorong-lorong kota
masih tembakan di laut pelarian maut
masih tembakan di depan mata lelah
"Dorrr, dorrr, dorr."
Satu, dua, tiga, sembilan
tiga puluh tiga, seratus tiga puluh lima
tujuh ratus satu, seribu empat puluh sembilan
dua ribu, sejuta.......
siang mentari warna kunyit
maut tercium dalam udara.
Tujuh langit bermandi darah
tujuh lautan berkata,'cukup'
Masih tidak kau peduli.
Canberra
23 Mei 2012
60. Tujuh Pintu
Aku mendatangimu dengan kasih
siang kadangkala tak terlalu ramah
di luar pagar kita bertegur sapa
tak kenal namun ada semacam solidaritas
beratur dan menunggu panggilan
pertanyaan, waktu temu dan protokol.
Tamu lain duduk di kamar tunggu
kunjungan isnin seminggu sekali.
Tiap kunjungan terasa langit dekat
lima pintu kaumasuki baru ke pintu
tunggu terakhir, masih menunggu.
Kau datang masuk pintu keluar pintu
Aku menunggumu di kamar tunggu.
Kau senyum berhati-hati membuka pintu
dan aku menunggumu lalu berdiri tenang
menjabat tanganmu dan menutup pintu.
“Kubaca berulang kali, sekarang telah
melekat ke dalam hati dan lancar di lidah.”
Tujuh kalimat diulang-ulang menjadi
tujuh pintu yang terbuka dan kau pun
masuk ke dalam, terasa denyut nafasmu
mendorong langkahmu ke pintu terakhir.
Kekasih akan selalu membuka pintu
kepada yang mendambakan kasih-Nya.
Ia berkata di gunung Sinai, Seir dan Paran
“Aku tak akan berundur. Ini keputusan,
suara hati telah bulat, aku bersaksi pada
tujuh lapis langit dan tujuh kerat bumi.”
Kau tak menyesal malam akan panjang
pintumu akan terpangkah dengan darah
kerana kau telah mengucap Kalimat Tauhid
mengulang dua kali dari lafaz sukmamu.
Kau tak perlu bimbang, tak ada memaksa
atau dipaksakan, kesaksian ini bermula
dari pangkal hati terus ke pintu samawi.
Ada pintu masuk dan ada pintu keluar.
Kekerasan hanya memperluaskan perang
tapi tak akan menakluki hati yang pasrah.
“Salam.” katanya, senyum dan pergi.
Aku pun berjalan keluar lalu menutup pintu.
Canberra
7 Jun 2012
61. Dunia, bayang-bayang
Jika kau kepunyaan Tuhan, dunia ini punyamu
Aku mencari kekuatan pada kalimat itu
Lalu kuingat kalimat itu di
mana-mana
Aku tak berhenti mencari makna firasat.
suara itu datang dalam firasat lalu berbisik
ke dalam telinga kau sucikan noda-noda
di dalam sukma. Aku tumbuh membesar
dalam kandungan-Mu seperti seorang ibu
menjagai diri dari cedera atau disakiti.
Ada pintu kebaikan masuk ke dalam pintu
kebaikan, di situ ada Syafaat, jalan kasih
ke pintu samawi. Aku menemukan diriku
dalam kalimat-kalimat-Mu yang indah
seperti langit menyingkapkan rahsianya.
Tidak aku akan menjadi kepunyaan-Mu,
sekiranya diri ini masih cinta pada dunia
Tidaklah aku jadi ummatmu yang sempurna
jika aku menutup sendiri pintu pengorbanan.
Setiap langkah, kedua kaki istiqamahmu maju
Puncak keimanan mengorbankan yang dicintai
suatu yang kita cinta lalu dunia ini akan menjadi
bayang-bayang yang ikut ke mana saja kau pergi.
Kota Kinabalu
29 Januari 2013
62. Kalau Bukan Sekarang, Esok
Di bawah sebatang pohon kau duduk
melihat hujan turun, kau pun tak mengira
matahari harapan telah muncul di barat
kau telah menjabat kasih ini tanpa sangsi.
Di lautan gelombang makin meninggi
Tebing pantai pulaumu telah runtuh
Penghuninya telah meninggalkan halaman
Tak ada jadual pulang bila akan kembali.
Ketika langit berkata waktunya telah tiba
Wajah lautan pun bertukar perlahan-lahan
Ketenangan yang hilang di
malam kembara
Pulang dengan kedamaian ada pada kalbu.
Tiap hari mereka berjuang, di bawah terik
mentari, mereka tak pernah menyerah kalah.
Tiap penderitaan ada masanya akan berakhir
Persoalan sekarang harus diselesaikan sekarang
kalau esok ditunggu telah terlambat tak berubah.
Penempatan baru ketika datangnya musim banjir
penderitaan , kepayahan, kelaparan
orang kecil
lalu mereka mula bertanya bila matahari akan
mengirimkan cahaya menghalau kegelapan mu.
Kota Kinabalu
20 Januari 2013
63. Semangat
Aku makin lelah berterus terang padamu
Seperti langit kehadirannya memberitakan
Siapa yang ambil peduli, air tetap mengalir
Gunung diam tenang dalam tafakur damai
Siapa harus kau salahkan ketika badai turun
di bumi merdeka kau diberi ruang
seluasnya
kalau kau ketinggalan menantang arus laut
kau tak sepatutnya berpatah balik ke tebing.
Air gunung mengalir tenang menjadi air terjun
Dan akhirnya mengalir antara desa ke kuala
Ia pelepas dahagamu ketika hawa panas sekali
Kedamaianmu adalah ruh impian yang sempurna.
Kekuatanmu kerana kau berfikir
senjata ampuh
Semangat hidup menggerakkan jiwamu melangkah
Berfikirlah seluas angkasa raya tanpa sempadan
Dan menulislah di mana pun sekalipun di pulau sepi.
64. Melukis Mimpi
Sebelum tidur kembang malam masih berjalan
yang lain telah dibuai mimpi ratusan rempah
sesekali mimpi terlepas tak mungkin kembali
esok kau cuba mengingat sari mimpi semalam.
Seperti alam langit berubah menjadi mendung
gelora lautan sebelumnya kini tenang dan damai
tiap bual dalam mimpi cuba diingat dan ditafsir
kau mencari pengertian dalam warna dan nama.
Mimpi benar mempengaruhi siang mendatang
jauh di dalam kalbu kau seperti menemukan
harapan yang diberitakan melalui isyarat padamu
kedamaianmu firasat yang terlukis pada langit.
Datanglah mimpi benar aku masih menantimu
getaran dan resapanmu ke dalam kalbu telah
menyakinkan rahsia bumi dan kekayaan langit
jiwa kelangsungan hidup damai yang benar.
65.Istighfar
Angin bertiup kencang meranapkan pepohonan kalbumu
malammu seperti tanah terbongkar dari badai durjana itu
suaramu telah terbawa angin sampai ke khutub selatan
kedamaian hujan petang turun dengan rela ke sungaimu.
Sepi menusukmu seperti panah-panas terlepas dari busur
langit tak berubah cuma kehilangan burung-burung terbang
kau harus berlindung di langitmu dari mendung tebal
musim akan bertukar kau tak akan dapat menahannya.
Petanda apa yang membawa isyarat pada perubahan alam
lalu terkumpul huruf-huruf kata turun dengan kekuatan
akan menumpaskan kekerasan sampai tersungkur di bumi
kau telah berulang memberi amaran padanya terbuka.
Tapi kasih sayang masih pada tangan cinta kedamaian
pada kalbu yang tersimpan derhaka dan dendam kesumat
tak akan berkompromi dan menerima hakikat kekalahan
kerana kekerasan hanya menghidup api peperangan panjang.
Ya Rabbi, tenteraman jiwamu merangkum seluas langit
tiap perjuangan yang membawa ishla tanpa melukaimu
akan terus dijagai oleh samawi tanpa pengkiraan waktu
kau tak akan menuntut bukan hakmu menjadi punyamu.
Kemenangan padamu yang bertahan dan tak berganjak
sekalipun gunung berapi melepaskan lahar asap belerang
kau telah selamat ujian-ujian lautan dan gunung bertahan
istighfar terucap dari jiwa istiqamah ketal akan berjaya.
66. Dalam Satu Bulatan
Dalam satu bulatan ini
ia berjalan sendirian
berapa musim berlalu
kesabaran, pengorbanan
dituntut demi kebenaran
ia terus langkah kakinya
berlumba dengan masa
meraih cahaya samawi
tiap perhentian ia berkata
sebentar berteduh di sini
malam pun turun beradu
esok ia memulai langkah
perjalanan tak terasa lelah
matanya masih berkerdip
sedut nafasnya masih bugar
memandang ke langit rahmat
meneruskan sisa perjalanan
tanpa berkeluh dan kendur
berpegang pada tali Allah.
Canberra
1 Julai 2012
67.
Nafas Dalam Zikrullah
Ia berdiri tertib
memandang sajadah
tenang dan tafakur.
Sedut nafasnya
lepas perlahan
terucap dalam
kalimat-kalimat doa
dari sukma yang sujud
dalam bahasa ibu.
Malam mulai luntur
lautan tenang
gunung berendam
dalam kabus
tiap rakaat
nafasnya larut
dalam zikrullah.
Tiap salam
yang tertebus
meraih kemenangan
di jalan pulang.
Kegelapan disingkap
mata hati melihat
terang dan jelas
menuju jalan sehala
yang selamat dan
diberkati dalam doa-
doa Kembara Musafir.
Canberra
14 Julai 2012
68. Salam Ini
Meskipun aku tak melihatmu
tapi aku merasakan getaran
dan gelombang dari sukmamu.
Kau telah merenangi samudera
dan sampai ke pulau teduh
dan matamu seperti tebing batu
tabah dan sabar tak berganjak
sekalipun gelombang badai
datang bagai sebesar gunung
membawamu hanyut.
Tak pernah pulaumu berduka
menyerah bukan kosa kata dirimu.
Sejakitu kau melihat alam ini
Satu anugerah-Mu yang terindah
kau menikmati desir angin laut
dan kau telah berhenti meraung .
Kau telah siap jalan sendiri
ke jalan pulang, berkemas,
mengucap salam perpisahan.
Di pelabuhan ini, kapal mulai
merenggang, sauhu telah ditarik
Tenang dan damai, sedamai
lembah gunung hutan jati.
Katamu, "Gazelku
sayang, kau sangat baik. Dan
penghibur yang baik, teman
lembut dan sabar."
Salam, Fi Aminillah.
69. Sayang Rasulullah
Namamu sungguh mulia dan dikasihi oleh ummah
Wujud suci, Muhammad,
Rasulullah, insan maksum
Kekasih Allah, kedatanganmu membebaskan dunia
Dari kegelapan tebal, ketololan, tahyul, dan syirik.
Kenampakkan zat Yang Maha Suci pada wajahmu
Bergema ajaran Islam seperti cahaya menawan kegelapan
Pintu kalbumu terbuka air samawi turun membasahimu
Muhammad, khataman Nabiyeen dan Islam agama sempurna.
Jalan kemenangan dan selamat hingga akhir zaman hanya
Dari pintumu Muhammad, manifestasi kebesaran-Mu
Dan Ahmad, manifestasi keindahan pembawaanmu
Tiap kalbu mendambakanmu keharuman musim bunga.
Kau mengajar kalimat Tauhid dan Zikirullah
Meninggalkan kegelapan nafsi amarah pada jiwa yang tenteram
Mengenal zat Yang Maha Agung, Tuhan Sekalian Alam
Memimpin tergolong menjadi orang-orang yang saleh.
Islam menukar hidupmu dengan nilai-nilai hidup pekerti
Akhlaq yang mulia, rendah diri, sabar dan tekun berdoa
Dalam pengorbanan kaulah paling depan berkhidmat
Demi kemajuan rohani dan keselamatan dunia akhirat.
70. Mendengar Nasihat *
Satu kehormatan ketika dipanggil memberi nasihat
mendengar kata-kata nasihat buah rahmat samawi
memberi nasihat perlu selalu, bukan pula bermusim
kita tak akan rugi duduk mendengar nasihat jujur
nasihat ayah pada anak, nasihat suami pada isteri
dari professor kepada mahasiswa, dari menteri
kepada rakyat, dari rakyat jelata kepada menteri.
Nasihat datang dari langit kepada hamba beriman
nasihat Rasul pada ummah, nasihat ma pada anak
nasihat orang tua sampai ke tua membawa rahmat
yang tak ingin mendengar nasihat, golongan merugi.
Mereka yang tak ingin mendengar tak peduli nasihat
bukan tradisi adat Melayu, membelakangkan kebaikan
nasihat tak ada sempadan dan memandang warna kulit
jangan pandang dari siapa yang memberi nasihat itu.
Nasihat datang dari jiwa yang bersih penuh barakat
merendah dan lemah-lembut bahasa menawan kalbu
Negara sedang membangun, rakyatnya tentu pula
suka mendengar nasihat sekalipun hal-hal kecil
ketika mendengar nasihat matanya penuh berair
untung, mereka ada masih suka memberi nasihat.
Tiada dalam hidup ini, sejak lahir, tak suka nasihat
ketika orang ingin memberi nasihat, duduk dan dengar
sekalipun kau telah mendengarnya puluhan kali
cuba bayangkan, kalau orang tak mendengar nasihat.
Honiara
3 Oktober 2012
71. Firasat Dan Seorang Sahabat
Ada sesuatu tak beres telah berlaku di sini
Masih belum juga terjawab pertanyaan ini
seperti berjalan asyik menoleh ke belakang
dalam firasat ada orang yang mengintip dan
berniat jahat bersembunyi di dalam belukar.
Dalam setengah tidur seperti ada orang yang
memanggil namamu, yang jelas tak ada orang
datang firasat mungkin ada sesuatu akan terjadi
duduk, berdiri, mundar-mandir dalam kamar
sampai jauh ke tengah malam, jiwamu bimbang.
Rupanya, dalam hidup tak semuanya akan menjadi
adakala pula yang diharap lain pula yang sampai
Bagaimana sampai jadi begitu perkara yang mustahil
kalau kau protes, akan dilabel kejahatan dan derhaka
lalu lebih baik diam saja tunggu apa yang bakal terjadi.
72. Aku Memang Kecil.
Aku melucutkan dunia di hujung jari
Kau memandangnya tak berkata apa-apa
Ada ternganga tak percaya, 'bodohnya.'
Aku memang kecil, dunia terlalu besar.
Aku tak bermaya dalam buruj dunia
Meskipun kau berkata berulang-ulang
Tapi, aku masih menjawabmu, 'sama.'
Tak ada rugi, tak ada patut dipertikai.
Kebijaksaan itu membuat kita melangkah
dan tak akan berhenti sebelum berjuang
Inilah lagu yang dinyanyikan setiap hari
supaya kau tak lupa di tengah bersaing.
Kau mesti bisa membedakan ilusi dan hakiki
kejuitaan dunia bukan perjuanganmu selama
keredhan Ilahi ke arah tuju kembaramu
ketenteraman kalbumu tuju abadi.
Kota Kinabalu
18 November 2012
73. Naratif Perbualan Sendiri
Masing-masing ada cara dan pengertiannya
menaksir alam, sebuah mimpi dan harapan
ketika turun tangga kulit dadamu berkeringat
ujianmu bermula dari sukma menyerap ke
dalam darah, langkah pertama dan kuda-kuda
ada peraturan alam, peraturan manusia dan
peraturan langit.
Tiap satu tak boleh dilanggar hukum alam
Tiap satu memerlukan yang lain, tiap satu
tak lepas dari kehadiran waktu, penyebab
dan akibat. Tiada barang mustahil katamu.
asalkan kau tak berhenti dan menyerah kalah.
Kau pembaca yang baik dan penafsir yang tekun
Dalam Al Fatiha ada penawar, dari sekerdip cahaya
Aku datang lalu ia menjadi segumpal cahaya siang
langit terang benderang, kuda-kudaku, makin lincah.
Terakhir kau berkata, di luar ada langit yang biru
Aku bergerak ke pintu yang lain di pembaringan
Mereka berbual walaupun aku tak dapat menangkap
Kini aku di luar menghirup udara memandang langit.
ICU Hospital
Kudat
74. Doa Sederhana.
Duduklah di sini, lama kita tak berbual
dulu di halaman ini kau selalu datang
duduk bercerita tentang apa-apa saja
berbual tentang bintang langit malam
tentang sebiji nasi jatuh di atas lantai.
Tapi ada waktu kita duduk berkelakar
ketawa tak tentu fasal, hanya mendengar
suara kucing jantan kerana musimnya.
Atau cerita ma di penjuru kamar tidur
tiap anak adam merasa zamannya itu
adalah zaman yang terindah dan asyik.
Aku lahir dan hidup dari kurun lalu
dan kurun 21 ini, menjadi saksi pada
kebenaran dari firasat yang mengalir
Mengapa? Ada suka menyembunyikan
kebenaran sampai jauh ke dasar bumi.
Kebenaran itu adalah cahaya yang
terang sekalipun kau cuba berusaha
memampan langit dan menyembunyikan
ia tetap memancar keluar sebagai rahmat.
Ia seperti batu permata
yang bernilai
sekali kau mengilapnya ia tetap berkilau
dan gemerlapannya menerangi relung-
relung kalbu ketenteraman melihat
dengan mata rohani dan menjauhi dunia.
Ya Rabbi, aku masih berkata-kata
kepada-Mu dalam bahasa ibunda.
Tiap patah kata itu lahir dari kalbu
yang digarap dalam kata-kata kasih
dan tulus, bahasaku bukan bahasa
yang dimanipulasikan, bahasa ini
adalah bahasa yang membayangkan
rasa kedekatan dengan-Mu.
Ketika aku berdoa kata-kata sederhana
dalam bahasa yang segar dan bersih
lalu yang keluar dari hujung lidah ini
kata-kata kebenaran lahir dari itaat
munasabah diri, istqamah
dan istighafar.
Kota Kinabalu
10 November 2012
75. Naluri Sebuah Doa
Aku meraihmu dalam doa
kau hadir dalam patah doa
ketika aku merasa amat rindu
Ya, Rabbi, aku datangimu
hening doa tengah malam
lahir dari naluri halus
mengalir dari jiwa tawajuh.
Kuingat namamu
kulihat wajahmu
suaramu dan getaran nafasmu.
Ampun Ya Rabbi, ampun
aku sujud di lantai-Mu
aku menangis, memanggil-Mu
aku hangus melenting dari
percikan api-Mu.
Aku meletakkan
kepalaku di atas sejadah
mengetuk pintu-Mu.
Bagai anak kecil
aku meminta tak berhenti
aku merayu sampai nafasku tersekat
air mata turun bagai air mengalir
dari lembah gunung.
Ketika kusebut
kekasihku, kusebut dalam doa
lalu rinduku terlerai.
Ya, Rabbi aku ingin kebaikan
kebaikan insani, aku ingin rahmat
dan perlindungan-Mu, tanpa-Mu
kami rumpaian laut yang hanyut.
Demi kebalkan, terangkan hati kami
jagailah kami dengan malaikat-Mu.
Hapuskan titik-titik dosa di hati kami.
Bila siang mendatang biar
kami berkelana, takwa di dada
bila tabir malam turun kami
bersujud kepada-Mu.
Ya Rabbi, kupanggil nama-Mu
kupohon kurnia-Mu
di malam wangi gaharu.
Ya Rabbi, kupegang tali-Mu
tak ingin kulepaskan sekalipun
bumi terbelah tujuh.
Ya, Rabbi, kerinduanku terisi
setiap resahku terjawab
setiap doa Kau sempurnakan.
Canberra
9 Mei 2012
76. Cinta
Bila rasa kasih mengalir jauh di serambi hati
segalanya dilihat dalam keindahan yang murni
kata-kata ditenun dari suara hati mimpi musim bunga
mata yang memberi menggetarkan ribuan rasa.
Pada biru langit ketenangan itu keabadian yang mulus
menyebutmu menggenapi kerinduan seorang penyair
hadir namamu dan penggulangan setiap kalimat
adalah menjadi songket tenun lambang kasih bersemi.
Ya Rabbi, sekiranya ini suatu kelemahan diri
samasekali bukan hujahku mendahulukan kasih sejati
di riba malam atau di sendi siang gemilang
Engkau masih sang rembulan yang bersemi dalam diri.
Kita adalah sepasang burung merak di taman samawi
sekali-sekali gemerincing tarimu mengusik sepasang hati.
Canberra
21 April 2012
77. Rimba Tafakur
Desing suaramu melintas kepala ke dalam belukar
aku tak pernah merasa di sini sudah jalan terakhir
sepasang kasut telah menunggu sabar di depan pintu
telah kujalani liku-liku jalan ke gunung rimba raya
telah kupegang janji mengharung gelombang angin.
Ke mana pun aku berpergian di bumi kesayanganmu
Kau, gunungku bersandar dan pulauku melipat sepi.
Meskipun kau tak sepantas dulu tunggulah sebentar
di jalan sehala rimba tafakur aku akan menemuimu
dengar, ia tak pernah merampas rembulan di langitmu
pada langit kusematkan di dadamu nilam delima merah.
Sesudah mengharung laut pasti kau melihat pulau pertama
membawamu ke pelabuhan damai jalan ke desa permai
kau, lebah madu sekali pun tersasar dalam rimbunan bunga
yang pasti kau tak akan lupa jalan pulangmu.
Malammu mengandung seribu harapan dan rahsia
membawa khabar gembira pada telinga ingin mendengar
kerana kasih langit aku tak akan berhenti di persimpangan
aku siap memakai kasut dan memulai lagi yang belum selesai.
Canberra
28 April 2012
78. Rahsia Langit
Apa nak kau katakan
Pada si burung merak
Kalau kau pun malas
untuk berbual bicara
lebih baik menikmati
lazatnya sebiji mangga.
Desa ini jauh di pinggir laut
Anak-anak berenang riang
dolpin kejar-mengejar
kegirangan di desa Losiolen.
Hujan telah berhenti
rahsia langit tersingkap
hati yang mendambakan
purnama muncul di langit.
Di kebun kelapa waris
kita sabar meraih hasilnya
air mengalir ke anak sungai
resah tanah digenapkan.
Honiara
16 Disember 2011
79. Waktu Itu Pasti Datang
Bila waktu itu telah sampai
kau sendiri harus bersiap sedia
ketika salam telah terucap
segalanya harus kau lepaskan.
Tak ada lagi tawar-menawar
menundahnya ke lain waktu
kau harus menerimanya dengan
hati yang tunduk dan menyerah.
Yang kau lihat itu adalah
ilusi dan semuanya sementara
dunia ini persinggahan sedetik
semua pulang ke negeri abadi.
Waktu itu pasti akan datang
kehidupan di sini persiapan
kau sampai ke pintu samawi
tinggalkan dunia selamanya.
Kau telah memilih pada jalan lurus
bersujud dan memohon pertolongan
semua kau kerjakan semata-mata
redah pada Tuhan Rabbiul Alamen.
80. Mencium Bau Debu
Kita telah jauh di hujung rambut kepulauan ini
setelah ini adalah lautan yang luas terbentang
sejak mula aku tak pernah menoleh ke laut sulu
yang jelas begitu cepat aku menerpa ke depan
kau cepat pula menghilang jauh ke belakang.
Tiap orang ingin hidupnya akan sempurna
demikian hewan berkeliaran di padang luas
berfikir segala-galanya akan berjalan tenang
sebaliknya tanpa sedar dari rimbunan semak
sekumpulan hewan bergerak ke arah mangsa
diburu mengharapkan harinya belum sampai.
sekiranya bala datang menimpa bukan hari ini.
Aku telah mendokongmu sejak kembara ini
di saat-saat kritis aku terus mendoakanmu
ketika kau telah tidur di bawah langit terbuka
aku berjaga memastikan tidurmu tak terganggu
ketika aku sakit, aku menyembunyi ngerang
dan mengaduh, kita tak boleh berpatah balik.
Biarlah si pembual hidup dengan ceritanya
terus mencipta cerita-cerita rekaan dan ghibat
mereka kecanduan tentang cerita-cerita Zulikha
semalam, aku cium bau asap hutan terbakar
bau debu dari daerah-daerah perang, bau debu
mayat terbakar, lumpur melekat
pada kasut.
Kudat
14 November 2012
81. Lajnah Imaillah
Purnama di langit-Mu
gema suara kebenaran ini telah sampai ke telingamu
malam panjang telah berlalu samawi telah menurunkan
hujan semi ke tanah-tanah kering kontang dan daerah rawan
tunas-tunas hijau tumbuh di tanah gembur pelosok dunia.
Amanat ini kasih-sayang dan kebenaran hakiki
memanggilmu ke jalan keselamatan Muhammad Rasulullah
lihatlah pada langit malam bintang-bintang gemerlapan
gerhana telah berlalu kemenangan ini telah dijanjikan.
Aduhai Kaum Lajnah
melangkah terus gema kebangkitanmu tak akan berhenti
tangan Khalifah memimpinmu sampai ke cakerawala
dalam takaran waktu pengorbananmu paling depan
kamu adalah Khadijah yang telah dipersiapkan.
Wahai Kaum Lajnah
beritakan kepada telinga yang ingin mendengar
ketuk pintu sukmanya dengan suara lembut dan menawan
bisakah kau halang cahaya datang dari Menara Masihi
menghalau sarang kegelapan sampai ke akar-akarnya.
Kaum Lajnah yang tersayang,
air matamu yang menitis atas sajadah di Malam Tahajud
kecintaan dan itaatmu pada khalifa waktu
semangatmu gunung bertahan dan ketenanganmu lautan teduh
kembangkan kepakmu dan terbanglah dengan nur Muhammad.
Lajna Imaillah, Purnama di langit Masihi
inspirasi nalurimu Al Qur'an shariff
tindakan dan mindamu sunnah Rasulullah
kelembutan sukmamu amanat samawi
doa-doamu adalah air gunung yang mengalir.
82. Suatu Rahmat
Cinta ini, kebenaran cahaya
hidup terlindung.
tak akan ada kuasa dapat memadamkannya
sekalipun musuhmu tak akan dapat membunuh
dengan fitnah di Tanah Wasangka.
Ya Rabbi, yang mengenal cinta kudus dan ikhlas
Engkau melindungi cinta Adam dan Ibrahim
cinta Ibrahim terhadap anak kesayangannya
Muhammad Rasulullah, wujud suci junjungan
Api cintamu bertahan sampai akhir zaman.
Manisku, cinta ini tulus dari jiwa pasrah
ribuan lapisan langit telah membuka pintunya.
di taman Kenanga dan Melati, harummu telah
mengangkat sukma-sukma dari kegelapan.
Kau telah menyatakan baiat cintamu
malam ini
telah menyakin kau pasrah pada ketentuan Allah,
kemenangan rohani terpilih hanya kepada kekasih
kalimat tauhid rahmat Ilahi pada seisi alam semesta.
83. Cahaya Purnama
Bulan purnama penuh ada isyarat samawi
Penuh rahmat turun dalam cahaya murni
Kegemilangan dan keagungan Allah Azzali
Membawa kedamaian akhir zaman.
Kau merenung dirimu supaya kesedaran ini
Tak tertembus golongan derhaka dan durjana
Kemenangan itu bertolak dari jiwa yang tenteram
Dan jiwa tawajuh menghadap Rabbul Alamen.
Agen kegelapan akan terus membisik mata telingamu
Tak akan berhenti walaupun sesaat meniup agendanya
Diam-diam ia masuk ke dalam mimpi dan suara hati
Tapi putar belitnya tak akan dapat menawan ketahananmu.
Kegagalannya menjadikannya gila dan suara hati
Dinyatakan terbuka jiwanya tak akan tenteram
Melihatmu dalam kedamaian dan perlindungan-Nya
Dan pintu samawi terbuka dengan cahaya gemilang.
84. Gerhana Matahari
Sejak zaman silam langit menyingkap rahsia
Tanda-tanda di langit memberi peringatan
Ketika kembaramu hilang arah dan tujuan
Kasih-sayang Allah menghulurkan tangan-Nya.
Sabda-sabda Rasulullah penuh berkat itu
Terkandung rahsia-rahsia kebesaran Allah Ta’ala
Nubuah bakal terjadi di masa akan datang
Gerhana yang kerap muncul di wajah samawi.
Ketika suara langit tak diindahkan dan akhlak buruk
Telah bersarang di dalam kehidupan ummah
Mendahulukan dunia dari penghidupan rohani
Kau akan melihat gerak-gerak pada langit dan bumi.
Kau masih diingatkan kembali kepada Tuhan Yang Esa
Jalan hidup yang suci menjauhi kemungkaran
Dan kejahilan dan memesongmu beramal ibadat
Tiap perubahan samawi ada isyarat pada orang mukmin.
85. Doa Tak Putus
Sejak kecil orang tua mengajarmu supaya berdoa
Sekalipun hal yang paling kecil tak lupa di dalam doa
Lidahmu telah biasa berdoa pada diri atau orang lain
Kecintaanmu dalam berdoa menitiskan air mata.
Kau bangun di tengah malam sujud berdoa
Memanggil-manggil nama-Mu dengan tawajuh
Hamparan kalimat istighafar dari kalbumu
Mohon kelangsungan hidup yang diredahi.
Kini hidupmu penuh doa dan pengorbanan
Memenuhi janji-janji pada jiwa yang tenteram
Wajahmu manis dan sabar menghadapi ujian
Kau tak pernah mundur, melangkah dengan tawakal.
Kau telah menikmati lazatnya berdoa
Tiap doa-doamu sempurna dan dijawab
Maka kau tak ada sedikit pun keraguan
Anak keturunanmu diajar berdoa dawwam.
86. Malam Tahajud
Semangat keghairahan telah tumbuh dalam dirimu
Dalam kegelapan malam kau mengambil wudhu
Mensucikan dirimu dari bisik-bisik dunia yang
Cuba masuk ke dalam suara hatimu lalu bersarang.
Kau merebahkan dirimu menghadap Allah Ta’ala
Dalam doa Tahajud, kau mendoakan Rasulullah
Mengetuk-ngetuk pintu langit
menurunkan rahmat
Menyempurnakan sebuah harapan yang terkabul.
Dalam doa-doa kudus di
malam hari bercakap-cakap
Dengan tangan Allah Ta’ala yang menyempurnakannya
Dan jawaban turun seperti air terjun mengalir ke muara
nikmat-nikmat penuh berkat dari rahmat Allah Azzali.
87. Istiqamah
Jalan menuju ke langit Ilahi harus dengan jiwa istiqamah
Dari batu kerikil sampai ke puncak gunung mesti terus-menerus
Ada semangat yang tinggi dan tak mudah kendur dan tak mengalah
Maju terus sampai ke tempat tujuan tak berhenti di tengah jalan.
Perjalanan kau tempuh mudah
bertukar haluan, laju dan perlahan
Mengelak gelombang ada gelombang lain datang ke arahmu
Tapi berhenti dan mengalah akan menghanjutmu jauh ke tengah
Dalam mengharung badai ketahananmu istiqamah.
88. Bohong
Sejak kecil kau telah diingatkan supaya menghindari berbohong
Sekalipun kau dalam satu situasi kalah menang dalam pilihan
Kepadamu masih dituntut dan berdiri pada landasan kebenaran
Memilih jalan kebohongan demi meraih dunia dan kedudukan.
Percaya hanya
berbohong jalan kejayaan dan kemenangan
itu maka
Kau berbohong menganggap tanpa berbohong kau tak akan berjaya
Terbiasa bercakap bohong
dalam semua percakapan dan
tindakanmu
Mulai menyerap ke dalam budaya dan sosial dan kehidupan hari-hari.
Kebohongan itu adalah syirik, maka harus dihindar dalam apa jua
bentuk
Berbohong kecil dan bohong besar semuanya itu sama perbuatan
syirik
Ketika ia menjadi penyakit
dan menjalar sampai ke jantung
penghidupan
Demi akhirat gemilang dan kebenaran hakiki pegangan kau tak lepaskan.
Tinggalkan syirik dan kebohongan dan senantiasa sucikan dirimu
Renungankan kelemahan-kelemahan diri tiap waktu dan lakukan ishla
Rahmat dan kurnia Allah Ta’ala turun dari samawi tak akan berhenti
Cukup dengan takaran airnya manis membawamu pada kemenangan abad
89. Anugerah Samawi
Jatuh bangunnya dirimu lalu berdiri dan melangkah ke depan
Tanpa pertolongan Ilahi usahamu gagal dan tak bermakna samasekali
Kejayaan itu datangnya dari Allah Ta’ala dan kau yang berusaha
Jangan mudah menjadi angkuh dan takabur mendorongmu pada
kegelapan.
Tidakkah kau bersyukur tiap pagi kau mengecap udara pagi yang
segar
Bermakna kau telah menjalani malammu dengan doa-doa tahajud
Nikmat-nikmat yang turun dari samawi menyerap ke dalam kalbu
Hadir dalam dirimu lalu kau mengerjakan kebaikan-kebaikan.
Keselamatan dan ketenteraman jiwamu anugerah samawi dan
Tak ada kuasa yang akan mengambil daripadamu sekarang
Walaupun syaitan terus berkomplot membisikkan ke mata telingamu
Tapi ia tak akan berhasil dan akhirnya ia sendiri kecewa dan putus
asa.
Kau telah meraih kemenangan dan berdiri di landasan kebenaran
Pegang dan jangan lepaskan kerana itu keselamatan cahaya dari
menara
Di dalam bahtera ini kau belayar menuju pelabuhan damai
Kepada-Nya kau bersujud dengan tawajuh dan doa-doa istighafar.
90. Ruh Kebaikan
Kau telah melepaskan nafsu amarah lalu jatuh bangun
Meninggalkan sifat-sifat alami dari akhlak Razilah
Dan akhlak Fadhilah kembali kepada Rabb dengan
Tenteram dan dunia samasekali tak berbekas dalam dirimu.
Dari kebaikan yang kau terima kini kau telah mengembalikan
Kebaikan dengan kebaikan dengan ruh pengorbanan yang tulus
Kau lakukan semata-mata kerana kecintaanmu pada Allah Ta’ala
Tiada balasan yang kau inginkan menyempurnakan hak-hak insan.
Hak-hak Allah pada Allah Ta’alla, ibadatmu dari jiwa bersih
Meninggalkan dunia seperti kau mengalami maut dan memulai
Kehidupan di bawah langit
dan bumi baru yang gemilang
Demi perabadan manusia jauh dari kekerasan dan perbuatan sia-sia.
Keindahan Islam dan wujud suci, Rasulullah, mengangkat martabat
Anak-anak keturunan Adam kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa
Langit tak akan meninggalkanmu, kelurusan hati dan keberanian
Kerendahan hati dan doa-doa terus-menerus telah membuka pintu-Mu.
91. Tawakal
Sejak matahari masih pagi kau memulai langkahmu
Tekun mengharung segala ujian dan dugaan hidup
Tak mudah berpatah balik atau tak berbuat apa-apa
Semua itu nasihat yang diucap orang yang sayangkanmu.
Setiap perjuangan meminta pengorbanan diri dari awal
Berserah pada nasib tak akan membawamu ke mana
Jika kau punya impian maka kau harus bekerja keras
Tawakal kepada Allah Azzali dan sukses di ambang pintu.an dat
Hanya dengan kerja keras dan merenung kekurangan dan membaiki
Berdoalah dengan tekun dan bersabar pasti kau meraih kemenangan
Kepada Tuhan yang disembah kepada-Nya kau memohon pertolongan
Tawakalmu penuh dengan doa dan kenyakinanmu berada di garis akhir.
Nasihat ini yang disampaikan kepadamu dan darimu nasihat ini
Kepada anak-anak cucu pada generasi akan datang dengan bahasa
mudah
Pada mereka punya daya saing dan semangat maju dn percaya pada
Tuhan
Apa kita lakukan tak akan membawa kejayaan tanpa pertolongan-Nya.
92. Penghapusan Dosa
Perjuanganmu
untuk meraih keredahan Allah Ta’ala
Mensucikan diri terus-menerus menghindari syaitan
Meninggalkan pekerjaan yang sia-sia dan dosa-dosa
Timbul pemikiran baik lalu condong mengerjakan kebaikan.
Menyedari keburukan yang kau kerjakan lalu beristighafar
Mengalahkan kekuatan keburukan itu tak tumbuh dalam diri
Selalu berdiri pada kebaikan dan kekuatan ini menggerakkan
Jiwa ragamu layak menerima ganjaran yang terbaik.
Dua tarikan yang bertentangan satu sama lain dalam diri
Pengaruh kebaikan dan kejahatan dalam wujud kuasa
Mengajakmu menghindari dari keburukan, ketakburan dan kezaliman
syaitan memanggilmu, kau tak akan berganjak dari sifat kemuliaan.
Allah Ta’ala telah mengingatkan ketika kemuliaan masuk
Dalam diri manusia , fitrat
syaitan akan mati maka
Kau menjadi milik Allah Ta’ala dan pengampuan
Menghilangkan keegoan, membersihkan diri dari lingkaran syaitan.
93. Pintu Taubat
Di tengah jalan kau menyedari sebelum ini
Kau dalam kegelapan dan mengejar kelazatan dunia
Ketika kau terbangun dari mimpi buruk di jalan pulang
Suara hatimu berbisik, “ cukup aku ingin kembali.”
Kegelapan mulai mengendur dan cahaya mulai
Bersinar di langit dan bumi baru
dan sungaimu
Menuruni lembah mengalir
jauh ke dalam kalbumu
Mulai saat itu kau tak pernah takut pada kebenaran.
Lidahmu mulai biasa mengucap zikirullah dan
Istighafarmu dari ketulusan hati
dan kesedaran
Malam-malammu, kau jalani dengan doa-doa
Siangmu kau melangkah dengan tawakal dan istiqamah.
Kau telah datang pintu-Nya terbuka luas
Panggilanmu telah terjawab dan sempurna
Tiada keraguan dan sangsi dalam hidupmu
Kau tak ingin lepaskan yang menggenggam tanganmu.
94. Tarbiah
Kelalaian membuat kita jauh dari bumi dan langit
Keduanya saling terkait dalam tarbiah seorang Muslim
Kita melihat kemunduran akhlak dan moral pada
Golongan muda dalam aspirasinya mengejar dunia.
Ajaran Islam sejati tak akan pernah menjadikanmu
Pengikut ISIS atau Daesh golongan militansi dan terror
Tak ada ruang kekerasan dan bunuh diri dan huru-hara
Tarbiah Islami mengajarmu itaat dan menghormati kehidupan.
Golongan muda muslim yang dilengkapi dengan ilmu dan
Takwa menjadi contoh dan teladan pada generasinya
Senantiasa merendah diri, wajahnya manis dan suka menolong
Itaat pada pemimpin hal-hal kebaikan dan kemanusiaan.
Kata-kata dan tindakan anak-anak golongan muslim
Tak akan mencederai dan menyakitkan orang dan masyarakat
Jiwanya peka dan paling depan menolong jiran dan manusia sejagat
Dalam takaran waktu kewibawaan mereka teruji dan contoh terbaik.
95. Ummatun Wahidah
Rahmat pada Umat Muhammad, Rasulullah
Kerana samawi melindungi kaum muslimin
Sampai kiamat mendatang dari keruntuhan akhlak
Dan perpecahan yang merugikan umat.
Janji-janji Allah akan sempurna kemenangan rohani
Ummatan wahidah yang berpegang pada tali Allah
Dalam perjuangan yang mendahulukan akhirat
Dari kecintaan pada kebendaan dan dunia fana ini.
Pintu syafaat hanya mengikut Rasulullah, Kekasih-Mu
Islam agama kedamaian yang menolak pada kekerasan
Militansi dan terorisme, kezaliman dan penderaan
Ajaran yang mengajar kasih sayang dan hidup bertetanggga.
Ummatan Wahidah kurnia Allah Ta’ala pada umat Muhammad
Kecantikan Islam dan hubungan yang akrab dengan samawi
Purnama penuh di langitmu cahaya dari menara tinggi
Di bumi ini para mutaki berjalan dan berpegang pada tali Allah.
96. Kebenaran Samawi
Tiada yang dapat menidakkan kebenaran Tuhan
Yang terang tak akan dapat kau gelapkan
Semakin kau berusaha melakukannya
Ia bertambah terang dan menghalau kegelapan.
Kebenaran samawi akhirnya akan mengalahkan
Kekuasaan kegelapan yang bersarang dalam kalbun i
Islam adalah pengucapan indah dan menawan kepalsuan
Dan kau sendiri akan menikmati buah-buah hasil jerihmu.
Tajalli Ilahi hidup dalam dirimu sampai kiamat
Kebenaran samawi rahmat Allah yang tak akan berhenti
Jiwa tawajuh akan diperlihatkan keagungan-Nya
Rahsia dan isyarat kemenangan itu adalah ketenteramanmu.
Di alaf ini kau melihat tanda-tanda langit zahir
Kekerasan dan kezaliman mengintai mangsanya
Ketenangan alam berubah dengan malapertaka dahsyat
Tapi kebenaran samawi adalah takdir kemenangan rohani.
97. Cinta Al Qur’an
Kitab suci yang penuh hikmah sampai akhir zaman
Ibu segala kitab memimpinmu ke jalan lurus dan selamat
Khazanah ilmu yang tak ada sempadan dan berbarkat
Firman-firman Allah di dalamnya dan tak pernah dicemari.
Ketika aku belajar iqra dari guru mengaji di desa tepi laut
Tiap malam aku membaca sampai akhirnya aku khatam
Ma gembira aku telah mengenal abjad Arab dan bisa melagukan
Cinta mulai bersemi ingin mengenal jauh kitab suci Al Qur’an.
Bila usiaku rimba hijau kecintaan Al Qur’an seluas langit
Aku menghafal dan mendalami tafsir
dan keindahannya
Menyejukkan kalbu yang tawajuh di malam tajali Ilahi
Qurub langit menurunkan rahmat-Nya seperti hujan musim semi.
Al Qur’an, ubat yang
menyembuhkan semua penyakit rohani
Cahaya kebenaran Al Qur’an membuka pintu-pintu maghfirat
Menenteramkan jiwamu dan kekuatan menolong dalam diri
Memimpinmu ke jalan bertemu dengan Tuhan Yang Maha Esa.
98. Keagungan-Mu.
Subhan Allahi
wa bihamdihi, Subhan Allahil Azim
Aku mengucapkan kalimat-Mu berulang-ulang
Ke mana juga aku memandang adalah keagungan-Mu
Engkau Tuhan Yang Maha Esa, Raja di hari pembalasan.
Aku menghirup udara adalah kurnia-Mu, Tuhan Rahman
Engkaulah pemeliharaan dan perlindung hidup ini
Kejuitaan-Mu meresap sampai ke pangkal kalbu dan
indera
Muuh-musuh kebenaran hancur luluh menjadi debu.
Ya, Hafiz, Ya Rafiq, Ya Aziz, kepada-Mu aku berdoa
Ketika aku bersujud malam-malam tahajud nama-Mu
Kuucapkan berulang-ulang dengan kasih dan cinta
Engkau, Rabb, yang berkata-kata dan menjawab-Nya.
Ya Allah Maha Suci, berilah aku kekuatan mengalah
Nafsu amarah hingga aku tiba pada jiwa yang tenteram
Kasih sayang dan kedamaian adalah senjata tak
melukai
Muhammad, Rasulullah, Wujud Suci, pintu syafaat
akhir zaman.
99. Labaik, Labaik
Aku membalas panggilan-Mu dengan “labaik, labaik.”
Siap dalam segala waktu menyampaikan amanat-Mu
Tunduk mendengar dengan kerendahan hati dan sabar
100. Salat Jumaah
Jumaat tiba, kau tenang dulu kau befikir, menyepi
Tak ingin mengganggu orang lain, sekalipun terasa
berat tetap bertahan ternyata, kewujudanmu bukan
seperti benang kusut lalu pergi meninggalkannya
Jangan berhenti di tengah gelombang kau harus bertahan
Ketika dalam kegelapan jangan biarkan kau tenggelam
Gema suaramu dalam doa-doa istighafar dan tawajuh
Tangan yang memanpanmu dalam pergelutan maut.
Rahmat Allah turun dalam bulatan
kau di dalam
Kau tak pedulikan nikmat-nikmat ilusi sementara
Perjalanan yang kekal harus jiwa yang tenteram
Datang kepada-Mu janji-janji yang menjadi sempurna
Tubuh luaran ini testimoni perjuangan jatuh bangun.
Kau akan terus berpegang pada akar dan tunjang
Kau selesa di situ sambil kau tunggu Jumaat tiba
Di sini, telah kaubawa mereka meminggirkan dunia
Berpegang tangan mendaki gunung dengan istiqamah
Sampai pada puncak kegemilangan dan kesyukuran
biar perlahan akhirnya pasti mengetuk pintu samawi.
Kota Kinabalu
11 Januari 2011
101. Gema Azan
Di hutan belantara dan kepulauan asing
Kalimat tauhid berkumandang dari lidah
Anak peribumi di pelantaran langit terbuka
Penuh penghayatan dan separuh mata terpejam.
Kepulauan lautan teduh kulit-kulit hitam
Menurun dataran tinggi menyeberangi laut
Tamu-tamu yang mendengar pesan-pesan damai
Tergerak kalbunya meninggalkan kegelapan.
Suatu siang yang murni ia membersihkan diri
Dengan air hujan yang manis setelah itu mereka duduk
Mempelajari kalimat tauhid dan melafazkannya
Pintu samawi terbuka menurunkan rahmat pada suku peribumi.
Jiwa mereka telah tertawan dengan keindahan Islam
Gema azan berkumandang lima kali sehari
Berdiri saf demi saf mengerjakan solat mengikuti imam
Kebenaran telah sampai pun tiada paksaan.
102. Semangat Badr
Alaf 21 datang membawa cahaya purnama di langitmu
Zaman kegelapan telah berlalu kita memasuki pintu perjuangan
Mengisi kekurangan dan menyempurnakan dalam pengorbanan
Meninggalkan kecintaan pada dunia dan bayang-bayang.
Suara kedamaian dari menara turun membawa angin perubahan
Menegakkan kalimah tauhid dan peyempurnaan janji-janji samawi
Kebenaran hidup abadi dan kebatilan sirna di dalam kegelapan
Kekerasan dan kebiadapan tak akan dapat bertahan zaman.
Dalam perjuangan rohani dan isla sejati dengan semangat badr
Meraih nikmat-nikmat dan rahmat Ilahi dengan jiwa tawajuh
Kemenanganmu meraih qurub Tuhan Yang Maha Esa
Kerana mendahulukan agama dari kepentingan
dunia.
Berdoa secara terus menerus mohon pertolongan
dengan sabar
Ruh Islam sejati menyerap ke dalam kalbu dan
penampakkan
Tuhan pada wajah-wajah mutaki dan jiwanya semangat
badr
Merangkum langit baru dan bumi baru hingga
kiamat.
103. Nafsu Amarah
Kelahiranku ini memang ada tujuan
Lalu hidup ini pun punya tujuan
Tidak hanya bermain di alam maya
Mengejar ilusi dan fatamorgna dunia.
Kau mencari haluan dalam gelora samudera
Pada langit kau hanya melihat permukaan
Dan kau masih mengikut seleramu sendiri
104. Kembara Diri.
Aku mendatangi-Mu dengan kesedaran dan kemampuan
Jatuh bangun kerana kekuatan ini tak seperti dibayangkan
Di hujung jalan aku melihat tujuan dari perjuangan ini
Tapi ketahanan itu mengeser langkah dan menolak ke pinggir.
Engkau yang telah meniup angin
pergunung ke dalam kalbu
Meninggalkan musim kemarau di
lembah gersang dan
Tiap langkah kakimu dengan doa-doa
musafir menemukan
Oasis dan menyelamatkan perjalanan
panjang.
Ketenteraman danau jiwamu telah
memberi kekuatan menolong
Pergerakan inderamu dalam
pemeliharaan dan perlindungan
Samawi dan kenyakinanmu tak akan
dapat dikalahkan
Kau berdiri di tanah kebenaran dan
langit baru.
105. Jiwa Yang Tenteram
Perjuanganmu ketika telah sampai dan masuk ke pintu gerbang
Jiwamu tenteram setenang
langit malam penuh bintang
Di lidah senantiasa zikirullah mengingati keagungan-Nya
Semua pintu terbuka dan kau melangkah masuk dengn aman.
Seluruh tindakan inderamu seirama dengan kehendak langit
Kalbu tak akan pernah dikalahkan kemewahan dunia fana
Perjuanganmu supaya kau selalu dekat pada Allah Ta’ala
Hingga pengucapan dan inderamu tenggelam dalam cahaya-Mu.
106. Ilmu
Kau telah diseru menjelajah ke seluruh pelosok rantau
Sampai ke cakerawala mempelajari langit dan orbit baru
Ini adalah perjuangan tak akan berhenti sampai langit senja
Dan kau tak akan ketinggalan dalam perlumbaan murni ini.
Seorang muslim sejati tak membiarkan waktumu berlalu
Diam dan tak berbuat apa-apa hanya sebagai kelayak
Dan kau harus melangkah sempadan tak teragak-agak
Tak ada ketakutan dan keraguan pada diri orang berilmu.
Ilmu yang kau raih itu adalah anugerah Tuhan Semesta Alam
Khazanah ilmu adalah kepunyaanmu harus kau lindungi
Kau tak akan membiarkan dirimu tenggelam dalam peredaran zaman
Dan dalam dirimu harus ada kemahuan menguasai galaksi dan orbit
baru.
107. Zikirullah
Kaupanggil nama-Nya dalam malam sunyi
Begitu indah tak terungkapkan dengan pengucapan
Nikmat beribadat hidup dalam ribuan tahun
Jiwamu tak akan pernah kehilangan dan tertipu.
Tiap saat kau mengingati-Nya senang dan susah
Tak pernah sedikitmu kau curiga kehadiran-Nya
Kata-kata yang diucapkan dalam doa-doa istighafar
Telah membawa ishla dalam diri dan kalbumu.
Waktunya telah sampai kau bertindak demi kebenaran
Dan pintu ke arah itu tak akan pernah tertutup
Kemenanganmu meraih kasih- sayang Allah
Kerana lidahmu senantiasa berzikirullah siang malam.
Dalam mimpi-mimpi benar khabar gembira itu
Menjadi pedoman dan kebenaran hidup mendulukan
Akhirat dari ilusi dunia yang menjauhkanmu
Hidup tawajuh dan meraih kemenangan akhirat.
108. Amal Ibadat
Dalam berlumba meraih kasih sayang Allah Ta’ala
Kau pun menabur kebaikan di lapangan tanpa berkira
Segalanya kau lakukan kerana Allah semata-mata
Dan lebih dulu memberi dan mudah berkhidmat.
Kau lakukan sebagai amal dengan rendah diri dan sabar
Dan kau tak pernah mengharapkan pembalasan dan puji
Ketika diperlukan bantuan dan pertolongan kau siap
Melayaninya dengan kasih
sayang dan segera.
Amalmu seluas bumi dan ibadatmu setinggi langit
Keduanya saling mengisi dalam dirimu tanpa satu
Melebih yang lain, semua seimbang amal ibadatmu
Memberi itu lebih mulia dari tangan yang menerima.
Kau tak pernah berhenti berdoa dan kau yakin
Tuhan Rahman mendengar dan membalasmu
Dan menyempurnakan doa-doamu dan memenuhi
Keperluan dan menggenapkan segala kekuranganmu.
109. Dunia Ilusi
Hidup, bukan 1+2=3. Bukan. Ada liku-liku
atau benang kusut yang harus dileraikan.
Hidup akan menjadi bosan, tanpa ujian
tanpa berkorban, tanpa berfikir, tanpa usaha
dan berjuang, dulu, jantungmu berdegup
menerima telegram, musim itu telah berlalu.
Jadi, kebimbangan itu, paling tidak membuat
semua orang gundah mengagak-agak yang tiada
berita yang dititipkan lalu kau pun menafsirkan.
Khabar baik atau tidak boleh sampai sekelip mata
gerak-gerak firasat memberikan peringatan padamu.
Hari ini, kau telah berfikir lama tentang silam
baru kau sedar setelah waktu telah lama berjalan
ketika kau tak mengharapkan, ia dipinggir mata
tapi ketika kau mengharapkan ia tak akan datang
hening , sepi dan kau mulai melihat ilusi ini.
110. Takdir Kemenangan
Tiap perjuangan dituntut pengorbanan dan
Selalu teruji sepanjang jalan menuju kemenangan
Tidak ada kekuasaan sebesar mana sekalipun
Mengusar arah tuju sekalipun ia berusaha menggagalkannya.
Tangan kekuasaan dunia ingin memusnahkan kebenaran
Tapi langit tetap dengan kekuatannya menghancurkan
Apa saja yang menghalang di jalan menuju kemenangan
Kerana takdir kemenangan itu tak akan berubah.
Malam-malam petualang dan derhaka menimpahkan
Kekerasan dan kezaliman tanpa ampun dan menganggap
Seteru kekuatan dunia tak akan dapat dikalahkan
Keangkuhan sebesar mana akan musnah menjadi debu.
Islam datang dengan kecantikan dan kedamaian
Lemah lembut dan kasih sayang menawan kekuasaan kegelapan
Dari samawi turun dengan cahaya menyempurnakan
Takdir Ilahi tak akan dapat ditahan dan digagalkan.
111. Gema Malam Ramadan
Tiap tahun baru kita menunggu hadirnya Ramadan Al Mubarak
Kedatangan Ramadan adalah rahmat pada sekalian alam
Ketenangan sepanjang bulan penuh berkat dan nikmat beribadat
Rasa persaudaraan dan kekeluargaan erat dan saling mengingatkan.
Malam-malam Ramadan, langit
telah membuka pintu luas
Kaum muslimin mengerjakan ibadat puasa dan berzikirullah
Bangun di tengah malam mendirikan Tahajud dan berdoa
Kelazatan dan nikmat-nikmat dari buah amal ibadat Ramadan.
Sepanjang bulan pintu kejahatan tertutup dan syaitan dibelenggu
Pengucapan dan tindakanmu semata pada Tuhan Maha Esa
Kau kerjakan dengan jiwa takwa dan istiqamah sampai akhir
Ke mana saja kau berpaling kau melihat keagungan Allah Azzali.
Sebulan dalam setahun ketika Ramadan Al Mubarak datang
Kaum muslimin telah siap meletakkan dunia dari jiwanya
Kembali kepada Rabb, pemelihara dan pelindung pada hidup ini
Inilah waktunya kau mengucapkan istighafar dengan jiwa tawajuh.
112. Suara Kebangkitan
Nafasmu air mengalir turun ke muara
Sukmamu senja tenggelam di horizon
Suaramu gema angin lautan berlalu
Mimpimu mahkota malam ditemui.
Panggillah aku Ismail
Memudahkan kau mengingati diri ini
Suatu waktu situasi akan berubah
Pemburu menganggap dirinya hebat
telah menjadi buruan yang lunak.
Aku menggenapkan mimpimu
Nyala api dendam telah padam
Kau musnah dan ruhmu menjadi debu.
Panggillah aku Ismail
Api pengorbanan yang kau sebutkan
Tak sedikitpun timbul takut dalam jiwa
Langit siang jadi saksi kebenaran ini
Penyempurnaan amanat itu
Aku siap menyerahkan tengkuk ini.
Musuhmu muntahkan api dari mulut
Dan mengelabu langit biru
Lalu maut wabak di Tanah Gaza
Menghukum penghuninya tanpa ampun.
Panggillah aku Ismail
Tanah suci ini peninggalan leluhur
Kau tak akan mencoplok
Sekalipun seribu satu siasah
Lahar api
Membakar rongga dadamu
Tanah yang kau tuntut hakmu
Sebenarnya kebohongan yang direka-reka.
Panggilah aku Ismail
Kebiadapanmu telah mencipta
Malam gelap pekat
Keperihan yang panjang
Tapi kau tak kan mencabut
Akar keberanian kami.
Panggilan aku Ismail
Permainan licikmu selama ini
Akan berpulang kepadamu sendiri
Ketika gunung menghindar bertemanmu
Lautan dan pulau tak akan
Melindungimu
Bintangmu terbakar menjadi abu.
113. Sajadah
Aku berhenti
memandang sekeliling
masih adakah terlupa
selain catatan buat besok.
Suara itu mengiang dalam
gegendang telinga mesra
adakalanya aku terbangun
lalu membaca kerdip huruf-huruf.
Di jalan terasing
di lereng bukit bulan menyusut
Sendiri
kegelapan sepi
bimbang hinggap di sukma
tapi Kau ada.
Bebayang malam
mengetuk pintu
sedang
Aku berdoa.
Ya Rabbi, aku bertahan tanpa senjata
aku menawan dengan cinta-Mu.
Telah kubisikan salam itu
ke dalam telinga hatimu
kasih-sayang adalah
rahsia dipegang
pada kata kalimat
dan perbuatan.
Canberra
8 Jun 2012
114. Perutusan Kekasih-Mu
Perutusan Kekasih-Mu itu kedamaian sejagat
Keindahan perutusan samawi turun pada
Wujud Suci, Muhammad, Baginda Rasulullah
Tiap kalbu tertawan oleh kebenaran Islam.
Mujizat-mujizat keperibadian Agung
ini
Adalah kebenaran yang tak dapat dibantah
Tiap gerak, tindakan dan keputusannya
Contoh dan inspirasi sampai kiamat mendatang.
Kegelisahan bathinnya akan membuat langit resah
Kasih sayangnya telah menundukkan musuh
Kemenangan Islam telah membebaskan dunia
Dari kegelapan panjang penderitaan Ummah.
Muhammad , Rasulullah mengenalkanmu keesaan Tuhan
Menghancurkan berhala-berhala syirik yang
bersarang dalam jiwamu
Kebenaran samawi
membuka pintu syafaat sampai kiamat
Tanpa keperibadian agung, Muhammad, kau
kehilangan dan sesat di jalan pulang.
115. Janji Langit
Janji langit pasti akan terjadi dan sempurna
Tidak ada kuasa dunia yang dapat menghalang
Dan menghapuskan agama suci ini, Islam
Mengajarmu kedamaian dan menjauhi kekerasan.
Tidak satu iota kau temui dalam Al Qur’an
Mengajarmu kezaliman dan bunuh diri
Lalu mengobarkan janji-janji syurgawi
Sungguh, ini satu kebohongan nyata.
Pintu ini senantiasa terbuka kepadamu
Tak ada paksaan supaya kau menerima
Ketika kau memasuki pintu ini tentu ada
Jalan keluar tanpa syarat dan hukuman.
Kebenaran akan menang atas kebatilan
Rahmat Allah Ta’ala tak akan berhenti
Janji langit turun seperti
hujan membawa
Datang musim semi dan kembang bunga.
116. Tazkirah Selepas Maghrib
Tiada perlindungan kecuali kembali kepada Rabb
Perjuangan hanya tertumpu pada ilusi dunia semata
Kau mudah tergelincir dari landasan yang kukuh
Pergorbananmu sebenarnya meraih kasih sayang Allah.
Tujuanmu bukan pada zahir
dan kulit belaka
Pengabadianmu untuk sampai
ke akar tunjang
Tanpa meninggalkan hak-hak insan kepada kebaikan
Amal dan ibadat jalan bergandingan dalam hidup ini.
Ketika kau teruji segala penderitaan tak akan selama
Justru itu pada masa terangkat ke atas jiwamu bersyukur
Rendah diri dan sabar dalam semua keadaan yang dihadapi
Kau tak akan undur dan putus asa, melangkah dengan istiqamah.
Kau selalu merenung diri dan tawakal dalam semua pekerjaan
Tiap keputusan kau lakukan dengan hikmah tinggi dan hati-hati
Kalbumu tetap berdiri pada kebenaran dan tak akan berganjak
Apapun yang kurang kau kembali kepadaTuhan Yang Maha Esa.
117. Da’i Di Medan
Jangan kau minta lagi
yang ada padaku
hanya tanah kecil dan kosong
tapi kalau kau mau saudaraku
aku tak dapat melarangmu
asal jangan kau pula menyetop
aku dari berfikir dan menulis.
Selagi aku dapat befikir
aku akan menulis. Paling tidak
kau membacanya percuma tiap
hari.
Kau tidak dipaksakan, aku
meredahkan. Kerana yang aku
tulis supaya dibaca.
Yang aku ucapkan supaya
kau mengerti.
Kau tak perlu takut dan bimbang
Kata-kata dan ucap itu bukan
Pisau tajam yang akan mencederaimu
Ia adalah khabar membawa
Pesan kedamaian dan
Membebaskanmu dari mimpi gerun
Dan menghalau kegelapan dari
Sukmamu
Penantianmu selama ini telah
Sempurna
Firasat dan mimpi benar leluhurmu
Telah terjadi di siang benderang
Ikatan kita adalah kasih sayang
Kau telah meraih cahaya purnama
Kau telah menikmati air manis
Turun dari samawi
Kesabaran dan doamu akan
Menyelamatmu dari ribut petir
Dan badai angin gelombang laut
Waktu kita sangat tipis
Kembara ini masih jauh
Perubahan di langit kalbu
Gema dari menara tinggi
Telah sampai ke pelosok
Rimba raya dan kepulauan
Sepi dan yang dilupakan
Malam-malam tahajud
Dalam hening malam
Cahaya gemilang turun
Dalam kalbu tawajuh
Dan qurub-Mu
Tenteramlah jiwa
Kau melangkah meraihnya
Membaca samawi
Dengan kepala menunduk
Zikirullah di lidahmu
Kau tak berhenti separuh jalan
Angin ishla membawamu
Garis kemenangan
118. Kembaramu
Kita terperangkap dalam kata-
kata kita sendiri. Bongkak dan
sombong. Lalu kita mencipta
kaisar-kaisar dan firaun-firaun.
Kita mencipta perabadan yang
diciplak di sana sini. Begitu,
kita tak pernah malu. Malah kita
terus tidur sedang orang lain
telah berjalan sebelum mentari
naik, sebelum siang tersingkap.
Kita mengaku kalah sebelum
berjuang. Kita menjadi pembual
di kaki lima.Kekadang setiap hari
kita ke sana ke mari tanpa ada
urusan. Kita seperti jenerasi yang
hilang. Jenerasi ubur-ubur. Jenerasi
suka minta-minta. Jenerasi kasar.
Ketika sukmaku merontah-rontah
mencari jalan keluar, kekadang tak
terjangkau soalan, lalu keluar sebagai
protes. Di bumi ini, setiap langkah,
ke arah mana kita menoleh, timbul
pertanyaan. Seperti anak yang baru
belajar terhadap bahasanya. Pantas
mati awal dan meninggalkan janda-
janda tanpa perlindungan. Kerana
kita lupa diri, Lupa pada agama.
agama hanya untuk tunjuk-tunjuk.
Lebih dunia dari rohaninya. Kita
membaca Al Qur'an dengan suara
merdu tapi gagal menerjemahkan
isi pengajarannya. Tuhan-tuhanmu
baru diciptakan, tuhan-tuhan duniamu
yang bernafsu. Lidahnya agama
sukmanya kosong. Oh malam gulita,
kami mendengar-Mu. Kebenaran-Mu
telah hadir, turun dari langit. Indahnya
langit di waktu fajar, langit maghrib
dan hening tengah malam. Kembalikan
kekuatan itu ke dalam sukma. Tumbuhlah
akar tunjang dan mencengkam nadi bumi.
Dari sekarang kita tak
akan jalan mundur
ke belakang. Sejak kamu
tinggalkan bumi.
Kamu bergayutan dari
bintang ke bintang.
Ketika kamu telah
berada di angkasaraya,
kamu melihat komet yang
jatuh hanggus.
Jauh besar dari Benua
Borneo. Ada pula
lebih besar dari Benua
Australia. Cuba
bayang, dari jauh seperti
seketul bara api
mengecil menjadi abu.
Kamu terapung di
lautan samudera
bintang-bintang tak bertepi.
Tapi, kembali pada Rabb
Tuhan Rabbiul Alamen.
Kota Kinabalu
29 Disember 2012
119. Menundukkan Kekerasan
Kesucian Tuhan tetap terpelihara
Tidak ada paksaan dalam beragama
Dan tidak ada kekerasan dalam beribadat
Tiap warga mendoakan tanah leluhurnya
Dijauhkan dari perang dan huru-hara
doa-doa kebaikan urun dalam kalbu.
Ya Rabbi, tutupilah kekurangan kami
Jadikan tutur kata kami selalu sejuk
Memelihara hidup rukun Negara bangsa
Kesatuan di bawah langit makmur
Memelihara tali persaudaraan yang kukuh
Hidup pelbagai cara dari cita rasa satu.
Tulang belakang suatu bangsa ada
Pada generasi muda yang siap-siaga
Keseimbangan kemajuan rohani dan duniawi.
Kaulah, impian dan harapan tiap bangsa merdeka
Memilih kedamaian dari sengketa dan api perang.
Jatuh bangun sebuah negara bangsa tercinta
adalah di tangan generasi kebal dari derhaka
dalam jiwanya air mengalir yang menghapus
api dendam kesumat yang berakar
pada kekerasan
generasimu di barisan depan menundukkan kebiadapan.
senantiasa melangkah di atas tanah kebaikan.
120. Bintang Sahabat Rasul
Kau bagaikan bintang-bintang gemerlapan di langit malam
Cahayamu tetap bersinar ribuan tahun sampai kiamat
Sahabat-sahabat Rasulullah telah memilih akhirat
Tanpa menjadi budak kepada kehidupan dunia.
Syaitan berusaha keras supaya para sahabat jatuh
Kecundang dari jalan lurus dengan membisikkan
Suara-suara halus ke dalam mata telingamu
Tapi ia tetap tak berhasil, gagal dan tak menetas
Para sahabat yang pernah hidup dan mendengar
Sabda-sabdanya ketika duduk bersama siang malam
Ketika di barisan depan menghadapi musuh durjana
Sanggup melebarkan tangannya demi melindungi
Kekasih-Mu, Muhammad dari panah-panah musuh
121. Tali Allah
Kau berdoa dengan tawajuh dan melafazkan Zikirullah
Dengan istighafar kau bersujud kepada-Nya merendah diri dan tulus
Engkau yang kami sembah dan Engkau kami memohon pertolongan
Dan kalimah Tauhid yang penuh berkat pintu syafaat terbuka padamu.
Dunia telah kau lepaskan dari genggaman dan kini
memegang tali Allah
Tidaklah dunia ini Engkau jadikan kalau bukan
Muhmmad, Rasulullah
Kemenangan ini kerana kau telah menawan amarahmu
dan menerima
Cahaya kebenaran Islam, agama benar dan terus
dijagai sampai akhir zaman.
Seluruh tubuh sampai ke serambi darah yang halus
yakin pertolongan Allah
Dan tidak ada kuasa yang dapat mengalahkan
keagungan-Mu dan takdirnya
Akan berlaku sampai akhir zaman dan menghapuskan
rimba ketololan dan tahyul
Meninggalkan lembah syirik dan kebohongan dan
akhirat jalan pulang yang selamat.
Janji langit sempurna mengembalikan
keagungan Islam tanpa pedang dan
kekerasan
Pesan kedamaian dan perjuangan dengan kasih
sayang tanpa darah mengalir
Pengorbanan dan ujian di bawah langit dan bumi
baru Islam, agama Muhammad
Sempurna dan menyatukan Ummatun Wahidah di atas
rel kebenaran dan Sunnah Rasul.
122. Kembali Pada-Mu
Aku kembali pada-Mu
dalam ketohoran fikir
kelemahan terhampar
musafir duduk berteduh.
Suara hati terus bergema
tazkirah di malam purnama
jerubu perang bertebaran
harapanmu jadi burung.
Air samawi menitis
lalu aku beristighafar
mengetuk pintu-Mu
tahajud malam tawajud.
Mengulang kasih padamu
salam dan salawat terucap
kalimat tauhid yang abadi
di situ kau temui syafaat.
Tanpa rahmat-Mu
aku kehilangan arah
kelembutan dan sabar
samawi membuka pintu.
123. Musafir Rohani
Tiap siang kembaramu mendekatkan dirimu
Pada pintu samawi setelah kau meninggalkan
Bayang-bayang dunia jauh di belakang dirimu
Langkahmu terus berteduh di bawah pohon sena.
Senja telah menggelusur ke dalam riba malam
Di perhentian ini kau
berhenti sekedar istirehat
Malam purnama dan cahayanya seperti payung
Kegelapan malam perlahan-lahan tersinggir jauh.
Kau, musafir rohani telah
menjabat tanganmu
Baiat telah kau ucapkan demi ketenteraman kalbu
Dalam takaran waktu kau terus beristighafar
Dan mensucikan dirimu dengan jiwa tawajuh.
Kehadiranmu menghalau kegelapan menggurung
Rimba ketololan menjauhkanmu dari sinar samawi
Kepada-Mu aku tunduk bersujud malam tahajud
Tiada lain disembah Selain Engkau, Maha Suci Tuhan.
124. Musim Semi
Musim Semi telah datang dengan harum bunga
Taman rohani ini segar seperti ribuan tahun telah
Hidup kembali dari kemarau panjang yang kering
Samawi telah membebaskanmu dengan hujan turun.
Tamanmu hidup, lebah madu mulai berdatangan
Matahari seperti memberi
payung cahaya gemilang
Tiap bunga tumbuh dengan
warna-warni yang indah
Langit anugerah Maha Pencipta menurunkan pelangi.
Kau, taman abadi yang menyempurnakan mimpi
Impian dan doa-doa kembara musafir akhir zaman
Mengetuk pintu maghfirat-Mu dengan jiwa tawajuh
Engkau, tak akan membiarkan kau dalam kegelapan.
Kau tak akan pernah puas madu yang kau kumpulkan
Kelazatan yang tak ada tandingannya di alam maya
Telah menyakinkanmu kebenaran samawi bukan dusta
Syafaat Muhammad, Kekasih-Mu,
jalan kemenangan.
125. Cahaya Zaman
Selawat dan salam atasmu, Ya Rasulullah, Wujud Suci,
Ketika kegelapan telah
merangkumi seluruh dunia
Kau datang dengan sinar cahaya kemilau membawa
Tamadun dan kebesaran Islam pada ummah-Mu.
Kelahiranmu, telah menukar arah perjalanan sejarah
Gerhana telah berlalu purnama muncul di tabir langit
Suatu bangsa yang mundur dan tinggal dalam ketololan
Telah menjadi bangsa bermartabat dan berakhlak tinggi.
Kau, Wujud Yang Suci, pemurah, dermawan dan al Amen
Tiap liku-liku hidupmu adalah cahaya rang bulan purnama
Tiada sedikit pun noda-noda hitam tertampal di dalam kalbu
Kasih-sayangmu pada semua dan tiada benci dan dendam.
Kau telah menegakkan kalimat Tauhid dan keagungan Tuhan
Al Qur’an, Kitab suci, penyuluh sepanjang zaman hingga kiamat
Sabda-sabdamu dan dirimu, hidup dalam jiwa, kerana kemenangan
Islam membawa rahmat pada seluruh sekalian Alam dunia akhirat.
126. Kelazatan Buah Amal
Benih ini telah ditanam dari tangan wujud suci
Tumbuh menjadi pohon rendang tempat berteduh
Tiap musafir yang rindukan Raja Di Hari Pembalasan
Dan sanggup berkorban demi kemajuan Islam abadi.
Kau telah dididik sejak awal kelahiranmu berbudi
Dan mengkhidmati dengan tangan dan jiwa-ragamu
keluarga, jiran dan sahabat dekat sekalipun musuhmu
kau berada di barisan depan mendahulukan kemanusiaan.
Tak pernah kau lupa hak-hak Allah Yang Maha Pengaseh
Dan hak-hak manusia, mengkhidmati dengan murah hati
Apa yang terbaik padamu itulah juga terbaik untuk yang lain
Kekerasan samasekali tak ada tempat dalam ajaran Islam.
Tiap amal perbuatan yang kau kerjakan demi kebaikan
Tak ada sifat-sifat munafik dan kebohongan dalam tindakan
Kelembutan kata-kata dan berwajah manis telah menawan
Memadamkan api peperangan syak wasangka tuduh menuduh.
127. Kalbu Tawajuh
Telah kau kikis habis semua yang berkerat
Kau telah mengucapkan selamat tinggal
Cinta pada dunia ilusi dan bayang-bayang
Menyelimuti dirimu dan mengabui matamu.
Kau telah mensucikan dirimu dengan istighafar
Salat-salat fardhu dan salat tengah malam yang sepi
Doa-doamu meletakkan kepalamu lama di sajadah
Tiap kata dan kalimat kau ulangi dengan kalbu tawajuh.
Tak sedikitpun kau merasa menyesal dan bimbang
Kerana kau telah memilih jalan ini, dan tak akan berundur
Muhammad, penghulu segala nabi, syariat telah sempurna
Islam, agama kedamaian dan kasih-sayang semua zaman.
Kau telah berada dalam rumah yang selamat dan dibarkati
Islam, telah membawa kembali jiwa-jiwa yang malang
Dan kau diingatkan agama ini tidak mengajarmu jadi derhaka
Tapi, membawamu pulang
menemukan yang kau cari.
128. Harum Amal
Rupanya, aku tak melihatmu. Atau kelalaian
dan rasa tak peduli. Kau, seorang kawan baik.
Aku mengenalmu, seperti aku mengenal pada
rembulan dan mentari, dari jauh, tapi seakan
dekat dan akrab. Aku merasakanmu seperti
angin dan lautan, hutan dan lembah gunung.
“Salam, sudah seminggu tak sehat. Keluar
masuk hospital. Khamis, buat endoscopy, ha!'
Aku mengulang membaca halaman ke halaman
teks itu, kali ini perlahan dan cuba meresapkan
tiap kata-kata dan kalimatnya. Tiap gerak dan
pertukaran warna membawa makna tersirat.
Seperti satellite membaca setiap perubahan
pada bumi, pada lautan, iklim, lembah dan hutan.
“Macam tak laratlah badan menanggung derita.”
melangkah, tak jauh lagi, kau boleh berteduh
Jangan berhenti, apa lagi berpatah langkah
aku akan persiapkan huruf-huruf yang terbaik
menjadi barisan kata-kata yang menghiburmu
pelipur lara, ia temanmu ketika kau ingin terbang.
Ia adalah yang terbaik akan kukirimkan padamu
bangkitkan semangatmu, ini buatmu dari Tuhan
lihatlah, merah dan segar sekuntum bunga mawar
“Terima kasih, mohon doa dan salam damai.”
Honiara
25 September 2012
129. Khazanah Ilmu
Rahmat seorang mukmin sebelum kelahiran telah
Pelihara dan dilindungi oleh doa-doa yang terucap
Maha Suci Tuhan sekalian alam yang menurunkan
Kurnia dan hidayat padamu tak berhenti.
Kekayaan firasat dan kasyaf telah membuka pintu
Rahmat seluasnya untuk mencapai ketenteraman
Al Qur’an, khazanah ilmu anugerah-Mu yang tak
Pernah habis sampai kiamat mendatang.
Sabda-sabdamu, Muhammad, Rasulullah, Kekasih-Mu
Nasihat-nasihat pernuh berkat dan hikmah yang
Mengalir dalam jiwamu siang dan malam
Selawat dan salam, cintamu pada wujud suci ini.
Bagai bintang-bintang di langit malam bertebaran
Kemuliaan para sahabat Rasulullah adalah
Cahaya yang tak tenggelam di telan zaman
Hidup dalam dirimu pemberian Allah Azzali.
130. Tamu Datang
Kau tau malam ini tamumu akan datang
pagarmu tak berkunci kau menunggu salam
hujan telah berhenti ketika hari masih siang
kesabaranmu berdoa telah sempurna janjimu.
Malammu perlahan-lahan menjauh ke lubuknya
kau telah ditinggalkan sendiri dalam kegelapan
mencari kanca cahaya siang yang gemilang
dalam kepayahan kau tak akan menyerah kalah.
Dalam pertarungan ini tiap langkah mendorongmu
memacu kuda semberanimu ke lembah nyata
tangan-tangan malam tak akan dapat meregutmu
kau tak terjangkau bentengmu cahaya purnama.
Sebenarnya dalam kegelapan itu tak ada kuasa
yang ada kelemahan dan kepayahan terkandas
ingin merangsangmu masuk ke dalam orbitnya
tapi kekuatannya lumpuh samasekali dalam cahaya
131. Secawan Teh
Suatu malam tamumu datang dari satu perjalanan jauh
Berhenti di halamanmu supaya dapat istirehat semalam
Dari raut wajahmu dan sinar matamu penuh rahsia hidup
Malam ini langit telah mengirim tamumu ke sini.
Lalu kau siapkan ranjang tidurmu sendiri buat tamu
menghidang secawan teh dan sedikit nasi di atas meja
Siap menjamu tamu yang haus dan penat di hujung hari
Suaramu lembut dan kasih menjemputnya minum.
Di bawah langit khatulistiwa bintang berserakan
Dekur tamumu dalam dan panjang di ranjang tidur
Malam bergerak lambat dan tenang dalam mimpi musafir
Dalam doa tengah malam samawi membalasmu.
132. Seruan Damai
Kau meraung ke langit kasih
dalam doa-doa tahajud panjang
Penzalim bangsa telah kalah
kini di daratan tanah tersiksa
gema suaramu melaung panjang
selama ini terdera dan terpelosok .
Rindu pada kedamaian sukma
melihat jiranmu yang terluka
mengerang sakit yang terlalu
sedang orang lain tak berbuat.
133. Kembara Tak Pulang
Rumah-rumah telah kosong
penghuni telah lama pergi
jalan yang dulu pernah ramai
kini telah sunyi dan sepi.
Pemergian mereka dalam diam
suatu malam hilang tanpa ucap salam
di halamanmu kasih sayang ikut pergi
kembara yang tak akan pulang.
Di tanah ini kau, anak peribumi
dihalau kerana curiga dari
tanah dan halaman rumahmu
lalu batang lehermu seperti dikerat.
Malam itu hujan turun lebat
air melimpah tak berhenti
banjir mulai naik sampai
di lantai dan anak tangga terakhir.
Tanda-tanda dari langit telah turun
bumimu tenggelam banjir belum redah
lihatlah alam membalas mengirimmu
musibah dan kau terlantar.
134. Kami Datang
Ada catatan pada dinding grafiti di sukmamu.
cinta kita bukan semusim, akarnya bertunjang
dari bumi sampai langit tak pernah dijuluk
buah-buahnya telah tumbuh dari pohon kasih.
Suatu waktu jasad ini pun akan hancur luluh
masa silam adalah artifak warisan fikir dan rasa
telah melangkar pada dinding langit cinta abadi
kau telah melakukan terbaik di tanah peribumi.
Katamu, grafiti itu akan hidup dalam memori
selama ratusan tahun terselamat dari hakisan waktu.
kau tak perlu bimbang kebaikan tulus pernah dibuat.
samawi akan melindungi pada tiap pengorbanan.
135. Islam
Kau telah melafazkan kalimah Tauhid
Salam dan selawat ke atas Junjungan
Wujud Suci, Muhammad, Rasulullah
Membawa rahmat ke seluruh alam.
Dalam dirimu cahaya abadi dan keselamatan
Teladan suci, tidak ada titik noda dan aib
Tanpa kehadiranmu hanya kegelapan tebal
Yang menyelubungi langit dan bumi.
Kezaliman dan kekerasan kau balas dengan
Kasih sayang dan akhlak perketi yang tinggi
Kelembutan dan kesabaran menawan jiwa durjana
Ketahanan dan doa-doa telah membuka pintu
samawi.
Kau mengajar kedamaian dan hidup bertetangga
Bahasamu sopan dan hanya kebenaran keesaan Tuhan
Tiada Tuhan melain Allah, Muhammad, Rasulullah
Islam, agama kedamaian sampai akhir zaman.
136. Firasat Mengalir
Firasat mengalir seperti air sungai
Turun dari gunung ke lembah
Membawa khabar gembira
Dan turun dalam mimpi-mimpi benar.
Kekayaan jiwamu kerana hadirnya
Firasat dalam warna-warna pelangi
Bau kembang mewangi dari taman
Tak akan berhenti mengalir.
137. Bathera Ilahi
Di pelabuhan ini kau telah menjadi saksi
Bathera Ilahi telah siap belayar
Mengharung samudera dan badai lautan
Hala tujunya ke negeri damai dan abadi.
Purnama penuh di langit malam
Doa telah diucap dengan air mata
Perjalanan ini memenuhi panggil kalbu
Kau telah berpegang dengan tali Allah.
Samawi telah membuka pintu syafaat
Jalan damai meraih cahaya kebenaran
Cintamu pada wujud suci, Muhmmad
Rasulullah, Khataman Nabiyyin.
Belayarlah tanpa takut dan bimbang
Pada perubahan lautan dan langitmu
Ujian itu akan mencuba kekuatan iman
Jatuh bangun dirimu di dalam bathera.
138. Menentang Kekerasan
Kedamaian sukmamu telah ditemui bukan dari orang zalim
militan atau bukan orang-orang dunia bertopeng agama
Muhammad, pendiri syariat yang sempurna, Kekasih-Mu
syafaatmu mengalir dengan takaran cukup sampai kiamat.
Zaman kekerasan telah berlalu, burung-burung merpati
terbang damai ke negeri jauh, keindahanmu bukan pula
menakluki tanah sempadan lalu meluaskan tak berhenti
kemenanganmu kerana cinta pada Rasul hidup menawan.
Manisku, tenang, tenanglah tidurmu pada malam ini
rindumu pada Muhammad, Rasul Junjungan
sukmamu bersih dari kejahatan dan kebohongan
pesan kedamaian ini harus sampai kepadamu.
Kau bersujud dengan genangan air mata kasih
salam telah bersambut dan kemenangan rohani
kejuitanmu di langit malam saksi pada siang ini
bagaimana kau menidak kebenaran telah sampai?
Kekerasan telah tumpas dan kalah di
kanca api.
139. Salam Perpisahan
Matahari telah meninggalkan paksi dan beredar
langit merelakan pergi raja hari bersemayam
langsir hari pun turun tanpa lupa mengucap salam
malam datang penuh kejuitaan malaikat turun ke
bumi.
Kembaramu telah berakhir dan perjuanganmu
selama ini telah membuka halamanmu sendiri
sepasang burung yang hinggap di menara putih
telah kembali damai ke lembah rimba raya.
Pengorbananmu seperti air sungai yang mengalir
turun ke muara dengan jiwa tawajud dan kelembutan
peninggalan dan waris yang hidup sempurna
dalam kalbu yang istiqamah dalam cahaya
kebenaran.
Pintu syafaat ini telah Kau buka dan membenarkan
kepulangan ini kemenangan abadi rohanimu
cinta seorang ayah telah bercambah dalam dirimu
menjadi pohon sena berteduhnya musafir.
140. Istighfar
Gerhana telah berlabuh di dalam kalbumu
siang telah menyingkap rahsia langit
kegelisahanmu seperti tebing yang terhakis
suaramu air yang mencari jalan keluar.
Selama ini kau memburu angin dan
ilusi yang tak berakar pada bumi
harapanmu hanya bayang-bayang
yang memburu cahaya pada gelap.
Tanpa kesucian diri kembara ini
jalan berputar-putar dalam satu lingkaran
kau kehilangan ruh yang mengerakkan
nalurimu meraih cahaya kebenaran.
Kau tak ingin berpegang pada luaran
isi perjuangan di bumi kasih sayang
tak akan kau pernah kehilangan diri
kerana kau terus mengucap istighafar.
141. Menuju Damai
Kau tak pernah memprotes
Wahai mata yang melihat, aku
masih melihatmu. Aku masih
kenal, bingkisan kata-katamu.
Langit kalbu membalas kasih
datang mengucap salam
berdiri sopan pintu perpisahan.
Kehadiran mereka, adalah
kehadiranmu. Aku masih
menaksir makna kata-katamu.
Mari, datanglah kepadaku
biar kulihat satu persatu dan
menjabat tangan kalian seperti
menjabat tangan malaikat.
Aku masih bisa tersenyum
dan membalas salammu.
Pulanglahke tanah leluhur
sampaikan salam kedamaian.
Ya Rabbi, permintaan ini
tidak melampau, dan bukan
tawar-menawar, dua purnama
penuh ingin kumemelukmu
setelah itu, telah dipersiapkan
semuanya, dan aku tak pernah
mengubah waktu kepulangan
Sekarang, tenang, tenanglah
Kalbu.
Kota Kinabalu
20 Oktober 2012
142. Ishla Sejati
Kau telah bersujud dengan kerendahan hati
sejak itu perubahan suci dalam kalbumu
doa-doamu dilafazkan dengan lemah lembut
penuh istiqamah dan kesabaran penuh tawajuh.
Doa-doa khazanah yang kau wariskan ini
cahaya samawi yang tak akan pernah pudar
Al Qur'an, hidup dalam darahmu mengalir
kebenaran hakiki sampai ke pintu akhir zaman.
Rahsia kebenaran syafaatmu telah tersingkap
khabar kedamaian itu tak akan dapat dikalahkan
kalimat tauhid berkibar di langit cakerawala
tiada kesombongan dan takabur dalam dirimu.
Muhammad, Rasulullah, sumber inspirasi berzaman
kasihmu telah menawan kekerasan dan memusnahkan
tuhan-tuhan kepalsuan, kebohongan dan takabur
semangat ishla telah menghalau keributan dan
kegelapan.
Kemenangan dan perubahan suci dalam dirimu
telah membuka pintu maghfirat dan keagungan-Mu
tazkirah yang terkumpul dari halaman ke halaman
hidup tawajuh pengorbanan abadi jiwa tenteram.
143. Cahaya Dari Menara
Kau tak akan dapat memadamkan cahaya dari menara
Kemahuan samawi tetap akan terjadi dan kau tak dapat
Merubah dan mengagalkan keangkuhan jiwa seorang manusia
Kebenaran itu akan becambah kurnia dari Allah.
Hari ini kau melihat keperihan dan penderitaan panjang
Di kota-kota kebanggaan zaman silam hancur dan musnah
Merata di tanah, jerebunya bertebaran sampai di hujung dunia
Kau telah cukup mengalirkan air matamu dalam takaran waktu.
Kesedihanmu kerana melihat pengungsi itu adalah bangsamu
Penderitaan panjang yang tak ada hujung dan akhirnya
Kekerasan dan kezaliman tak ada batas kemanusiaan
Melanda tanah peribumi tanpa ampun kasih sayang.
Perang kelihatan tak akan berhenti langitmu mendung
Tiap hari kau melihat jatuh korban pada semua golongan
Tragedi ini berlarut-larutan sampai jauh ke dini hari
Senjata doa akan merubah destinasi negeri-negeri bersengketa.
144. Pengorbanan Abadi
Perjuangan membebaskan dirimu dari serakah dunia
Membina kekuatan dari jiwa yang pasrah dan tawajuh
Kau tak membiarkan ilusi dan amarahmu mengheretmu
Jauh dari cahaya samawi dan
pengorbanan yang hakiki.
Kentalnya iman tak akan menyerah pada tarikan kegelapan
Menggelapkan matamu dan menggurung dirimu dalam gerhana
Kau senantiasa mendambakan rahmat Allah dalam menghadapi
Segala kemungkinan yang datang ketika kau tak sedar dan siap.
Pengorbanan adalah landasan kemajuan rohani bulan purnama
Setelah menawan negeri kalbumu kemenangan itu pasti
Jiwamu telah diselamatkan dari terjebak ke dalam nafsi amarah
Kekebalan imanmu mematahkan kejahilan dan kekerasan.
Kembali pada Rabb dan kau memohon pengampunan yang tulus
Pengorbanan melengkapi
keimananmu di sepanjang jalan penghidupan
Ketika kau datang menyahut panggilan samawi dengan rendah diri
Kelembutan jiwamu telah memadam api serakah dan kebathilan.
145. Perjuangan Dan Damai
Kalau tidak ada peninggalan
padamu, aduhai Gazel, maafkan aku
kerana aku tak ingin dunia di pundakku.
Yang ada, pada peninggalan itu
khazanah yang pada setengah
orang
tak berharga.
Aku terluka ya, Tuhan
tapi aku tak melihat darah mengalir
yang menitis adalah huruf-huruf
dan kata-kata meluncur dari
sukma.
Perjuangan ini tak akan berhenti
Meninggalkan Kota Amarah menuju Kota Damai
Sampai bila pun aku tak akan terkalahkan
kerana itulah semangat hidup yang tinggal
dan yang ini akan tetap bersama
tersimpan dalam sukma
146. Gerhana Matahari
Kau telah diingatkan tentang datangnya gerhana
siang itu menyingkap tabirnya dengan cahaya
matahari bergerak naik perlahan dari garis
horizon
alam tenang menunggumu dan membaca isyarat.
Ketika gerhana matahari kau berdiri salat
dalam ketenangan meluncur ayat-ayat-Mu
doa-doa kau ucapkan mohon perlindungan
tiap gerak perubahan alam tanda-tanda-Mu.
Ya Rasulullah, Wujud Suci, Junjungan
Kekasih Allah, mengikutimu melangkah
ke pintu syafaat akhir zaman yang damai
dan kau telah menunjuki jalan pada-Mu.
Dalam sujud kau melamakan doa-doamu
suaramu merendah dan lembut dilafazkan
kalbumu tunduk dan itaat pada panggilan-Mu
kebenaran samawi selamanya tak akan dikalahkan.
147. Kegelapan Pasti Berlalu
Yang dulu laut rohani mengalir dan darinya kau makan
ikan yang lazat, kini menjadi padang pasir yang kering
dulu ada desa di kaki gunung, kehijauan yang menawan
tapi, kini memori berdarah dari ingatan zaman berzaman.
Gerhana di langit sukmamu telah berlalu dengan datangnya
hujan semi bulan purnama kau menemukan kebenaran ini
menyingkap rimba ketololan dan melangkahi sempadan
sampai ke kepulauan sepi, tanah rawan dan benua jauh.
Kau hirup udara dan memegang tali samawi dan melihat
Ummatun Wahidah di tangan Kekasih-Mu dan sukma
Khalifatun Rasidun adalah seperti bintang-bintang di langit
rahmat dan kurnia yang turun itu adalah manifestasimu.
Manifestasimu adalah yang abadi dan sampai akhir zaman
mengangkat martabat ummah dari tangan-tangan yang kasar
kau tak akan berjaya cuba merosakkan benih dan panen ini
kerana tangan Dia sendiri telah menjaga dan memeliharanya.
148. Kepulanganmu
Aku mengenangkanmu dalam doa-doa malam
waktu telah berjarak meninggalkan memori
begitu cepat hari pun menjelang senja sirkah
pintu kedamaian sebuah hati telah kau temukan.
Pertemuan kembali telah menyempurnakan
kasih rindu yang tersembunyi di pojok kalbu
purnama sekilas membenarkan mimpi-mimpi
kehadiranmu telah menghalau kegelapan silam.
Rahmat Allah telah membuka pintu pemisah
jalan pulang yang damai dan doa-doa istighafar
menurunkan hujan samawi cukup dengan takaran
taman ini telah hidup semula harum bunga mekar.
Kesedaran itu menerima siang penuh gemilang
dunia bayang lenyap tanpa sentuhan tanganmu
kau terima akhir kembara ini menemui Kasih-Mu
segala kau genggam dengan rela kau biarkan pergi.
149. Gema Air
Bicaramu bergema di celah-celah batu bukit
melintasi sempadan ceruk rantau tanah asing
tak ada kelembutan dan kasih-sayang pada
suaranya keras dan senang memberi hukum.
Malammu dalam igau gundah yang panjang
kata-kata telah meluncur dari jiwamu takabur
gema air mengalir menyejukkan kalbumu
ketenangan pada rimbamu kerana hujan turun.
Kesabaranmu telah membuka pintu rahmat
lautmu tenang mengirim angin sejuk dan
kembaramu telah melewati zaman gerhana
doa-doamu terucap sebagai musafir pulang.
Kau meraih gurub Ilahi dengan tawajuh
buruj-buruj miraj telah hilang ketika senja
ketika kau merindukan gema air dari samawi
hujan turun membasahi tanah-tanah kering.
150. Air Samawi
Musim Kemarau telah mengheretmu jauh ke dalam
gerhana
tanah-tanah kering mengirim jerebu melangkah
sempadan
kehausan bumimu menguji kesabaran sampai titis
terakhir
belum ada tanda bau hujan yang tercium dalam
udaramu.
Dalam doa-doamu tengah malam kau pohon suatu
perubahan
di atas sajadah air matamu menitis bertahan dalam
kesabaran
kalimatmu lahir dalam suara lembut, rendah diri
dan istighafar
semangat kental dan pengorbananmu mengetuk pintu
samawi.
Ketika samawi telah berubah dan mengirimkanmu air
turun
kemarau di tanah peribumi telah berakhir hujan
lebat mencurah
mengalir dari puncak gunung sampai ke rangkaian
pulau-pulau
jiwa istiqamamu telah bertarung membawa perubahan
suci.
Kembara rohani ini membawamu pada qurub Ilahi
yang abadi
telah meninggalkan bayang-bayang duniawi jauh
selamanya
ketenteraman kalbumu kemenangan pada ketahanan
dirimu
meraih pintu syafaat dari Wujud Suci, Rasulullah,
Kekasih-Mu.
151. Gerimis Turun Di Sukma Malam*****
Jangan, jangan sekali-sekali kerana amarah
kau membakar puisi itu di lembah sukma
kejahatan itu telah melebihi batas, langit pun
tersinggung ketenanganmu telah tercalar.
Mereka sebenarnya bukan pencinta kedamaian
malam kelam mereka membakar kelambu langit
dendam kesumatnya sampai jauh ke liang kalbu
kejahatannya akhirnya terbongkar sampai ke akar.
Lidah api menjulang dan membakar hanggus
kemarahan golongan pelampau telah kelihatan
kau melihat apa yang tersirat di dalam sukmanya
kegelapan dan kepahitan hidup tindih-menindih.
Bukankah kedatanganmu membawa khabar gembira
kedamaian yang abadi di sepanjangan jalan pulang
lihat pada langit masih berdandan, bulan hilal merekah
kedamaian di sukmamu menentukan arah perjalanan.
Tiada esok pada perosak zaman hiburannya kezaliman
kau tak ingin bergaul dan ikut dalam golongan keras
ke mana pun mereka hanya membawa maut dan huru-hara
dan kekalahan telah menyorok mereka di gua-gua gelap.
Kota Kinabalu
21 April 2018
End/……
Editing 16 April 2019, 1:33 pm
Comments
Post a Comment